Fei menghela nafas gusar, bisa-bisa nya Wendy meninggal kan nya sendirian disini. Dengan sisa keberanian nya, Fei langsung mencoba membuka pintu kamar Mark yang ternyata tidak dikunci. Jika tidak coba dibuka, sampai lebaran monyet pun Fei yakin Mark tidak akan membukakan pintu.
Perlahan tapi pasti, Fei memasuki kamar Mark. Pemandangan pertama yang ia lihat hanyalah kegelapan, kamar Mark terlalu gelap untuk Fei masuki. Perlahan Fei melangkahkan kakinya lebih dalam dengan meraba dinding, terdengar geraman dalam kegelapan.
Mark
Ia menggeram marah saat seseorang yang ia yakini adiknya memasuki kamarnya tanpa izin. Dengan perasaan marah yang menggebu, Mark bangkit dari ranjang nya menghampiri orang tersebut dan langsung memojokkan tubuh kecil itu untuk ia cekik, berjalan seolah ia bisa melihat dengan jelas dalam kegelapan.
"BERANI NYA LO MASUK KAMAR GUE!" Bentak Mark belum menyadari jika yang ia sakiti adalah gadis yang sangat ia cintai dan ia tunggu kehadirannya.
Fei berusaha melepaskan tangan Mark yang berada di leher nya. Jangankan berbicara, untuk bernafas pun rasanya sangat sulit Fei lakukan. Dengan sisa tenaga nya ia mencoba meraba dinding mencari saklar lampu untuk di nyalakan.
Usahanya tidak sia-sia, tak lama Fei akhirnya menemukan dan langsung menghidupkan lampu kamar Mark, membuat kegelapan tadi lenyap seketika.
Sinar lampu yang terang membuat Mark dapat melihat Fei dengan jelas. Tangan yang tadi ia gunakan untuk mencekik leher Fei seketika terlepas. Membalikan tubuhnya lalu menghempaskan semua barang yang ada di sekitar meja hingga berhamburan.
"BANGSAT, GUE NGEHALU LAGI" Racau Mark berteriak Marah.
"ANJING"
"FEI, ARGHHH"
"SAYANG, maaf."
"SHIT"
Setelah nafasnya kembali teratur, Fei menghampiri Mark yang tengah menyakiti dirinya sendiri lalu memberanikan diri memeluk nya dari belakang. Menyadarkan Mark yang tengah meracau tak jelas memukul kepala nya berkali-kali.
"Ka, please stop. Ini Fei ka, ini Fei." Ucap Fei, dirinya menangis melihat dengan mata kepala nya sendiri bagaimana hancurnya Mark saat ini yang tengah menyakiti dirinya sendiri.
Tubuh Mark menegang mendapat pelukan dari belakang nya, dari gadis yang selalu menghantui pikirannya beberapa bulan ini. Ia pikir tadi ia hanya berhalusinasi melihat gadis nya berada disini.
"Fei, ini bener kamu? Aku lagi ga mimpi kan? Maaf sayang maaf." Ujar Mark berbalik membalas pelukan Fei, menghirup rakus aroma tubuh gadisnya.
Setelah sadar apa yang sudah ia lakukan tadi, Mark melepas pelukan mereka. Melihat wajah gadisnya yang masih memerah karena cekikan yang ia berikan.
"Sayang, maaf aku gatau itu kamu. Aku pikir aku halu lagi nyium aroma tubuh kamu dalam kegelapan tadi. Aku kalut, maaf sayang maaf aku nyakitin kamu lagi dan lagi. Aku emang bodoh, maaf sayang maaf. Kamu boleh hukum aku, aku emang ga berguna maaf" Sesal Mark, tangan nya mengelus pipi Fei mencoba menghapus beberapa jejak air mata yang masih tersisa di pipi gadisnya.
"Aku maafkan tapi dengan satu syarat." Ucap Fei menatap mata Mark serius.
"Apapun yang kamu minta akan aku wujudkan sayang. Anything." Jawab Mark serius menatap balik mata indah gadisnya.
"Berjanji padaku untuk berhenti menyakiti dirimu sendiri seperti ini lagi."
Mark terdiam mendengar permintaan Fei, tak lama ia menganggukan kepala tanda menyetujui permintaan gadisnya.
"Asalkan kamu terus ada disamping ku, aku berjanji sayang." Ucap Mark kemudian mencium bibir Fei lama tanpa melumatnya, seolah menyalurkan kerinduan nya yang begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive [HIATUS]
Fantasy[21++] "Kaka terlalu possesive, aku gasuka dan aku mau kita putus" Ujar Fei dan meninggalkan kekasih nya sendirian. "Putus? Kamu mau aku mati perlahan sayang? Okei kalo itu yang kamu mau" Ucapnya lirih melihat kepergian Fei. Dengan mata menyorot pen...