16. Let's start

2.9K 137 12
                                    

Sepasang paruh baya tengah tersenyum menatap seorang gadis cantik yang mereka culik tengah tidur ah lebih tepatnya pingsan diatas tempat tidur putra mereka. Mereka adalah Edwin dan Melisa, orang tua dari Mark dan Wendy.

"Kau lihat sayang? Anak buah mu itu sungguh bodoh. Bagaimana bisa mereka tidak menyadari keadaan calon menantu kita. Untung saja tidak terlambat, bagaimana jadinya jika terlambat diselamatkan, itu sama saja membunuh putra kita sendiri." Ucap Melisa masih kesal dengan kejadian tadi.

Edwin mengusap bahu istrinya dengan lembut, mencoba menenangkan emosi sang istri yang kembali hadir.

"Sayang, maaf ya. Kau tenang saja, aku sudah melampiaskan amarah mu dengan membunuh mereka." Ujar Edwin tenang. Keduanya masih tetap fokus menatap Fei yang masih menutup matanya.

"Aku masih tetap khawatir." Ucap Melisa tiba-tiba. Edwin menatap sang istri bingung.

"Apa yang perlu di khawatir kan lagi hm? Gadis ini sudah ada disini, tenang saja kehadirannya membuat putra kita akan cepat sembuh." Ucap nya.

"Aku tau. Tapi bagaimana jika dia menolak? Kau lihat sendiri bagaimana ia begitu tenang nya menghadapi situasi yang kita buat. Sial, aku pikir gadis ini gadis manja yang hanya bisa merengek. Kalau seperti ini bagaimana kita bisa mengiming-ngimim kan dia harta" Ucap Melisa jengkel.

Edwin tertawa mendengar kekesalan istrinya. Ah putra nya memang tak salah memilih seorang gadis. Persis seperti dirinya dulu.

"Itu bagus sayang, itu artinya putra kita tak salah memilih pujaan hatinya. Kalau masalah itu kau tenang saja, aku sudah punya rencana lain." Ucap Edwin tersenyum misterius kearah Fei.

"Kau sungguh tak ingat gadis ini sayang?" Lanjut Edwin bertanya pada sang istri, membuat Melisa bingung dengan pertanyaan sang suami.

"Apa maksud mu? Aku tak paham." Jawabnya.

"Sekitar satu atau dua tahun lalu ada seorang anak laki-laki berseragam SMA, tengah menggendong anak perempuan berlumuran darah yang mencegat mobil kita saat sedang berada di Surabaya, kau ingat?" Tanya Edwin, mencoba mengingatkan kejadian dulu pada sang istri.

"Lalu?" Jawab Melisa setelah mengingat kejadian mereka yang hampir menabrak anak SMA, dan berakhir mengantar keduanya ke rumah sakit sebagai bentuk pertanggung jawaban.

"Itu mereka sayang, anak perempuan yang digendong itu gadis ini. Aku baru sadar setelah melihat wajah gadis ini sekarang."

Flashback On

"Tolong" Teriak Fei, dirinya benar-benar takut saat teman sekelas nya ini tengah mengikat kedua tangan nya dengan dasi sekolah milik nya.

"Baby, percuma teriak kaya gitu. Gak akan ada yang denger, sekarang sudah jam pulang sekolah yang pastinya sekolah sudah sepi. Apalagi kita berada di gudang yang jauh dari area sekolah." Ucapnya, tangan nya aktif membelai pipi Fei yang dipenuhi air mata.

"Baby, jika aku memintamu dengan cara baik-baik tidak bisa. Maaf aku harus menggunakan cara ini agar kau menjadi miliku seutuhnya." Lanjutnya. Dengan tergesa pria itu membuka seragam bagian tubuh atasnya.

Fei yang melihat pria didepan nya akan melepaskan seluruh pakaian yang dikenakan menjadi semakin panik. Mencoba memberontak melepaskan tangannya yang diikat dasi sekolah.

"Lepas! Aku mohon Raymond. Aku janji akan terima kamu jadi pacar aku, tapi tolong jangan lakuin ini sama aku." Teriak Fei histeris, tubuhnya bergetar hebat, tangannya juga begitu sakit. Ikatan yang Raymond berikan pada kedua tangannya begitu kencang.

"Pacar? Semua nya sudah terlambat Baby. Kau sudah mempermalukan ku didepan banyak orang dengan cara menolak ku kemarin. Persetan dengan pacar, aku bahkan bisa langsung menjadi suamimu jika kau hamil anak ku." Ucap Raymond seraya menarik rok abu-abu Fei.

Possessive [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang