Episode 10 : No Mercy🍁

8 6 13
                                    

Mengandung Gore!!!!!

"DASAR BODOH. SANA PERGI! DASAR PARASITE."

Danu mendengar teriakan dari seorang wanita tua di dekat cafe yang ia singgahi, disusul dengan suara tangisan seseorang yang ia marahi. Danu segera berlalu dari kursinya, dan mengintip dari samping parkiran cafe itu.  Ada sebuah rumah sederhana yang terlihat ada seorang ibu yang memakai daster biru sedang memaki-maki seorang wanita yang memakai pakaian lusuh, dan seperti gelandangan.

Bukankah wanita itu ibu Soni?

Danu ingat betul wanita itu adalah ibu Soni yang mempunyai penyakit Autis. "Ah. Au ah. Amama,"sahut Ibu Soni tak jelas dan gelagapan, membuat wanita di hadapannya menendang bokong ibu Soni, melihat ibu Soni disiksa Danu jadi kasihan dan ingin membantunya, tapi ia urungkan sejenak saat wanita itu kembali mendorong ibu Soni yang hanya terisak, dan menatap seperti manusia linglung.

"Kemana anakmu si Soni? Kenapa jadi kau yang mencuci pakaian saya, kan jadinya kotor!  Dasar aib. Tidak berguna. Lebih baik kamu mati, ketimbang hidup hanya untuk menyusuhkan orang lain. Sana pergi!" usir wanita itu. Ibu Soni menggeleng, ia meraih kaki wanita itu dan mencoba memeluknya, namun bukannya menerima belas kasihan, yang  didapat ibu Soni malah sebuah siraman dengan air dingin, sampai basah. Danu tak tega melihatnya, ia kesana dan menolong ibu Soni untuk bangkit berdiri.

"Bu. Mari ku bantu," tawar Danu. Ia menarik lengan ibu Soni, tapi ibu Soni malah terlihat ketakutan dihadapan Danu, dan memilih berlari meninggalkan mereka berdua. Danu mengejar ibu Soni, sambil berteriak, kalau Danu adalah teman Soni. "Bu. Stop, saya gak berniat buruk. Saya teman Soni." Danu kewalahan mengejar ibu Soni yang membelokkan arahnya tak tahu kemana. Danu hampir putus asa. "Kenapa aku gak pergi ke rumah Soni aja ya? Kan ibunya pasti balik ke rumah juga. Aku bisa bertanya bagaimana keadaan Soni, semoga gadis itu baik-baik saja." Danu beranjak dari jalanan sepi yang menyerupai gang sempit itu, lalu pergi ke rumah Soni.

Rumah Soni yang terkebelakang dari rumah tetangganya, mirip gubuk yang dikelilingi oleh rumput-rumput yang rimbun, dan pondasinya yang sudah rapuh, membuat Danu merasa kasihan dengan kehidupan Soni. Ia terlihat kuat dengan keadaan melarat seperti itu.

Danu masuk ke dalam rumah yang engsel di pintunya sudah lepas dan untuk menutupnya hanya dihalangi oleh sebuah batu besar.

"Soni? Apakah kau di dalam. Apa kau baik-baik saja. Aku minta maaf, aku tidak mencurigaimu. Maafkan aku, kau dimana?" tanya Danu. Ia menggeledah setiap jengkal ruangan Soni yang terdiri dari kursi kecil, lalu disampingnya ada dapur dan kamar kecil yang ditutupi tirai yang berlumut.

Danu melirik ke dapur, lalu ke kamarnya. Tidak ada tanda-tanda Soni sedang berada di dalam rumah ini. Memorinya seakan berbalik pada masa lalu, pertemuan dengan Soni yang pernah membunuh orang. Danu jadi bingung, kenapa Soni sampai bisa membunuh orang lain.

Danu kembali iseng membuka kulkas milik Soni, dan matanya langsung tertuju pada plastik putih yang mengeluarkan darah, berisi daging. Sudah dipastikan itu adalah daging manusia yang pernah dibunuh Soni, sebelumnya Danu tak melihat bahwa di bungkusan itu ada namanya. Plastik putih pertama bernama Sofyan dan plastik kedua yang berisi potongan pinggang bertuliskan Aulan. Danu tak mengenal siapa mereka. Ia segera menutup kembali kulkas itu dan pergi keluar rumah.

Saat Danu berjalan keluar dari gang rumah Soni, ia tak sengaja berpapasan dengan dua orang preman yang bertubuh gagah dan mengerikan, karena tato bergambar macannya, Danu sampai membelokkan arah dan bersembunyi dahulu di dinding, dan menunggu mereka lewat. Danu hanya takut ia dipukuli atau dipalak, sadis lagi kalau ia dibegal.

"Selama beberapa hari ini aku tidak pernah bertemu Aul dan Sofyan. Kemana bos kita itu?" tanya seorang pria yang mempunyai postur tinggi pada temannya yang sedang menelan kacang.

Bad Girls Tamat☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang