Malam ini Fei sendirian tengah melamun di balkon kamar yang sudah 2 minggu ini ia tempati. 2 minggu pula Fei pindah ke Jakarta tanpa kedua orang tuanya, kesehariannya hanya bersama Mark kekasihnya. Karena sekarang ia tinggal di mansion keluarga Wilson entah sampai kapan.
Edwin benar-benar menepati janji nya pada sang putra yang akan membawa gadis itu menetap di Jakarta tanpa kedua orang tuanya sekalipun. Edwin bahkan mengancam gadis itu jika ingin kedua orang tuanya tetap hidup tenang dan bahagia.
Helaan nafas berkali-kali Fei keluarkan, memikirkan keluarga nya yang berada di Bandung. Terlebih Abang nya Kelv yang sedang menempuh pendidikan di Jepang.
Terkadang Fei bersyukur Abang Kelv tidak tau menau tentang masalah nya sekarang. Fei tak tega bila menghancurkan kebahagian abangnya saat ini.
Tok..Tok..Tok
Suara pintu diketuk membuyarkan lamunan Fei, dengan tergesa Fei berjalan kearah pintu.
"Mami, ada apa?" Sapa Fei saat melihat ternyata yang mengetuk pintu ternyata Melisa, maminya Mark.
"Bisa bicara sebentar sama mami? Dikamar kamu aja." Ucapnya.
"Tentu, ayo masuk mi." Jawab Fei sopan.
"Gimana hubungan kamu sama Mark? Keliatan nya anak mami makin bucin sama kamu." Melisa terkekeh dengan perkataan nya sendiri.
Fei tersenyum malu mendengar ucapan Melisa. Memang, semakin hari Fei semakin menikmati kebersamaan nya dengan Mark. Semakin hari pula kekasihnya itu semakin possesive dan tak mau berpisah dengannya.
"Boleh mami jujur? Sebenarnya mami agak keberatan kamu tinggal disini, lagian kan kamu sama Mark belum menikah. Maaf ya, Mark paksa kamu tinggal disini. Padahal mami udah nyiapin rumah dan apartemen buat kamu tinggal, terserah tinggal pilih mau dimana." Ujar Melisa.
Bukannya tersinggung dengan perkataan Melisa, justru Fei merasa senang. Ini yang dinantikannya sedari awal ia menampakkan kaki di Jakarta. Sungguh, Fei benar-benar tidak betah tinggal disini. Pergerakannya terlalu terbatas. Meskipun ia kekasih Mark dan disini ada Wendy, tetap saja ia merasa bukan siapa-siapa dirumah ini.
"Iya Mi, Fei ngerti. Sebenernya Fei juga gamau tinggal disini. Fei ga enak, Fei cuma kekasih Mark. Tapi Fei gabisa ngelawan Mark" jujur Fei, kepala nya menunduk takut akan respon Melisa.
"Itu perkara mudah, kamu tinggal minta rumah atau apartemen saja pada Mark, anak Mami pasti akan dengan mudah memberikannya." Usul Melisa.
"Ada apa ini?" Suara Mark yang tiba-tiba muncul mengejutkan Melisa dan Fei. Melisa ingat betul tadi dia secara diam-diam mengunci pintu dari dalam.
"Ehhh" gugup Fei, menatap Melisa seolah minta pertolongan. Melisa yang mengerti kode dari Fei segera bangkit dari kasur mengusap bahu putra nya dengan lembut.
"Ah anak Mami udah pulang kuliah, gimana kuliahnya lancar?" Ujar Melisa beralih menatap sang putra untuk sekedar mengalihkan pembicaraan.
Mendengar perkataan Mami nya, Mark membalas dengan tatapan tajam nya, bermaksud mengintimidasi Melisa.
"Mi!" Geram Mark.
Melisa tersenyum canggung, menuntun putranya duduk dikasur tepat disamping Fei. Bisa gawat kalau putra nya mengamuk disaat sedang tak ada sang suami disamping nya.
"Ka" cicit Fei.
"Hm?" Dehem Mark, raut wajah nya tercetak jelas yang tadinya menahan amarah seketika berubah penuh kelembutan saat mendengar panggilan kecil dari gadis kesayangan nya.
Fei terdiam, matanya tak sengaja menatap tangan Melisa yang terkepal sedangkan wajahnya tersenyum manis menatap keduanya. Tak tahan dengan situasi sekarang, Fei menunduk dengan wajah yang ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive [HIATUS]
Fantasy[21++] "Kaka terlalu possesive, aku gasuka dan aku mau kita putus" Ujar Fei dan meninggalkan kekasih nya sendirian. "Putus? Kamu mau aku mati perlahan sayang? Okei kalo itu yang kamu mau" Ucapnya lirih melihat kepergian Fei. Dengan mata menyorot pen...