Pagi ini, suasana mencekam begitu terasa di kediaman keluarga Wilson. Aura kemarahan yang dipancarkan putra sulung keluarga Wilson begitu terasa hingga membuat seluruh pekerja disana tak berani berucap sepatah kata pun.
Hening
Benar-benar hanya keheningan yang mengisi di kediaman keluarga Wilson yang luas. Entahlah, bahkan nyonya maupun tuan nya pun tak berkata apapun, membuat semua pekerja menjadi was-was.
Tidak tahan dengan keheningan yang menyelimuti pagi ini. Wendy akhirnya bersuara memecahkan keheningan diruang makan saat ini. Ia tau penyebab Kaka nya seperti ini, apalagi jika bukan karena Fei.
Jika kalian tanya kenapa Wendy tau, sudah jelas bersumber dari orang nya langsung. Semalam Wendy yang baru saja pulang dari supermarket, berpapasan dengan Fei yang hendak keluar pintu mansion.
Saat ditanya ingin pergi kemana, Fei hanya ke jawab pulang. Entahlah pulang kemana yang Wendy lakukan hanya segera memanggil supir keluarga nya untuk mengantarkan kemana pun Fei minta. Ia tak sebodoh itu membiarkan Fei pulang sendirian, bisa-bisa dirinya kena amukan Kaka tersayang nya itu.
Malamnya pun ternyata Fei menghubungi nya, menceritakan pertengkaran keduanya tadi. Mendengar cerita Fei, membuat Wendy greget sekaligus kesal pada Fei. Tapi ia tak langsung mengutarakan kekesalannya pada Fei.
Bagaimana tak kesal? Seharusnya Fei menerima permintaan sang Kaka. Menurutnya, hal semacam itu tak akan sulit bagi keluarganya. Selagi uang berkuasa, tak perlu ada yang di khawatirkan.
"Sudahlah ka, biarkan Fei disana. Itu salah papi juga yang sudah membuat keluarga Fei menetap di Bandung." Ujar Wendy.
"Apa maksud Wendy, Pi?" Tanya Mark, matanya langsung menatap tajam Edwin.
Edwin menghela nafas pasrah, putri nya ini benar-benar tidak bisa menjaga rahasia. Jika sudah begini, Edwin juga yang repot. Putra nya akan kembali mengamuk jika mengetahui ia ikut andil dalam menghilang nya gadis itu.
"Tenanglah, kamu tidak perlu khawatir. Papi pastikan gadis itu akan kembali ke Jakarta lagi, dengan ataupun tidak dengan keluarga nya." Ucap Edwin lembut, tapi terdengar tegas dalam nada bicaranya.
Seringai terbit dari bibir Mark mendengar perkataan Edwin, Papinya ini memang sangat bisa diandalkan. Huh, sepertinya Mark harus mulai bergabung ke perusahaan bersama papinya. Dengan begitu, semakin cepat ia nempunyai harta dan tahta, semakin cepat juga ia dapat menguasai Fei sepenuhnya.
Katakanlah Mark gila kekuasaan, jika dengan cara seperti ini ia mendapatkan miliknya, apapun akan ia lakukan untuk miliknya, gadis nya, ah lebih tepatnya kekasih tersayang nya.
^_^
"Cepat lacak keberadaan gadisku! Bisa-bisanya papi mempekerjakan orang-orang tidak becus seperti kalian!" Bentak Mark, memarahi orang-orang yang ia tugaskan mencari keberadaan gadisnya.
Sial
Lagi-lagi gadis kesayangan nya menghilang. Mark bahkan tega membunuh supir tua yang mengantar gadisnya pulang ke Bandung, yang nyatanya lalai malah meninggalkan Fei di sebuah restaurant malam-malam.
PRANG!!
BRAKK!!!
"SIAL, SIAL, SIAL"
"ARGHHH"
Mark menarik rambutnya sendiri dengan perasaan kesal yang tak tertahankan. Sudah 3 jam anak buah papinya mencari keberadaan Fei, sampai saat ini tidak ditemukan. Benar-benar tidak becus!
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive [HIATUS]
Fantasy[21++] "Kaka terlalu possesive, aku gasuka dan aku mau kita putus" Ujar Fei dan meninggalkan kekasih nya sendirian. "Putus? Kamu mau aku mati perlahan sayang? Okei kalo itu yang kamu mau" Ucapnya lirih melihat kepergian Fei. Dengan mata menyorot pen...