Warning Content!
Cerita ini mengandung unsur seksual atau kata-kata dan tindakan yang tidak pantas. Harap bijak dalam membaca! ⚠️🔞
___
"El!" Lirih Sava, gadis itu mendongak menatapnya.
"Hm?" Sahut El lembut.
"Tolong ambil keperawananku!" Pintanya.
...
El terkejut bukan main. Matanya melebar menatap ke arah Sava. Apa gadis ini gila? Menggodanya jelas tak mungkin di saat dirinya menangis seperti ini. El langsung cepat menyadari sesuatu. Gadis itu sedang tidak baik-baik saja.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya El lembut, membelai rambut gadis itu. Tentu saja El tidak mau menanggapi ucapan Sava barusan.
"Please!" Bukannya menjawab pertanyaan El, Sava kembali memohon pada El. Membuat El menggeleng cepat. Ia tak akan melakukan itu dengan gadis yang sedang menangis sedih.
El menarik tubuh Sava, memangkunya dalam posisi miring. El mendekap tubuh gadis itu. Lalu Sava membenamkan kepalanya di dada El. Gadis itu tampak rapuh sekarang. Dan El tidak ingin banyak tanya. Ia hanya akan menenangkan gadis itu.
Sava menangis hebat di dekapan El. Menumpahkan segala kesedihannya di sana. Ia tak bisa lagi menahan diri untuk tak menangis. Hidupnya benar-benar kacau. Ia begitu rapuh sekarang. Dan ia tak tahu harus bagaimana. Milly, kakak sepupunya juga sedang dalam masa sulit. Ayah angkatnya juga sudah semakin tua. Dirinya tak bisa lagi menyusahkan mereka. Dan dirinya tak bisa bercerita tentang masalahnya ke mereka.
"El aku mohon, tolong ambil keperawananku." Ucap Sava kembali histeris. Bahkan dirinya terbatuk-batuk beberapa kali.
El mendekapnya semakin erat, mencoba menenangkan. Ia kecup berkali-kali puncak kepala gadis itu. Entah kenapa, El bisa merasakan betapa sedihnya gadis itu.
Sava membuka kancing kemejanya, lalu mengarahkan tangan El ke dadanya. Meminta El untuk menjamahnya. Gadis itu tidak main-main dengan ucapannya.
"Apa ada masalah?" Tanya El lembut, sedangkan tangannya menurut saja dipegangkan ke dada gadis itu.
"Nanti aku ceritain setelah kita melakukannya." Ucap Sava terlampau lirih.
"Gak." El menggeleng tegas. "Katakan dulu, baru aku tentuin pilihan." Lanjutnya.
Sava menghela napas, ia menatap El dengan serius. Bibirnya bergerak pelan, namun kembali terkatup rapat. Gadis itu takut dan ragu.
"Hey, ceritakan!" El mengecup pelan bibir gadis yang dipangkunya.
Sava memeluk El lagi, ia sandarkan kepalanya di dada bidang laki-laki itu. Mulai bercerita.
"Tadi, kakak tiriku meneleponku. Dia meminta uang lima juta padaku. Tapi aku gak ada. Semua uangku sudah aku berikan padanya." Sava kembali terisak, El setia menanti lanjutan cerita gadis itu.
"Namanya Bobby. Dia mengancamku akan menjualku jika aku tidak memberinya uang. Katanya, aku akan laku mahal karena aku masih perawan. Bahkan aku bisa saja dilelang." Sava kembali menjeda ucapannya.
"Aku gak mau dijual. Aku bukan barang, El. Aku gak mau, makanya ambil keperawananku, El." Tangis Sava kembali pecah setelah mengatakan hal itu. Memeluk El semakin erat.
El memejamkan matanya. Meredam amarah dan emosinya. Lalu kembali membuka mata, mendekap erat gadis itu. Ia mengecup puncak kepala Sava, menenangkan lagi.
"Dia sudah terlalu banyak memerasku. Uang bulanan dari ayah angkatku dia ambil semua, bahkan aku sudah beberapa kali meminta kepada kakak angkatku juga. Aku berusaha bekerja setelah aku pulang sekolah. Aku kerja serabutan, apapun yang aku bisa, aku lakukan. Uangnya aku berikan padanya. Tapi itu tak pernah cukup." Jelas Sava.
"Aku lelah seperti ini terus. Aku gak mau dia menjualku." Sava terdiam setelah mengatakan itu. Entah memikirkan apa.
"Minta nomor rekeningmu, nanti aku transfer uang ke sana. Biar kamu bisa memberi uang kakakmu." Ucap El setenang mungkin.
"Aku gak mau repotin kamu, El. A-aku gak ingin uang darimu, karena aku tahu kakakku gak akan cukup sekali itu saja." Sava menatap El dengan lamat. "Aku ingin kamu ambil keperawananku." Lanjutnya masih keukeuh.
El menghela napas. Lalu menangkup sisi wajah gadis itu menggunakan kedua telapak tangannya. Menatap serius gadis di depannya.
"Kamu yakin kalo kamu gak virgin lagi bakal gak dijual sama kakakmu?" Tanya El yang membuat Sava terkesiap. Ia tidak tahu.
"Sava, dengerin aku!" El kembali menatap tajam ke arah manik mata Sava. "Dalam dunia prostitusi atau jual-menjual wanita, terkadang gak peduli itu virgin atau enggak. Gadis usia belasan sepertimu akan tetap laku mahal. Meski kamu gak virgin, tapi mereka tahu kamu masih polos dan menyenangkan untuk mereka." Terang El yang membuat Sava menelan ludahnya susah payah.
"Jadi, itu gak akan berguna. Lebih baik kamu turuti saranku, aku akan memberimu beberapa uang. Kamu kirim ke orangnya, untuk beberapa saat, biar kamu tenang dulu." Nasihat dari El membuat Sava sedikit mengerti.
"Tapi aku gak mau repotin kamu." Lirih Sava masih ragu.
"Kali ini percaya padaku." El kembali menegaskan.
Sava akhirnya menurut, ia mengetikkan nomor rekeningnya di ponsel El. Lalu El mengiriminya beberapa nominal uang ke rekeningnya.
"Sudah masuk, coba cek!" Ucap El setelah berhasil mentransfer sejumlah uang ke rekening Sava.
Sava mengeceknya, namun terkejut dengan nominalnya. Dirinya lalu menghitung kembali angka nol di layar ponselnya. Memastikan dirinya tak salah.
"El, kamu kebanyakan." Sava menatap ke arah El. "Lima juta bukan lima puluh juta." Tambahnya.
El mengangguk seperti tak melakukan kesalahan apa-apa. Lalu menyimpan ponselnya ke dalam saku celana.
"Gak apa-apa, sisanya kamu simpan aja." Jawabnya santai. "Jangan dikembalikan, buat jaga-jaga kalo kakakmu minta lagi. Katamu dia sering minta kan?" El mengantisipasi jawaban Sava. Jadi ia langsung memperingatinya.
Sava tak tahu harus berkata apa selain terima kasih. Gadis itu membuka ponselnya lagi. Hendak mentransfer uang ke Bobby. Dengan isak tangis haru dan kesal. Ia menuliskan nominal yang diminta Bobby. Lalu menekan tombol 'setuju' di layar ponselnya.
Kemudian memberitahu Bobby lewat pesan perihal pengiriman uang darinya. Setelah itu Sava melempar ponselnya ke ranjang sebelahnya. Enggan membaca balasan dari Bobby yang memuakkan.
Sava kembali memeluk tubuh El. Menyandarkan kepalanya di dada pria itu. Sekarang, El benar-benar seperti pahlawan baginya. Dan dirinya merasa sangat nyaman dengan pria itu. Pembawaannya yang tenang membuatnya nyaman. Dan sikapnya yang sangat dewasa membuatnya terpesona. Dirinya tak salah jatuh hati pada seseorang. Meski dirinya tak tahu perasaan itu terbalas atau tidak. Yang jelas, El menyelamatkan dirinya kali ini.
"Aku akan mengganti uangnya lain waktu." Ucap Sava lirih.
"Gak perlu dipikirin. Kamu tenang aja." El mengelus-elus rambut panjang Sava. Masih mendekapnya dengan sayang. Ia ingin gadis itu tak rapuh lagi.
Sava diam saja menikmati perlakuan El. Terlanjur nyaman oleh dekapan pria itu. Dan dirinya tak mau turun dari pangkuan El. Biarkan seperti ini sampai dirinya benar-benar tenang.
Sementara El menatap ke depan. Sorot matanya sulit diartikan. Dibalik sikap tenangnya, tersimpan amarah yang luar biasa di dalam diri pria itu. Sangat beruntung dirinya bisa mengendalikan emosi dan tidak memperlihatkannya. Kelebihan dari memiliki beberapa sisi dalam dirinya.
_____
To be continue.
MeloPearl
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSAVA - Love and Believe [Telah Terbit]
RomanceTelah terbit di Gente Books! Untuk info pemesanan bisa hubungi Author! 🧡 ___ Tidur satu kamar dengan El, Sava jadi mengetahui sisi lain dari laki-laki itu. Sisi lain yang belum pernah Sava ketahui sebelumnya. Sisi lain yang berbanding terbalik dari...