1. Ahlan Wa Sahlan, Calon Imam

11.3K 501 7
                                    

Di lembar awal catatan ini, aku ingin menuliskan sebuah kisah. Kisah tentang aku dan dia.

Allah telah mengamanahkan sebuah rasa yang begitu luar biasa bernama cinta.

Aku ingin mempersembahkan sebaik-baiknya apa yang ada dalam diriku pada rasa itu. Rasa yang datang karena-Nya dan akan kujaga serta kuraih tanpa melanggar perintahnya.

Untukmu sang imam impian, selamat datang kembali! Aku berharap kamu sudah membuka hati untukku, yang masih setia menunggumu.

🍧🍧🍧

Di sepertiga malam, aku bersimpuh di hadapan Sang Maha Pencipta pemilik alam semesta ini. Menunaikan ibadah sholat sunnah tahajud dua rakaat. Hal yang mampu menenangkanku di kala gundah gulana, hanya dengan mengadukan segalanya pada Allah.

Dalam sujudku tak hentinya meminta ampunan atas dosa-dosa yang telah aku lakukan baik sengaja maupun yang tidak di sengaja. Menengadahkan kedua tangan, aku berdoa. Tak lupa kuselipkan sebaris namanya di setiap doa-doa yang kulangitkan.

"Ya Rabb, harapan hamba untuk bersanding dengannya di pelaminan masih sangat besar di lubuk hati ini. Jika Engkau meridhoi-nya, tolong permudahkan lah jalan hamba untuk meraih hatinya, aamiin ...."

Melepaskan mukena yang kukenakan, aku beranjak dari sajadah. Duduk di meja belajar, aku membuka laptop menilik apakah sudah ada balasan email darinya.

Dari AizaNaz 21/04/2022

Kepada GibranAbyyuDir0909

Kak, apa kabar?

Gimana kuliah Kakak di sana?

Dulu sewaktu SMA guru pernah nanyain apa cita-cita Aiza, terus Aiza bilang mau dampingin Kak Gibran. Pas tahu Kakak sekolah kedokteran, Aiza pengen banget jadi suster biar serasi. Tapi Kakak sekolahnya jauhhhh … banget, Aiza jadi nggak bisa ikut ke sana. Nggak di bolehin baba.

Kak Gibran kapan pulangnya? Aiza kangennnn lohhhh…

Aku menghela napas, kecewa. Saat kudapati puluhan email yang kukirimkan belum juga mendapatkan balasan. Apa dia sesibuk itu? Hingga puluhan emailku belum pernah sekalipun ia balas? 

Ah, aku lupa, mungkin dia masih menganggapku anak kecil.

Kilasan momen kebersamaan kami memenuhi benakku.

Sore itu seperti biasa, aku mengikutinya kemana pun. Rasa keingin tahuan yang tak mampu aku hilangkan, hingga menjadi sebuah kebiasaan.

Aku selalu mengagumi sosoknya yang baik. Meskipun kebaikannya tidak dia tampakkan padaku. Namun, aku tahu seberapa baik dan lembut hatinya.

Kegiatan minggu sore Kak Gibran bermain futsal di lapangan komplek. Jersey yang melekat pas di tubuh setelah terkena keringat tak memudarkan ketampanannya.

Jalanan lengang. Semburat jingga telah menghiasi langit, yang sebentar lagi redup. Langkah Kak Gibran terhenti, membuatku bergegas mencari tempat sembunyi.

Kak Gibran menghampiri seorang penjual arum manis pinggir jalan. Dia menanyakan beberapa hal pada si penjual, kemudian mengulurkan beberapa lembar uang padanya. Sekantung plastik besar arum manis pun di dapatnya.

Imam Rahasiaku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang