Feilysha POV
Aku hanya bisa menangis menatap kondisi kedua Orangtua ku sekarang. Bunda yang masuk rumah sakit karena terkena tifus dan perusahaan ayah yang tiba-tiba bangkrut secara cepat dalam seminggu.
Untung saja bang Kelvin tidak tau masalah ini, karena tepat seminggu lalu, Abang nya itu berangkat ke Jepang karena mendapatkan beasiswa disana. Jika sampai Abang nya tau, sudah pasti Abang nya itu akan membatalkan beasiswa nya dan lebih memilih menetap di Indonesia.
Ditambah lagi, selama seminggu ini teror-teror terus menghantui ku. Teror itu berisikan kata-kata menyalahkan ku, dalam teror itu bertuliskan bahwa kebangkrutan perusahaan ayah dan kondisi bunda yang memburuk penyebabnya adalah aku, alasannya pun sungguh tidak masuk akal, katanya karena aku hampir membunuh salah satu anak mereka.
Tentu saja aku dibuat bingung stengah mati, ayahku pun sama. Apalagi ketika kami tau bahwa keluarga Wilson lah yang telah menghancurkan perusahaan ayah.
Sejujurnya kami bingung, apa hubungan aku, perusahaan ayah dan keluarga Nelson beserta salah satu anak mereka yang hampir terbunuh. Jangankan membunuh anak mereka, kenal saja tidak. Mengenal mereka adalah salah satu hal yang sangat ku hindari.
Siapa yang tidak mengenal mereka? Keluarga terkaya se Asia. Terkenal dengan sifat angkuh dan sombong nya, tidak ingin berkenalan dengan rakyat jelata seperti kami ini. Lalu sekarang? Kenapa seakan-akan aku pernah berinteraksi pada mereka yang sudah jelas itu mustahil. Aneh, benar-benar aneh.
"Fei, are you okey?" Panggil seseorang disebrang telfon. Saat ini aku tengah ber Video Call dengan salah satu teman ku saat dijakarta sekaligus pacar dari Abang ku Kelv yang sampai saat ini masih berhubungan dengan ku semenjak ke pindahan kami ke Bandung.
"Iya sel?" Ucap ku tersadar dari lamunan.
"Lo ngelamun lagi? Tenang aja, gue udah minta bantuan sama Daddy gue dan dia setuju jadi investor di perusahaan bokap lo." Ucapnya.
"Selena, ga perlu. Dengan lo dan keluarga lo bantu biaya rumah sakit bunda gue itu udah lebih dari cukup." Tolak ku. Memang, semenjak dinyatakan kebangkrutan pada perusahaan ayah. Selena lah satu-satunya yang membantu perekonomian keluarga kami.
Lagi dan lagi aku melamun memikirkan kehidupan kami kedepannya. Sepertinya aku harus mulai mencari pekerjaan dari sekarang. Bukan apa, aku hanya tak ingin bergantung pada Selena dan keluarga nya. Kami bahkan baru kenal selama beberapa bulan, tapi ia sudah membantuku sebanyak ini. Entah bagaimana aku nanti membalas kebaikannya.
"Tapi Fei... argh sialan, om Edwin sama keluarga nya bener-bener keterlaluan. Wendy juga kenapa ga nyegah si!" Kesal Selena.
Aku menatap selena bingung, Om Edwin dan Wendy. Apa maskud perkataan selena? Sungguh aku benar-benar tak paham. Memang selain membantu perekonomian keluarga kami, selena juga membantu kami mencari pelaku penghancur perusahaan ayah.
"Sel? Maksud lo apa? Lo kenal keluarga Wilson?" Tanya ku penasaran.
Selena membelalakkan matanya terkejut mendengar pertanyaan ku. Memang nya ada yang salah dengan pertanyaan ku?
"FEI! JANGAN BILANG SELAMA INI LO GATAU KELUARGA WILSON ITU SIAPA? I MEAN, ANGGOTA KELUARGANYA!" Pekik Selena heboh.
"Hah?"
"Feilysha yang cantik dan tiada duanya. Gini ya, gue jelasin. You know Wendy dan ka Mark? Nah eta keluarga nya." Jelas Selena mencoba bersabar.
Sekarang giliran ku membelalakan mata karena terkejut. Jadi selama ini pelakunya adalah keluarga mereka? Lantas kenapa, aku rasa aku tidak pernah membuat masalah apalagi membunuh anak mereka.
"Gue masih gapaham deh Sel, terus apa hubungan nya?" Tanya ku jengkel. Terlihat Selena disebrang sana menepuk dahinya.
"Lo gatau? Ka Mark sekarang dirumah sakit karena bunuh diri Fei. Sumpah lo kemana aja si, ga pernah nonton berita kan lo. Beritanya udah nyebar keseluruh Asia bahkan dunia kayaknya, karena ada yang bocor in kasus ini ke media." Jelas Selena. Dengan cepat aku mencari beritanya di Google. Sial, ternyata benar perkataan selena tadi.
Anak sulung Wilson melakukan percobaan bunuh diri karena patah hati
Mark Tuan Wilson ditemukan bersimbah darah di kediaman nya memegang sebuah foto perempuan.
Akibat patah hati pewaris Wilson Company hampir merenggang nyawa.
Kira-kira begitulah isi dari berbagai artikel yang ku buka. Tubuh ku bergetar tak menyangka, ku pikir dengan ketenangan ku selama 6 bulan terakhir membuat masalah ini akan berakhir dengan seiring waktu. Tapi perkiraan ku salah, semua bertambah kacau. Aku fikir pesan yang dikirim ka Mark minggu kemarin hanyalah bualan semata, ternyata dia benar-benar melakukannya.
Sayang, aku minta maaf. Kapan kembali? Aku rindu kamu. Kehilangan kamu buat aku tidak punya tujuan hidup. Untuk apa aku hidup kalo kamu gada disisi aku sayang? Kembali ya, aku tunggu kamu.
Sayang? Kamu masih marah ya? Maaf, aku janji ga akan ganggu kamu lagi. Aku harap, dikehidupan selanjutnya aku dipertemukan dengan kamu kembali. Aku janji, di kehidupan selanjutnya, aku ga akan melakukan hal bodoh seperti kemarin. Kamu bukan jalang sayang, maaf. Aku terlalu cemburu kemarin.
Begitulah kira-kira isi pesan yang Mark kirim seminggu lalu. Aku menyesal sudah mengabaikan pesannya. Jika saja aku tidak menghiraukan nya, mungkin ia takkan nekat seperti ini. Tapi disatu sisi, hatiku masih sakit mengingat perkataan dan perbuatannya padaku. Ah sudahlah, semuanya sudah terjadi tidak perlu ada yang disesali.
"Sel, udah dulu ya gue mau ke supermarket." Ucap ku mengakhiri panggilan kami secara sepihak.
Aku segera siap-siap hendak bergegas kerumah sakit. Aku harus beritahukan hal ini pada ayah, mungkin ayah dapat memberikan solusi yang tepat. Ya, solusi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Target keluar rumah, awasi dia terus." Ucap salah satu orang berbaju hitam pada orang baju hitam lainnya.
Disisi lain
"Aduh, gue lupa banget kalo mobil udah dijual. Huft yaudah deh naek angkutan umum aja." Ucap Fei lesu.
Segera ia menutup dan mengunci pintu rumahnya. Berjalan kaki menuju jalan besar di depan gang rumah nya. Hari ini ia akan menggunakan angkutan umum menuju rumah sakit. Jika sebelumnya menggunakan mobilnya atau ojek online, Fei tak bisa memilih opsi itu sekarang. Mobilnya sudah dijual untuk kebutuhan di rumah, kalo naik ojek online pun terlalu mahal baginya, mulai sekarang ia harus berhemat.
Sepanjang perjalanan entah mengapa perasaan Fei tidak enak. Ia merasa seperti sedang diawasi, tapi ketika melihat sekitar tak menemukan apapun membuatnya menepis pikiran itu. Fei mempercepat langkah kakinya, entah mengapa ia ingin melakukan itu.
Disatu sisi orang-orang berbaju hitam didalam mobil terus memantau pergerakan Fei, setelah dirasa cukup sepi mereka segera keluar menghampiri gadis yang tengah mempercepat langkah kakinya menuju jalan besar didepan sana.
"Hmp..."
Hidung Fei dibekap dari belakang, ia ditarik paksa masuk kedalam mobil yang sudah terparkir sedari tadi disana. Entah ia mau dibawa kemana, diperjalanan Fei memandang takut kearah orang-orang tersebut.
Pemberontakan nya sedari tadi tak membuahkan hasil apapun, bahkan sekarang ia begitu lelah hingga mengakibatkan asma nya kambuh kembali. Pernafasannya mulai tak teratur, orang-orang yang telah menculiknya pun hanya acuh melihat dirinya megap-megap. Tak lama Fei jatuh pingsan, ia sudah pasrah dengan takdirnya kali ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
✅
✅
✅
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive [HIATUS]
Fantasy[21++] "Kaka terlalu possesive, aku gasuka dan aku mau kita putus" Ujar Fei dan meninggalkan kekasih nya sendirian. "Putus? Kamu mau aku mati perlahan sayang? Okei kalo itu yang kamu mau" Ucapnya lirih melihat kepergian Fei. Dengan mata menyorot pen...