3. Panti asuhan

4.7K 348 5
                                    


Jantungku bertuan tapi terkadang dia suka bekerja secara independen. Namun sering kali membuat perasaanku jungkir balik tak karuan.
∞∞∞

Terik matahari di siang bolong ini tak mengurungkan niatku untuk tetap berangkat menimba ilmu ke kampus. Setiap manusia yang hidup di muka bumi, itu selalu haus akan ilmu-ilmu baru. Perkembangan zaman yang semakin pesat membuat orang-orang harus menyesuaikan eksistensinya agar tidak kudet atau ketinggalan zaman. Memang tidak harus selalu mengikuti tren yang sedang booming tapi kita harus mengetahuinya untuk pembelajaran. Agar tak kembali pada zaman jahiliyyah atau zaman kebodohan.

Seperti Nafisah binti al-Hasan bin Zaid bin al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, merupakan salah satu tokoh wanita islam yang tersohor dalam jagad ilmu agama dan pengetahuan. Nafisah menguasai berbagai ilmu disiplin. Di usianya yang masih belia, Nafisah sudah berhasil menjadi seorang hafizah/penghafal Al-Qur’an. Selain itu Nafisah juga mempelajari ilmu tafsir dan hingga dia mahir di kedua bidang tersebut.

Di kota Madinah, Nafisah mendirikan kelas di rumahnya. Dia sering berbagi sanad hadist. Terkadang pula memberikan fatwa atas persoalan tertentu. Atas prestasinya itu dia mendapat gelar Gudang Ilmu Pengetahuan.

Mengingat Nafisah, aku jadi teringat pahlawan wanita di negeri ini. Yakni Ra. Kartini perempuan yang memperjuangkan hak-hak wanita agar dapat menuntut ilmu dengan bebas layaknya lelaki pada zamannya. Ra Kartini juga menerbitkan sebuah buku berjudul ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ yang membuatku terpukau dengan perjuangannya.

Masya Allah ... wanita-wanita cerdas yang sangat menginspirasi.

Oleh karena itu, aku tidak akan bermalas-malasan lagi dalam menuntut ilmu. Dulu ketika masih duduk di bangku SMA, aku hanya remaja labil yang nakal. Malas belajar dan lebih mementingkan menikmati momen bersenang-senangnya. Namun semenjak mendengar sebuah hadist yang di terangkan oleh guru agama di SMA-ku dulu. Perubahan demi perubahan mulai kulakukan dengan berupaya tekun belajar.

Sebuah hadist yang di riwayatkan Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224 yang artinya “ Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim.”

Rasulullah SAW juga bersabda, “Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu serta berlaku baiklah terhadap orang yang telah mengajarkanmu. (HR. Tabrani)

Tring

Ponselku berbunyi bertepatan dengan aku yang baru sampai di depan gerbang kampus. Mengambil ponsel dari dalam ransel, aku membuka sebuah chat yang di kirim oleh Nayla.

Nayla:

[Za, aku sama Hasna udah stand by di kanti Fakultas Ekonomi. Buruan ke sini, ada hal penting yang harus lo tahu!]

Aku menghela napas kala menangkap kata ‘hal penting’ pada chat yang Nayla kirim. Sudah sering dia mengatakan hal penting atau darurat tapi nyatanya dia hanya ingin membahas masalah cogan dan berbagai hal yang berbau kaum adam. Entah mahasiswa baru atau siapa pun yang menarik perhatiannya.

Astagfirullahalladzim, kenapa aku jadi suka bersu’udzon begini. Mau apa pun yang akan Nayla katakan, aku harus tetaplah berhus’nudzon padanya. Kembali melanjutkan langkah, aku tak henti beristighfar.

***

Nayla melambaikan tangan setibanya aku di ambang pintu kanti Fakultas Ekonomi yang terkenal aman di kantong para pelajar. Padahal diantara kami bertiga tidak ada yang mengambil jurusan Ekonomi ataupun Manajemen Bisnis. Namun karena kantin ini sangat nyaman dan aman untuk kami, jadilah setiap kami kumpul pasti di sini. Meskipun aku termasuk dalam golongan orang berada tapi berhemat harus tetap di jalankan. Boros itu perilaku setan dan aku tidak mau menjadi setan.

Imam Rahasiaku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang