Warning Content! ⚠️🔞
Angst, Character Death, Toxic Relationship, Suicidal Thought, Rape, Explicit Sex, Drugs, etc.
Beberapa adegan yang terkandung dalam cerita tidak patut untuk dicontoh.
Mohon bijak dalam memilih bacaan!Terima kasih dan selamat membaca. ^^
Note: part ini author dedikasikan buat para readers yang selalu komen dan vote ceritaku. Buat kalian yang selalu semangatin author dan juga menunggu cerita ini update. Love sekebon buat kalian. ❤️❤️❤️
....
***
Rasa cinta pun tak cukup untuk menjadi landasan sebuah hubungan. Dia juga membutuhkan kepercayaan.
***
___
"Harimu terasa berat?" Ivy yang duduk di sebelah Sava menyodorkan segelas minuman pada Sava.
Di luar hujan deras, kini gadis itu sudah berada di ruang tunggu untuk menunggu Bobby siuman. Dokter bilang Bobby mendapat banyak luka serius. Dan belum bisa dipastikan kapan laki-laki itu sadar. Namun setidaknya, Sava lega karena Bobby bisa selamat.
"Minum saja, aku belum haus." Sava tersenyum dan menolak halus. Dirinya tidak nafsu.
"Ini dari El loh." Gadis itu berujar lagi, masih menyodorkan satu gelas cokelat panas untuk Sava.
Sava tahu Galen dan El sudah pergi dari rumah sakit. Tadi Ivy yang mencarinya, dan hujan mulai turun sebab itu Sava putuskan untuk kembali masuk ke rumah sakit. Hari juga semakin gelap, dan Sava jujur saja lapar dan haus. Tapi lagi-lagi dia tidak nafsu untuk memakan apapun.
"Makasih banyak ya." Sava tersenyum kecil pada Ivy.
Sava putuskan untuk menerima cokelat panas itu. Masih hangat, namun Sava hanya memegangnya. El masih sangat perhatian padanya sekalipun gadis itu marah. Seperti yang Sava tahu, El benar-benar penyabar.
"Lo gak harus nyimpen semuanya sendiri." Ivy berujar, membuat Sava sedikit terkejut. Gadis itu sudah mengetahui apa saja tentang dirinya?
"Apa maksudmu?" Sava beralih menatap Ivy, kini memperhatikan gadis itu dengan serius.
"Gue liat lo sama Elian semalem."
Perkataan Ivy membuat kedua bola mata Sava membulat. Apa lagi yang diketahui gadis itu? Ivy juga terlihat lebih santai daripada teman-teman El lainnya. Gadis itu tak menghakimi Sava seperti teman-teman El lain yang menghakiminya. Jika memang Ivy bisa memahami perasaan Sava, gadis itu cukup lega.
"Lo keliatan tertekan banget." Ivy berucap lagi, mengamati gadis manis di hadapannya.
Sava menghela napas, menyelipkan helaian rambutnya yang mengenai mata. Gadis itu menunduk saja, tidak tahu memulai dari mana untuk berbicara.
"Elian ngancem lo buat gak ngomong ke siapa-siapa?" Tanya Ivy lagi.
Sava mengangguk. Berterimakasih karena Ivy dapat menebaknya, tanpa memaksanya untuk bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSAVA - Love and Believe [Telah Terbit]
RomanceTelah terbit di Gente Books! Untuk info pemesanan bisa hubungi Author! 🧡 ___ Tidur satu kamar dengan El, Sava jadi mengetahui sisi lain dari laki-laki itu. Sisi lain yang belum pernah Sava ketahui sebelumnya. Sisi lain yang berbanding terbalik dari...