26. Kencan

2.9K 272 4
                                    

Romantisme setelah halal rasanya jauh lebih menggetarkan. Hati pun merasa tentram tanpa ada kekhawatiran.
∞∞∞

Senyumku tak kunjung surut. Mendengar cerita Kak Gibran mengenai perasaannya yang ternyata sudah dipendamnya sangat lama. Setelah melaksanakan sholat tahajud bersama, kami memutuskan tetap berdiam diri di kamar. Saling memeluk di atas ranjang dan aku memancingnya untuk bercerita.

Benar. Seperti ucapannya kemarin. Dia memang raja gengsi. Selalu terlihat cuek tapi diam-diam perhatian. Aku pun salut akan kegigihannya menyembunyikan rasa cintanya. Dari pada mengungkapkan dia lebih memilih menunjukkan. Hanya saja terkadang aku takut salah mengartikan tingkahnya yang suka berubah-ubah.

Jadi, Kak Gibran mulai menyukaiku sejak awal masuk SMA. Hanya saja waktu itu dia pernah di ejek oleh teman-temannya sewaktu mereka tahu akan hal itu, sehingga rasa itu terpaksa dia hilangkan. Karena apalagi kalau bukan gengsinya yang setinggi langit. Kak Gibran juga tidak mau di cap sebagai pendofil yang menyukai seorang bocah berseragam putih merah. Keputusannya menempuh pendidikan ke luar negeri juga salah satu alasannya ya, itu. Selain masalah ayahnya yang membuatnya tak karuan.

Kini semua permasalahannya telah usai. Kak Gibran tahu bahwa ayahnya dulu pernah berbuat jahat pada ibunya dan juga dirinya. Bahkan ayah Kenzi sempat kritis di rumah sakit akibat tertembak pistol milik ayah kandung Kak Gibran. Mengerikan.
Mengingat hal itu, aku jadi penasaran perihal rasa yang dia milik untuk Kak Aira.

“Kak Gibran waktu itu mau menikah sama Kak Aira karena cinta, ‘kan?” tanyaku kepo.

Kak Gibran menyenderkan kepalanya di kepala ranjang. Menarikku masuk kepelukannya. “Saya hanya sebatas menyayanginya sebagai sahabat. Tidak lebih. Keputusan saya menikahinya, semata-mata karena saya tidak tahu lagi bagaimana menghadapi segalanya. Saya frustasi mengetahui buruknya masa lalu keluarga saya. Terlebih ada darah seorang lelaki brengsek seperti ayah kandung saya yang mengalir dalam diri saya. Saat itu lah, Aira meyakinkan diri saya untuk mencari pendamping.” Kak Gibran menjeda ceritanya, lalu beralih menatapku. Binar sendu terpancar di sana.

“Keputusan akhir saya adalah menikahi Aira. Dia bisa mengerti keadaan saya. Dia tahu apa yang saya alami dan jika sewaktu-waktu saya melakukan kesalahan, Aira dapat memakluminya. Saya melupakan cinta saya untuk kamu. Namun pada kenyataanya, takdir saya itu kamu. Dan ketakutan saya pun terjadi. Saya yang terus bersikap cuek, dingin dan mengejekmu tanpa sadar membuat air mata kesedihan yang tidak ingin saya lihat, jatuh terus menerus.” Air matanya kembali turun. Segera aku mengusapnya. “Jangan menangis, Kak. Aiza paham. Yang terpenting sekarang sudah jelas semuanya. Lupakan masalalu, rajutlah masa depan yang lebih indah.”

“Maafkan saya.” Aku mengangguk. Lalu membalas pelukannya.

“Masalalu ada untuk pembelajaran agar kedepannya kita tak mengulangi kesalahan yang sama. Em, Aiza mau tanya, kenapa Kak Gibran tiba-tiba jujur tentang perasaan Kak Gibran?”

“Allah menyadarkan saya lewat sebuah ceramah. Selama ini saya belum pernah membahagiakan kamu layaknya seorang suami pada istrinya. Padahal saya harusnya membimbing kamu bukannya mencemooh kamu. Maafkan saya. Saya akan berusaha semampu saya untuk membahagiakan kamu mulai saat ini.”

Kebahagiaan memenuhi hatiku. Allah terima kasih. Ketetapan-Mu memang yang terbaik.

“Bimbing Aiza, ya Kak. Aiza ingin menjadi istri sholehah buat Kak Gibran.” Aku mendongak, menatapnya sebentar lalu kembali menyamankan diri dalam pelukannya. Walaupun sebenarnya jantungku masih beraktraksi di sana.

“Hm, kita mulai lembaran baru.”

***
Sore harinya Kak Gibran ngajakku jalan-jalan ke suatu tempat. Beberapa kali aku bertanya tapi Kak Gibran enggan menjawabnya. Alhasil aku hanya bisa menebak-nebak kemana gerangan dia akan membawaku.
Aku juga bingung memakai pakaian apa untuk ke sana. Lalu pilihanku memakai gamis polos sederhana warna pink pastel dipadukan dengan khimar coklat polos serta sling bag sewarna. Semoga saja aku tidak mempermalukan Kak Gibran.

Imam Rahasiaku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang