14. Rencana

2.4K 119 6
                                    

Pagi-pagi sekali mansion keluarga Wilson dikejutkan dengan percobaan bunuh diri yang dilakukan salah satu anggota keluarga nya. Mark Tuan Wilson, siapa lagi kalau bukan Mark.

6 bulan sudah berlalu semenjak kejadian itu. Mark seperti mayat hidup yang tidak memiliki gairah. Mark hanya keluar kamar untuk makan dan sekolah, hari-hari yang dijalanin nya pun hanya seputar keduanya.

Awalnya Wendy hanya ingin mengantarkan makanan kedalam kamar Kaka nya. Ia tidak melihat kakanya berada di meja makan pagi ini. Karena tidak mendapatkan respon saat mengetuk pintu, Wendy langsung saja membuka pintu kakanya. Betapa terkejutnya Wendy saat melihat kakanya Mark tengah meringkuk diatas tempat tidur dengan memegang pisau dan tangannya berlumuran darah memegang sebuah foto.

Saat ini Wendy dan kedua orangtua nya tengah berada dirumah sakit menunggu kabar dari dokter. Sudah hampir 2 jam ketiganya menunggu belum ada tanda dokter keluar dari ruang UGD.

"Mas, anak kita kenapa jadi seperti ini. Aku pikir setelah 3 minggu mengurung diri dikamar dan akhirnya keluar, karena Mark sudah menerima kenyataan serta mau membuka lembaran baru, makanya aku langsung menghentikan pencarian gadis itu. Melihatnya tadi berlumuran darah dengan memegang foto gadis itu membuat ku sadar bahwa anak kita ternyata belum melupakan gadis itu. Aku sudah menjadi bunda yang buruk mas, maaf." Tangis wanita paruh baya yang ternyata Mami nya Mark.

Edwin yang melihat sang istri menangis tak berhenti sejak 2 jam lalu hanya bisa memeluk dan memberikan kata-kata menenangkan untuk istri tercinta nya. Tak salah jika sang istri berpikiran seperti itu. Ia pun sama, ia pikir anaknya sudah tak menginginkan gadis itu, melihat bagaimana 6 bulan terakhir anaknya sudah kembali beraktivitas meski tak se produktif sebelumnya.

Sedangkan Wendy hanya duduk di kursi tunggu dengan wajah menunduk menyembunyikan air mata nya. Wendy tak menyangka bahwa kakanya akan melakukan percobaan bunuh diri seperti ini hanya karena seorang gadis.

Memantapkan langkahnya menuju kedua orang tuanya. Wendy dengan lantang mengutarakan keinginan nya pada keduanya.

"Mi Pi. Ayo kita cari Fei lagi, buat dia menjadi milik ka Mark lagi. Fei harus mempertanggung jawabkan perbuatannya hingga membuat ka Mark menjadi seperti ini. Wendy punya rencana dan rencana ini membutuhkan bantuan Papi ." Ucap Wendy.

Kedua orang tuanya mengangguk setuju. Dengan semangatnya, Wendy membeberkan rencana yang ia susun di otak nya sedari tadi pada orang tuanya.

"Fernandez. Papi kenal kan dengan Marga itu?" Tanya Wendy.

Edwin mengernyitkan dahinya bingung, merasa asing dengan nama yang disebutkan putrinya. Bukan apa, Edwin kan orang terkenal dan terpandang karena kekayaan nya, sudah jelas kenalannya adalah orang-orang besar dan kaya juga pastinya. Jika tak Edwin kenal, sudah pasti orang itu bukan salah satu dari jajaran orang-orang kaya yang ia kenal.

"Tidak, Papi tak pernah dengar marga itu. Apa mereka termasuk dalam jajaran orang terkaya di Asia?" Tanya Edwin balik.

Wendy mendelik kesal kearah Papi nya. Sifat sombong Papi nya kembali lagi disaat-saat seperti ini. Menyebalkan sekali.

"Entahlah, yang pasti Fernandez adalah nama marga Fei, gadis itu." Ujar Wendy.

Edwin menganggukan kepala nya mengerti, setelahnya ia menelfon anak buahnya. Ia akan mencari tahu lebih dulu tentang keluarga yang disebutkan putrinya. Setelah menelfon, kebetulan dokter yang menangani putra nya akhirnya keluar.

"Dok, bagaimana keadaan putra saya?" Tanya Melisa Mami Mark dengan tak sabar.

"Syukurlah keadaan putra tuan dan nyonya sekarang baik-baik saja. Ia sudah melewati masa kritis nya, dan sekarang kita akan pindah kan keruang rawat terlebih dahulu baru bisa kalian jenguk. Kalo begitu saya permisi dulu." Ucap sang dokter. Ketiganya menghela nafas mendengar penuturan dokter.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Melisa mengelus surai putra nya dengan lembut, ia masih tak menyangka putranya nyaris kehilangan nyawa jika saja putrinya tidak menemukan sang putra dikamar nya.

Suara pintu terbuka membuat atensi semua yang ada disini mengalihkan pandangan nya pada orang yang tadi membuka pintu.

"Permisi tuan nyonya nona, saya mau melapor bahwa saya sudah dapatkan data yang tuan minta tadi." Ujar pria yang ternyata anak buah yang Edwin tugaskan mencari data keluarga Fernandez.

"Bacakan." Ucap Edwin datar.

"Kevin Fernandez dan Asyira Fernandez. Kedua pasangan tersebut mempunyai 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan bernama Kelvian Fernandez dan Feilysha Fernandez. Sebelumnya mereka tinggal di Surabaya dan pindah ke Jakarta sekitar 10 bulan yang lalu karena menghindar demi ke...." Ucap anak buah Edwin.

"Menghindar? Dari apa?" Potong Wendy yang ternyata dari tadi ikut menyimak penjelasan anak buah Edwin.

"Izin menjelaskan nona. Dari informasi yang saya dapatkan, mereka pindah demi kebaikan psikis nona Feilysha. Kabarnya, nona Feilysha pernah hampir diperkosa di gudang sekolah karena penolakan gadis tersebut pada seseorang yang terobsesi dengan nya. Untung saja, Kaka nya yang bernama Kelvin datang tepat waktu. " Jelasnya.

Perkataan anak buah nya, membuat Edwin, Melisa dan Wendy terdiam. Terutama Wendy, pikirannya berkenalan pada kejadian beberapa bulan lalu. Ia sekarang paham alasan kenapa waktu itu Kelv sangat marah dan takut saat Fei menghilang, ia bahkan tak berani bertemu dengan orang tuanya saat itu.

"Keluarga Fernandez baru membangun perusahaan nya 5 tahun lalu. Sebelumnya beliau hanya seorang manager di salah satu perusahaan properti di Surabaya. Sekedar informasi tambahan, setelah saya cek 7 bulan lalu ternyata perusahaannya mengajukan permohonan kerjasama pada perusahaan Tuan, dan tuan tolak tanpa melihat nya padahal baru mendengar nama perusahaanya saja. Sekarang keluarga tersebut pindah ke daerah Bandung, karena permohonan kerjasama perusahaan beliau diterima oleh salah satu perusahaan dibandung." Jelasnya.

"Ah perusahaan kecil itu?" Gumam Edwin tersenyum penuh kemenangan. Lalu menggerakan jarinya menyuruh kedua anak buahnya pergi dari ruangan putranya. Setelah kepergian anak buahnya, Edwin tersenyum misterius kearah istri dan anak nya.

"Boy, maafkan papi. Ternyata Papi ikut andil dalam menghilang nya Milik mu." Ucap Edwin menatap datar sang putra.

"Bagaimana jika kita bermain sebentar? Sekaligus memberikan hukuman pada gadis itu." Tanya Edwin meminta saran pada keduanya. Keduanya mengangguk setuju, lalu mereka tertawa bersama setelahnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Possessive [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang