Ketika sesuatu yang sangat kita inginkan bukanlah takdir kita. Sekuat apa pun kita menggenggamnya pasti akan terlepas jua.
∞∞∞Ternyata seperti ini rasanya patah hati, tak jauh berbeda dengan sakit gigi. Aku sekarang mengerti kenapa banyak orang lebih memilih sakit gigi. Karena sakit gigi obatnya gampang di cari, sedangkan patah hati? Sulit untuk di atasi.
Luka yang tak berdarah tapi membekas selamanya dalam relung jiwa. Patah hati tetap saja sembuhnya lama, entah sampai kapan. Meski zaman sudah terkenal akan kehebatan teknologinya belum mampu menemukan obat pastinya. Ada pepatah mengatakan, lebih baik mencegah dari pada mengobati. Namun, nasi sudah terlajur basi ketika sang dambaan hati yang di harapkan menjadi pelengkap iman telah pergi.
Yang mampu kulakukan hanya termenung kosong. Meratapi pedihnya hidup ini, seharusnya tidak boleh. Sebab Allah telah menuliskan skenario terindah bagi setiap takdir kehidupan hambanya. Tatapanku terpaku pada buku diary bersampul pink, tanganku berhenti membalikkan setiap lembarannya ketika mataku menangkap sebuah list berjudul 'Masa depan indah bersamamu' senyuman miris terbit di bibirku kala itu.
Benar kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib. 'Betapa bodohnya manusia, dia menghancurkan masa kini dengan mengkhawatirkan masa depannya. Tapi dia menangis di masa depan saat mengingat masa lalunya.'
Mungkin apa yang terjadi padaku akibat dari keserakahanku yang mengharapkan masa depan indah dengan orang yang kucintai. Sepertinya Allah tengah menegurku agar aku bermusahabah diri dan tak selalu menantikan hal yang belum tentu bisa kucapai.
Lamunanku buyar saat benda persegi yang tergeletak di meja nakas berbunyi berulang kali. Menyambarnya, aku melihat pop up dan terpampanglah grup chat LDK kampus. Ada sekitar seratus chat lebih masuk yang belum sempat aku baca. Mengingat besok jadwal rapat rutin Muta'aliq-sebutan untuk LDK kampusku. Mendekati akhir bulan biasanya kami akan mengadakan kegiatan amal untuk membantu sesama yang membutuhkan.
Sekali lagi pop up muncul di layar ponselku. Sepertinya mereka tengah mencari keberadaanku yang tak kunjung menampakkan diri di grup.
Me:
[Assalamualaikum. Lagi pada bahas rapat, ya?][Apa agendanya buat besok?]
Satu persatu penghuni grup muncul membalas salamku. Hasna dan Nayla juga langsung heboh memberondong berbagai pertanyaan padaku. Memang semenjak sore tadi aku sibuk mempersiapkan diri menghadiri acara makan malam di rumah Kak Gibran. Sehingga ponsel terlupakan dari otakku.
Hasna:
[Seperti biasa baksos tapi lebih rincinya kita bahas besok. Ya, nggak Pak ketua?]Azzam:
[Iya, Aiza. Selaku sekretaris kamu wajib hadir. Harap tepat waktu, rapatnya sangat penting.]Azzam ketua LDK kampus kami membalas dengan singkat. Khas sekali, dia berbicara pun hanya seperlunya. Tak pernah kulihat dia berbicara dengan yang bukan mahram-nya hanya berdua pasti dia akan mengajak temannya. Dia juga tak pernah mengirimkan pesan pribadi padaku--yang notebenenya sekretaris LDK, untuk menanyakan tentang kegiatan LDK jika dia berhalangan hadir. Dia selalu mengirim pesan di grup saat menanyakan apapun padaku. Masya Allah, andai saja hatiku berlabuh padanya. Pasti dia bisa menghargainya walaupun dia tidak memilik perasaan yang sama.
Fadil:
[Iya, Habibati. Besok rapat rutin bulanan jangan telat datangnya, ya?]Me:
[Baik, Kak.]Fadil bendahara LDK Muta'aliq muncul. Habibati memang artinya kesayangan tapi baginya itu adalah sapaan akrabnya untuk setiap wanita. Katanya itu salah satu cara memuliakan wanita, karena sebaik-baiknya perhiasan di dunia adalah wanita. Jadilah dia memutuskan untuk memuliakan wanita mulai dari panggilan hingga perlakuannya. Walau terkadang, banyak perempuan yang salah mengartikannya dan kebaperan karena panggilan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Rahasiaku [END]
Teen FictionBetapa bodohnya manusia, dia menghancurkan masa kini sambil mengkhawatirkan masa depannya. Tapi dia menangis di masa depan dengan mengingat masa lalunya. (Ali bin Abi thalib) *** Dalam benaknya Aiza sudah merancang masa depan indah bersama lelaki ya...