Warning Content!Cerita ini mengandung unsur kekerasan, seksual, adegan dewasa, atau kata-kata dan tindakan yang tidak pantas. Harap bijak dalam membaca! ⚠️🔞
Terima kasih dan selamat membaca ^^
___
"Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan melindungimu." El menggenggam tangan Sava dan mengajak gadis itu turun dari lantai dua.
El berjalan cepat menuruni tangga dengan menggandeng tangan Sava. Lalu berlari ke arah dapur, sepertinya lebih baik kabur daripada Sava kenapa-kenapa. Pintu utama didobrak dari luar dan nampaklah sekitar enam orang berdiri di sana.
"Keluar kalian. Gue tau kalian di dalam sini!" Teriak seseorang yang berambut gondrong.
Dor!
Seseorang dari mereka melepaskan tembakan ke arah lemari ruang tengah. Menimbulkan suara pecah dari kaca. Bermaksud menggertak.
El yang bersembunyi di belakang dinding langsung melepaskan tembakan ke arah mereka begitu mengetahui mereka bersenjata. El terpaksa memakai senjata api karen dirinya kalah jumlah dan juga dirinya membawa Sava.
Dor!
Dor!
Dor!
Dor!Empat tembakan berhasil melumpuhkan empat anggota. Namun kedua anggota dapat menghindar. Mereka berdua memakai senjata. Dan Sava dapat melihat seseorang yang baru saja muncul dari arah pintu. Bobby, sang kakak yang mencarinya.
"Kalian jangan harap bisa lari!" Ketiga orang itu termasuk Bobby kini mengejar El dan Sava.
El menarik tangan Sava, mengajaknya keluar dari dapur menggunakan pintu belakang. Lalu mereka tiba di teras, berlari terus hingga sampai pada hamparan ilalang luas. Para penjahat masih mengejar mereka.
Dor!
Dor!
Dor!Mereka yang mengejar Sava dan El terus-menerus menembakan peluru ke arah mereka.
Bruk.
Sava terjatuh karena tersandung ranting kayu. Membuat El harus berhenti dan berjongkok di depan gadis itu. Melihat wajah Sava yang meringis. Sepertinya kuku jempol kaki Sava tersandung sangat keras sehingga mengeluarkan darah. Bahkan bodohnya El baru menyadari jika Sava telanjang kaki. Gadis itu belum sempat memakai sandal setelah mandi.
"Kalian gak bisa lolos lagi!" Teriakan seseorang yang berdiri beberapa meter di depan mereka. El tahu laki-laki gondrong ini adalah pimpinan penyerangan ini, tangan kanan Akhilendra, Jeffrey.
Jeffrey tertawa puas sambil mengacungkan pistol ke arah Sava dan El. Membuat Sava gemetar, ketakutan. Bahkan gadis itu sudah melupakan rasa sakit di kakinya karena ketakutan. Sudut mata Sava melirik ke arah Bobby yang nampak muram. Mungkin kesal karena tak segera mendapatkan Sava.
"Kalo lo bisa gue telfon, gue gak akan sampai kayak gini." Ucap Bobby setelah beberapa saat hanya diam.
Napas Sava tercekat. Dirinya tak paham sedang ada apa. Tapi dirinya menerka-nerka mungkin Bobby minta uang lagi padanya namun ponselnya mati. Belum sempat dibenarkan.
"Handphone aku mati." Lirih Sava menjawab.
"Sekarang lo ikut gue." Bobby mendekat, namun Sava beringsut mundur.
El yang menyadari segera mengacungkan pistol ke arah Bobby. Membuat Bobby seketika berhenti. Namun Jeffrey segera saja mengarahkan pistolnya ke arah El yang mana tadi pistol itu diarahkan ke Sava.
"Jangan lupa gue juga ada senjata." Jeffrey mengejek El.
Berbeda dengan Sava yang ketakutan, El nampak tenang menghadapi ketiga penjahat di depannya. Meski kalah jumlah, dirinya terlihat tak gentar. Diraihnya tubuh Sava ke dalam rangkulannya. Gadis itu pun memeluk pinggang El untuk menopang tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELSAVA - Love and Believe [Telah Terbit]
RomansaTelah terbit di Gente Books! Untuk info pemesanan bisa hubungi Author! 🧡 ___ Tidur satu kamar dengan El, Sava jadi mengetahui sisi lain dari laki-laki itu. Sisi lain yang belum pernah Sava ketahui sebelumnya. Sisi lain yang berbanding terbalik dari...