22 - Milik Siapa?

21.1K 1K 62
                                    

Selamat membaca ^^

___

Sava kini tengah memilih dress yang akan dia pakai untuk acara pesta yang diadakan oleh anggota gang El. Dehan bilang itu adalah pesta untuk peresmian para anggota OSIS yang bebas tugas. Sebenarnya sangat tidak tepat, pasalnya yang jadi anggota OSIS di gang itu hanya dirinya, Dehan, El, dan juga Galen. Jelas Ricky, Arum, dan yang lainnya tidak ikut. Itu acara yang diselenggarakan oleh anggota gang.

Namun Sava tak memiliki alasan untuk tidak ikut. El sendiri juga setuju-setuju saja dengan pesta itu. El juga bilang padanya jika anggota gangnya memang sering mengadakan pesta. Sava juga lumayan penasaran dengan pesta yang akan diselenggarakan nanti malam.

Sava tidak sendiri, ada Hasya yang menemani dirinya di apartemen. El dan Surya tengah keluar, membahas bisnisnya. Juga memberikan waktu pada Sava untuk mempersiapkan diri. Hasya juga sedikit-sedikit mengajari Sava berdandan. Dan bercerita bagaimana pesta itu akan berlangsung biasanya.

"Pesta itu bukan pesta formal, jadi gak perlu pake gaun yang terlalu formal." Jelas Hasya dan membantu Sava memilih gaun.

"Apa pestanya akan berlangsung lama?" Tanya Sava takut, takut jika akan berlangsung lama.

"Tergantung sih, tapi bisa pulang dulu kalau emang gak betah. El pasti paham." Jawab Hasya.

Sava mengangguk, lalu menerima sodoran gaun dari Hasya. Gaun itu simpel dan tidak terlalu terbuka. Sava suka. Dia akan mengenakan itu nanti malam. Yang terpenting adalah tidak kehilangan mencolok atau kelihatan terlalu cupu di pesta. Sudah cukup Karen menghinanya kemarin. Dirinya tidak ingin lebih direndahkan lagi.

"Aku harap gak ada hal-hal aneh yang terjadi di pesta." Ucap Sava lirih.

Teringat soal pesta ulang tahun Arum kemarin. Kejadian tidak diinginkan terjadi. Membuat suasana hatinya hancur seketika. Dan sekarang pestanya di markas El. Sava yakin akan banyak orang-orang El yang datang. Semoga saja Karen belum sembuh. Jadi tidak bisa ikut pesta.

"Apa pun yang terjadi, aku yakin El akan terus melindungimu." Ucap Hasya menenangkan.

Senyum manis terukir di bibir Sava. Gadis itu yakin El memang akan melindunginya. Sudah terbukti jika El rela berkorban untuk dirinya. Merelakan tubuhnya untuk menjadi tameng buat tubuhnya. Laki-laki itu terkadang sangat manis. Selain sisi lainnya yang sangat gelap dan menyeramkan. Namun El selalu baik pada Sava. Laki-laki itu tidak pernah marah atau membentaknya. Bahkan menuruti kemauan Sava.

"Hasya, aku ingin membersihkan tubuhku dulu. Kamu bisa istirahat. Pasti capek banget kan nemenin aku seharian." Sava tersenyum lembut, Hasya juga balas tersenyum.

"Oke Sava. Aku mungkin akan tidur di sofa sejenak, nanti kalo ada apa-apa bangunin aku." Jawab Hasya.

"Siap, kamu kelihatan capek banget. Istirahatlah!" Sava tersenyum dan pergi ke kamarnya untuk mandi dan membersihkan diri.

Sava membuka laci kamar untuk menaruh gelang yang tadi diberikan oleh Hasya. Untuk acara nanti malam. Sava meletakkan gelang itu di laci meja paling bawah di sebelah ranjang. Sesaat kemudian penglihatannya menangkap sesuatu. Ada ikat rambut berwarna merah di sana. Sava mengambilnya, memperhatikan benda itu lamat-lamat.

Milik siapa?

Sava tidak memiliki benda itu. Dan ikat rambut itu terlihat bagus dan mungkin harganya mahal. Sava tidak tahu misalnya El memiliki saudara perempuan. Ibunya juga sudah lama meninggal. Jadi ikat rambut itu milik siapa? Sava akan menanyakan hal itu nanti pada El. Dirinya perlu membersihkan tubuh terlebih dahulu.

Sava meletakkan kembali ikat rambut itu di posisi semula. Menutup kembali laci meja yang tadi dibukanya. Dia menghela napas. Lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada di sisi kamar. Selama melakukan aktivitas mandi, pikiran Sava masih tertuju kepada ikat rambut merah itu. Kenapa Sava begitu penasaran?

ELSAVA - Love and Believe [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang