20. Keputusan

2.8K 136 13
                                    

"Bunda, bunda udah sembuh? Maafin Fei yang gabisa jagain bunda selama dirumah sakit." Ucap Fei kaget saat melihat sang bunda sudah berada di rumah saat ia sampai kerumah.

Asyira, bunda nya Fei langsung memeluk putri kesayangannya itu. Ia menangis membayangkan kehidupan putri nya kemarin-kemarin.

Ya, suami nya telah menjelaskan semua nya kemarin. Ia bahkan sampai menyalahkan dirinya sendiri yang malah membebankan keluarga nya dengan masuknya ia kerumah sakit.

"Putri cantiknya bunda gpp kan? Maafin bunda ya sayang, kalo bunda ga masuk kerumah sakit pasti kamu ga sampai masuk jebakan mereka." Ujar Asyira, menatap lekat sang putri yang sudah berlinang air mata.

"Bunda, bunda ga salah. Ini udah takdir Fei, bunda tenang aja. Mereka ga jebak Fei, Fei sendiri yang mengajukan diri. Lagian ini juga sekaligus bentuk balas budi Fei waktu itu, bunda tau kan?" Ucap Fei memeluk kembali Asyira.

Akhirnya terjadilah tangis menangis antara ibu dan anak itu. Untung saja Mark langsung pulang setelah menurunkan Fei tadi. Sedangkan Kevin, ayahnya Fei hanya tersenyum menyaksikan istri dan anaknya berpelukan.

^_^

Malam harinya rumah Fei dan kedua orang tuanya kedatangan tamu yang tak lain dan tak bukan adalah keluarga Wilson. Hal itu tentu saja membuat Fei gugup dan takut, mengingat terakhir kali ia tak pamit pergi dan tiba-tiba saja menghilang.

"To the point saja, kedatangan keluarga kami kesini berniat ingin melamar putri anda Feilysha untuk putra kami Mark." Ucap Edwin tak mau bertele-tele.

Jujur saja ia tak betah dengan rumah kecil yang sedang ia datangi sekarang. Di matanya tempat ini kumuh dan dan kecil sehingga menurutnya tak layak huni, padahal jelas-jelas rumah Fei masih tergolong sangat layak untuk ditempati. Jelas saja Edwin merasa seperti itu, ia membandingkan rumah ini dengan mansion nya, sudah jelas sangat berbeda.

Asyira tersenyum maklum saat matanya tak sengaja menatap Melisa tengah menyemprotkan sesuatu pada setiap benda yang disentuhnya. Pandangan nya kemudian beralih kearah tempat tadi Mark duduk yang entah sekarang berada dimana, sepertinya pria itu tengah menyusul ke kamar putrinya, teringat saat datang pertama kali kesini yang ditanya adalah sang putri.

Dalam benak Asyira bertanya-tanya. Apakah kelak putrinya akan bahagia jika bersama mereka? Sudah terlihat jelas dari cara mereka tadi, sungguh terlihat sangat arogant. Asyira tak yakin dengan keputusan putrinya, orang kaya raya dan sombong seperti mereka tidak layak bersanding dengan putrinya maupun keluarga ini yang hidup nya sederhana.

Asyira tak bodoh, ia dapat melihat jelas jika keluarga Wilson sebenarnya tak terlalu menyukai putrinya. Ia yakin, mereka terpaksa menerima sang putri karena keinginan putra mereka yang kuat.

Asyira hanya takut suatu saat nanti, saat pria itu merasa sudah bosan pada putri kesayangan nya. Keluarga Wilson memperlakukan putri nya secara semena-mena, mengingat ketidaksukaan mereka pada sang putri.

Lamunan Asyira buyar saat mendengar gebrakan meja dari Edwin. Tepat saat putrinya menuruni tangga bersama Mark. Putrinya terlihat bingung dengan keadaan saat ini, suasana mencekam terasa jelas saat Fei sampai diruang tamu.

Mark menarik Fei untuk duduk di atas pangkuannya. Mau menolak bagaimana pun Mark akan terus memaksanya, yang dilakukan Fei hanya pasrah dan menurut saja. Ancaman Mark yang akan membunuh kedua orang tuanya tadi masih ia ingat dengan jelas, yang perlu dilakukan Fei hanya lah menurt dan semua masalah selesai.

Possessive [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang