Cinta itu fitrah salah satu bentuk kasih sayang-Nya.
∞∞∞Cinta. Satu kata seribu makna. Berlabuh pada hati dan mampu membutakan mata. Mencintai terlaku dalam bisa berakibat fatal.
Menyetarakannya dengan berhala. Lalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Bucin, kata anak sekarang.Harus kuakui, rasa cinta itu membutakan. Seperti cintaku pada Kak Gibran. Sesakit apa pun luka yang dia goreskan, tetap saja cintaku tak semudah itu luntur.
Lain dengan Bu Melda. Dia melancarkan berbagai cara agar cintanya tercapai. Berarti Bu Melda berbahaya. Berulang kali aku menyangkal berita dari potongan koran kemarin. Tapi semuanya jelas bukan rekayasa saat aku menyelidikanya sendiri. Foto perempuan di tas Bu Melda adalah perempuan yang pernah di kabarkan dekat dengan Kak Gibran.
Bunda Nai juga menuturkan, selama kuliah Kak Gibran memang tinggal sendiri di sebuah apartemen. Tapi Bunda Nai dan Ayah Kenzi tidak pernah lepas mengawasinya. Mereka mengutus seseorang untuk menjaga Kak Gibran tanpa sepengetahuannya. Kak Gibran pernah di panggil pihak kepolisian untuk di mintai keterangan mengenai teman-teman perempuannya yang mengalami kematian secara tragis.
Bagaimana perasaan Kak Gibran ketika tahu kebenarannya? Aku tidak kuat melihat kekecewaan dan kesedihan membayang di kedua matanya. Mengetahui dia bukan anak kandung Ayah Kenzi saja, hatinya langsung remuk redam. Namun, membiarkan Bu Melda terus menerus tentu bukan hal baik. Mengingat banyaknya korban sebelum ini.
Meraih ponsel di nakas. Aku mendapati pesan dari grup LDK Muta’aliq
Zidan:
[Gimana nih? Kalian pada mau jadi relawan nggak?]Fadil:
[Pasti dong. Ana mau ngikut.]Azzam:
[Siapa pun yang mau ikut, harap konfirmasi. Ana minta sama kalian untuk mengumpulkan barang-barang buat di sumbangin. Apa pun itu yang bermanfaat. Terus uang kas LDK bisa kita pakai buat membeli bahan pokok untuk di bagi ke para korban. Semua setuju?][Besok ba’da duhur kita kumpul. Ana mau bagi-bagi tugas dan juga kita berkeliling sekitar kampus menanyai warga sekitar sana. Siapa apa tahu ada warga yang mau ikut menyumbang.]
Nayla:
[Bagus. Semakin banyak yang menyumbang, korban pun bisa terbantu dengan baik.]Zidan:
[Siap, Pak ketu!]Fadil:
[Ana mau ngambil barang ]
Aku gamang. Di satu sisi aku ingin sekali mengikuti kegiatan ini tapi aku masih perlu mencari bukti agar semuanya clear. Di tambah hununganku dengan Kak Gibran sedang tidak baik-baik saja. Meminta izin padanya akan terasa sulit.Nayla:
[Za, ikut nggak?]
Pesan pribadi dari Nayla kembali masuk.Me:
[Pengen. Cuma susah minta izin ke Kak Gibran.]Nayla:
[Kemarin pas di rumah sakit, gue nggak sengaja denger percakapan laki lo sama temannya. Katanya dia ada rencana jadi relawan juga. Nah, pas tuh kalo lo ikut.]Mataku mengerjap tak percaya membacanya. Kak Gibran mau jadi relawan? Beneran? Tanpa berlama-lama aku mencari kontaknya. Mencoba peruntungan siapa tahu dia mau menjawab panggilanku. Seminggu sudah berlalu, dia sama sekali tidak memberikan kabar.
Tersambung. Menunggu sampai dering berakhir tak ada jawaban. Kucoba lagi. Bukan Aiza namanya kalau sekali langsung menyerah. Panggilan kedua tetap sama, ketiga pun sama hingga panggilan ke sepuluh kalinya dan nihil. Tidak ada tanda-tanda Kak Gibran menerima panggilanku.
Aku terus berpikir positif. Kak Gibran pasti sibuk dan melupakan ponselnya. Lebih baik aku mengirim pesan saja. Semoga di balas atau setidaknya di baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Rahasiaku [END]
Teen FictionBetapa bodohnya manusia, dia menghancurkan masa kini sambil mengkhawatirkan masa depannya. Tapi dia menangis di masa depan dengan mengingat masa lalunya. (Ali bin Abi thalib) *** Dalam benaknya Aiza sudah merancang masa depan indah bersama lelaki ya...