7. Kesempatan

3.8K 146 2
                                    

"lo lebay, sinting, pabo, stupid, goblok, bodoh, bucin, gila, psycho ka!" Tangis Wendy pecah setelah melihat perlahan mark mulai membuka matanya.

Mark yang melihat pertama kali adik kecilnya menangis karena dirinya terkekeh geli. Kemudian menarik adik kecilnya kedalam pelukan nya.

"Maaf in Kaka ya dek udah buat kamu khawatir" ujar mark lesu.

"Wendy gasuka ya ka, Kaka nyakitin diri sendiri kaya gini gamau makan berhari-hari, ini juga lagi tangan ngapain nonjok kaca segala?" Omel Wendy masih dalam pelukan mark.

"Kaka ga nafsu makan dek, Kaka cuma mau fei, tolong sesak rasanya dek" adu mark dengan lirih.

"Kaka tenang aja, sekarang ka mark tidur ya istirahat, badan kaka masih panas banget ini" ucap Wendy menenangkan mark.

Wendy pun melepas pelukannya kemudian beranjak dari sisi mark menuju sofa yang ada diruang rawat. Melamun memikirkan bagaimana perubahan Kaka nya yang sangat signifikan setelah bertemu Fei sahabat barunya.

Mereka tidak menyadari bahwa dari tadi ada seseorang yang mendengar percakapan mereka.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Disisi lain fei tertegun setelah tidak sengaja menguping pembicaraan Wendy dan Mark. Kemudian mengetok pintu kamar rawat Mark yang memang sudah terbuka sebagai tanda sopan nya. Menyapa Wendy seolah-olah Fei tidak mendengar percakapan Kaka beradik itu.

"Wendy"

"Ah Fei, lo udah dateng, sini duduk" ujar Wendy.

"Sorry ya lama" kata Fei.

"Engga apa-apa, lo udah mau dateng aja gue seneng" ucap Wendy disertai senyuman.

"Oh iya, gimana keadaan Kaka lo?" Tanya Fei.

"Alhamdulillah baik, tadi juga udah sempet sadar cuma gue suruh tidur lagi badanya masih panas banget" jelas Wendy pelan.

"Oiya Fei, gue boleh minta tolong sekali lagi?" Tanya Wendy.

"Apa?" Jawab Fei.

"Minta tolong jaga ka Mark sebentar, gue mau kerumah ambil keperluan selama ka mark dirawat juga sekalian gue mau ganti baju, tadi buru-buru ga sempet soalnya" Pinta Wendy dengan melas.

"Okee, lo pulang aja biar gue yang jaga ka Mark disini" Kata Fei.

"Thanks ya Fei, gue pamit dulu, kalo ada apa-apa lo telfon gue aja" Ucap Wendy.

Fei mengangguk mengiyakan ucapan Wendy.
Setelah kepergian Wendy, Fei menghampiri Mark yang sedang terbaring, mengusap rambut Mark dengan sayang, mengecup kening Mark kemudian mengambil tangan mark yang bebas infus untuk menautkan jemari nya dengan jemari Mark.

Menghela nafas sebentar untuk meyakinkan dirinya, bahwa keputusan nya memberikan kesempatan pada mark adalah pilihan terbaik, kemudian di usapnya jari mark yang digenggam nya dan memejamkan matanya dengan tautan tangan mereka yang ditempel pada pipi Fei.

"Cepat sembuh ya ka" ucap Fei lrih.

Perbuatan Fei terlihat oleh Wendy dari pintu kaca ruangan Mark. Memang Wendy sengaja tidak langsung beranjak pergi dari sana setelah pamit pergi tadi. Wendy tersenyum bahagia melihat Fei berperilaku manis pada Kaka tersayang nya itu.

Meskipun awalnya kesal terhadap Fei yang egois, perasaan itu berganti dengan kebahagiaan membayangkan senyum kakanya setelah tau ada Fei di samping nya sedang menjaga nya. Dirasa cukup mengawasi calon Kaka iparnya itu Wendy benar benar beranjak dari sana untuk pulang kerumah. Membiarkan mereka berdua menikmati kebersamaannya.

Dua jam berlalu

Wendy sudah kembali dari rumah. Saat ini sedang menuju kamar kaka nya Mark, perlahan pintu dibuka menampilkan sosok Kaka nya dan Fei sedang tertidur pulas dengan jari mereka saling bertautan.

Melihat itu Wendy kembali tersenyum, kemudian menghampiri kakanya dan dengan pelan dan hati-hati membangunkan kakanya agar tidak membangunkan Fei juga.

Melihat mata kakanya mulai membuka matanya. Wendy segera mengisyaratkan Mark untuk jangan berisik dan banyak bergerak agar Fei tidak terbangun.

Mark yang kaget sontak mengalihkan pandangannya kearah Fei kemudian tangan nya yang sedang bertautan dengan Fei lalu kembali lagi ke arah Wendy. Seolah-olah bertanya ~Bagaimana bisa?~

Wendy hanya menjawab dengan senyuman kemudian pamit pergi keluar dengan bahasa isyarat agar tidak menimbulkan suara.

Setelah Wendy pergi ke luar, mark kembali mengalihkan pandangan nya kearah sang pujaan hati. Mengelus lembut rambutnya, mengecup pucuk rambutnya dan dengan tidak sadar air mata Mark menetes.

Ya dia menangis, tidak pernah menyangka ternyata gadisnya yang kemarin berusaha keras menghindarinya sekarang berada tepat disamping nya, menemaninya yang sedang sakit dengan jemari mereka yang saling bertautan.

Dengan senang mark mengangkat tangan gadisnya kemudian dikecup nya berkali-kali. Hal itu perlahan membuat Fei terbangun dari tidurnya.

Mark POV

~Aku ga percaya kamu disini sekarang sayang~ fikirku dengan terus mengecup permukaan tangan gadisku ini.

"Lho ka Mark kenapa ko nangis, apa yang sakit? Bilang sama Fei biar dipanggil in dokter ya" Ujar gadisku dengan lembutnya tak lupa juga disertai wajah khawatir.

Dengan pelan, gadisku menangkup wajahku kemudian mengusap air mataku dengan mata yang terus menatap ku khawatir.

Hal itu tentu membuatku senang, rasanya seperti ada jutaan kupu-kupu terbang di seluruh tubuhku. Ternyata gadisku mengkhawatirkan ku. Aku masih tidak percaya.

Dengan lembut kupegang tangannya yang sedang ada di pipiku, ku elus perlahan kemudian ku kecup lama permukaan tangan nya.

"Engga apa-apa sayang, engga ada yang sakit ko, cuma terharu karena masih ga nyangka aja kamu ada disini, disamping ku mengkhawatirkan ku" ucap ku setelah selesai mengecup tangan halus nya.

Fei yang mendengar ucapanku lantas tersenyum lembut kearah ku, memeluk ku secara tiba dan mengucapkan kata-kata yang membuatku menegang ditempat.

"Iya ka, aku disini dan akan selalu di sini disisi ka Mark, maaf in aku ya ka kemarin-kemarin egois, sekarang aku akan memberikan Kaka kesempatan. Aku mau jadi pacar ka Mark. So, sekarang kita pacaran"

Possessive [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang