Warning Content! ⚠️🔞
Angst, Character Death, Toxic Relationship, Suicidal Thought, Rape, Explicit Sex, Drugs, etc.
Beberapa adegan yang terkandung dalam cerita tidak patut untuk dicontoh.
Mohon bijak dalam memilih bacaan!Terima kasih dan selamat membaca. ^^
...
___
Sava tersentak kaget, lampu kamar markas El mati tiba-tiba. Gadis itu memeluk erat tubuh laki-laki di sebelahnya. Berbisik pelan pada telinga El. Mengatakan jika lampu mati. Sava tidak takut hujan lebat atau petir. Tapi memiliki ketakutan terhadap kegelapan yang benar-benar pekat. Sava tidak bisa tidur dengan lampu yang terlalu terang, namun juga tidak bisa dalam keadaan gelap gulita.
"El!" Sava mencoba membangunkan laki-laki yang terlelap di sebelahnya.
"Iya?" El juga tersentak mendapati kamar itu gelap gulita.
"Lampunya mati, aku takut." Sava mengeratkan pelukannya pada tubuh El.
"Aku telepon penjaga markas dulu." El mengambil ponselnya yang ada di meja sisi ranjang. Setelah itu mencari kontak untuk menghubungi seseorang.
"Halo, Tuan Muda. Ada yang bisa saya bantu?" Jawaban dari seberang.
"Cek bagian listrik, segera perbaiki jika ada yang salah." Ucap El memerintah.
"Baiklah Tuan Muda." Ucap laki-laki di seberang mematuhi perintah tuannya.
El memutuskan sambungan teleponnya. Kemudian menyalakan senter pada ponselnya, menyimpan benda itu kembali ke meja agar cahayanya menerangi ruangan. Mereka tinggal menunggu penjaga itu membenarkan listriknya hingga lampunya nyala.
"Jangan takut, ada aku di sini." El mengecup pundak Sava yang telanjang.
Semalam El sudah menceritakan semuanya pada Sava. Perihal siapa Via, bagaimana dia bisa tidur dengan gadis itu. Bagaimana El dulu, dan berbagai hal yang belum Sava ketahui sebelumnya. Sava belum bisa menerima semuanya, namun gadis itu sedikit demi sedikit sudah bisa memaafkan El. Dan melupakan masa lalu, fokus pada masa depan keduanya. Karena inilah cinta, saling menerima kelebihan atau kekurangannya. Tidak ada orang yang sempurna. Percayalah, setiap orang baik pasti ada buruknya, dan setiap orang yang terlihat buruk, pasti ada baiknya. Meski hanya sedikit saja.
Sava menyukai El, gadis itu sangat mencintai laki-laki yang kini tengah mendekapnya erat. Dan Sava menerima konsekuensinya. Sava menerima keadaan El yang seperti sekarang. Jika saja hanya fokus pada keburukannya, semua orang tidak ada yang baik keseluruhannya. Apalagi jika orang itu memiliki kemauan untuk memperbaiki diri. Bukankah lebih baik menerima orang yang mengakui kesalahannya dan mau memperbaiki? Daripada orang yang terus menutupi kesalahannya dan menganggap dirinya paling benar. Tapi semua orang memiliki prinsip sendiri-sendiri. Yang penting tidak memaksa dan tidak merugikan orang lain.
Pipi Sava menempel pada dada bidang El yang tidak tertutupi apapun. Laki-laki itu hanya memakai boxernya sekarang. Jangan tanya apa yang mereka lakukan semalam. El tidak bisa tidak menyentuh tubuh Sava. Gadis itu bahkan sekarang telanjang sepenuhnya. Sava mencuci bajunya, lalu memakai kemeja El untuk tidur. Namun kemeja itu sekarang pasti sudah tergeletak di lantai. Bersamaan dengan baju dan celana El.
El membenarkan selimut yang mereka kenakan. Udara cukup dingin, menjelang pagi biasanya memang begitu. El membawa tubuh Sava naik ke atas tubuhnya. Gadis itu membenamkan kepalanya di leher El. Tubuh mereka menyantu, dada Sava menempel pada dada El. Membuat hasrat laki-laki itu kembali muncul saat merasakan benda kenyal itu menyentuh kulit telanjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSAVA - Love and Believe [Telah Terbit]
RomanceTelah terbit di Gente Books! Untuk info pemesanan bisa hubungi Author! 🧡 ___ Tidur satu kamar dengan El, Sava jadi mengetahui sisi lain dari laki-laki itu. Sisi lain yang belum pernah Sava ketahui sebelumnya. Sisi lain yang berbanding terbalik dari...