20. Dokter galak

3.4K 315 25
                                    

Mulut mampu berdusta tapi hati menuntun berbuat sebaliknya.
∞∞∞

Baru beberapa menit menginjakkan kaki di kampus, orang-orang langsung mengerumuniku bagaikan semut bertemu gula. Tidak hanya itu, mereka juga masing-masing memberikanku sekotak kado.

“Selamat ulang tahun, Aiza!” kata mereka kompak sebelum beranjak pergi. Aku menghela napas, lelah. Bagaimana mereka tahu kalau aku sedang berulang tahun? Padahal aku mewanti-wanti biodataku tersebar. Yang hasilnya akan selalu sama. Kehebohan terjadi di seantero kampus. Sebenarnya aku tidak tahu pasti penyebab mereka heboh. Tapi mereka memang begitu antusias menyambut ulang tahun salah satu primadona atau most wanted yang mereka anggap sebagai kebanggan kampus.

Pernah dulu mereka menyiapkan pesta besar-besaran hanya untuk merayakan ulang tahunku. Namun, aku menolak datang. Karena dalam islam tidak ada yang namanya perayaan ulang tahun. Umur berkurang malah bahagia. Seharusnya di hari itu kita bermuhasabah, merenungi dosa dan perbuatan apa yang telah kita lalaikan. Semakin bertambah umur berarti kita sudah dekat dengan ajal. Sebagaimana firman Allah SWT, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menatapi kesabaran.” [Q.S. Al-Ashr: 1-3]

Sehabis itu aku memberitahu mereka alasannya. Mereka menerimanya tapi tetap saja hadiah-hadiah semacam ini selalu mereka berikan. Aku menerimanya dan nanti aku berikan sebagian hadiah itu kepada orang yang lebih membutuhkan.

Ah, aku ingat kehebohan ini bermula dari Nayla yang memposting fotoku di sebuah situs ajang perlombaan mahasiswi tercantik. Ajang tersebut banyak di ikuti hampir seluruh kampus di Jakarta. Tanpa sepengetahuanku, Nayla mendaftarkanku. Kebetulan juga lombanya sebatas mengirimkan foto berserta keunggulan atau prestasi yang pernah di raih si peserta. Nah, Nayla yang hafal betul segala tentangku pun memasukkan biodataku di dalamnya. Seminggu berlalu barulah aku mengetahuinya. Itu pun dari papan informasi yang ada di kampus. Dia benar-benar!

Sejak saat itu hampir seluruh penghuni kampus baik mahasiswa ataupun mahasiswi mengagungkanku bak seorang putri. Mereka sangat bangga karena berkat kemenanganku kampus kami semakin terkenal.

“Aiza, bisa kita bicara sebentar?” Lamunanku terhenti. Berganti senyuman semringah tatkala mendapati Hasna menghampiriku. Sekian hari hubungan kami merenggang bahkan dia seperti menghindariku dan hari ini tiba-tiba dia mendatangiku. Tepat di hari ulang tahunku. Mungkinkah Hasna sudah memaafkanku?

“Boleh dong! Kita duduk di sana aja, yuk!” telunjukku mengarah pada bangku taman dekat fakultas. Hasna berjalan lebih dahulu. Aku berharap pertemanan kami kembali pulih.

Meletakkan kotak-kotak di samping. Aku beralih menghadap Hasna sepenuhnya.“Hasna, Aiza minta maaf kalau tanpa sadar Aiza pernah menyiggung hati Hasna. Aiza beneran nggak bermaksud menyakiti Hasna. Maaf ...”

“Gue bakal maafin lo dengan satu syarat.” Hasna menatapku balik. Sorot matanya memancarkan keseriusan. Namun, tiba-tiba saja perasaanku berubah tidak enak. Entah kenapa firasatku mengatakan sesuatu buruk akan terjadi.

“Apa syaratnya? Insya Allah Aiza bakalan penuhin. Selama itu masih bisa Aiza lakukan.”

Hasna tak lantas menjawab. Dia beralih mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Mengeluarkan amplop coklat berukuran besar. “Setelah lo beri jawaban, iya. Baru pertemanan kita bisa kayak dulu lagi.”

Aku menerima amplop dengan gamang. Membukanya dan menemukan beberapa lembar kertas HVS bertuliskan—

“Aiza!” panggilan seseorang mengalihkan perhatianku. Menatap ke sumber suara, ternyata Nayla telah datang. Melambaikan tangan riang gembira yang lantas kubalas lambaikan tangan juga. Memintanya mendekati kami.

Imam Rahasiaku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang