part 30

9.5K 718 114
                                    

Jakarta kota, tanggal 15, bulan ke enam, tahun ke dua ribu dua puluh dalam perhitungan kalender masehi. Seorang gadis dengan perawakan tinggi, rambut kecoklatan sepunggung atas yang tergerai, sedang memandang lurus ke depan. Menatap langit cerah berwarna biru dengan beberapa kapas awan berwarna putih bersih dari rooftop gedung sekolahnya, tempat favorit selain UKS dan Kantin.

Tersaji didepan mata pemandangan indah kota dari ketinggian lantai empat. Gedung gedung tinggi mendominasi, seolah berlomba satu sama lain untuk lebih dulu mencakar langit, saling pamer kegagahan dan kecantikan arsitekturnya. Kedua sudut bibirnya perlahan naik keatas. Melengkungkan senyum yang kian mengembang, seiring angin yang berhembus menerpa tubuh, membuat beberapa helai surai hitamnya ikut beterbangan. Kedua tangannya, kini ia silangkan, mendekap tubuh sendiri.

Dalam kesendiriannya itu, sang master kehidupan bernama otak sedang berkecamuk banyak sekali hal. Berbagai macam hal yang membuatnya ingin berterimakasih berkali kali pada sang pencipta. Berterimakasih karena ia jadi belajar, saat dirinya kalut, menenangkan diri terlebih dahulu adalah hal paling penting, ketimbang berpergian entah kemana dengan alibi 'Aku mau nenangin diri'. Bersyukur karena dari rasa sakit hati ia bisa belajar untuk memaafkan, dan berdamai dengan dirinya sendiri. Bersyukur karena sudah diberi kesempatan ke dua untuk memperbaiki diri. Dan rasa syukur paling besar adalah, saat ia dipertemukan dengan Gracia. Kekasih hati yang begitu dia kasihi saat ini. Walaupun dunianya begitu melelahkan untuk ia rasa, ia tau kemana harus pulang selain pada Tuhan dan orang tuanya, yaitu pulang pada dekapan hangat kekasihnya.

Perlahan kelopak mata indah itu menutup. Menghirup sebanyak banyaknya oksigen yang bisa ia hirup dan ia tukar dengan karbondioksida yang ada dalam kedua parunya. Sembari memanjatkan doa, untuk Tuhannya yang berbaik hati sudah berkenan memberi kemudahan untuknya dalam setiap masalah yang pernah dan yang akan ia hadapi nanti. Termasuk masalah yang pasti akan ia dihadapi dalam usahanya untuk mempertahankan hubungan bersama Gracia.

Ya... dalam otak yang dahulu hanya berisi kecintaannya pada dunia per sepeda motoran, per pendakian gunung, atau hal hal berbau petualangan, kini hanya ada satu disabel yang selalu berputar. Gracia, Gracia, Gracia dan Gracia. Nama itu seperti morfin yang sudah membuatnya kecanduan, sehari saja tak melafalkan dalam harinya, serasa ia akan segera sakau. Sesekali menggeleng karena merasa konyol pada dirinya sendiri, padahal semenjak dulu tak pernah ia sampai sebegininya memuja seseorang yang menjadi pujaan hatinya.

Terlalu fokus gadis cantik berlesung pipi itu dengan dirinya sendiri, sampai tak menyadari kehadiran seseorang yang berdiri tepat 6 meter di belakangnya. Menatap lekat pada punggung berseragam putih abu dengan guratan garis merah di lengan kanannya. Dulu, dengan situasi yang sama begini, ia akan menubruk lalu mendekap tubuh itu dari belakang. Mengendus aroma tubuh yang hanya ada satu seumur hidupnya. Aroma wangi nan menenangkan seorang Shani Indira Natio. Namun, saat ini ia hanya bisa menahan sekuat kuatnya untuk tak memeluk tubuh tinggi itu, walaupun rasanya teramat ingin.

"Ekhem," Deheman itu sukses membuyarkan dunia Shani. Menoleh ke kanan, kiri, dan berakhir dengan ia yang membalikkan badan. Mendapati gadis cantik dengan rambut hitam bergelombang gantung se punggung itu, sedang tersenyum manis padanya. Namun,itu justru membuat senyum Shani mulai luntur. Menghela nafas sedikit panjang, lalu mengalihkan pandangan lagi kedepan.

Gadis itu, Sandra.

"Kenapa, San?", tanya Shani pada Sandra yang saat ini ada disampingnya.

"Engga. Cuma mau liat kamu aja, Shan". ucapnya sambil menatap wajah Shani dari samping. Betapa ia lihat saat ini Shani semakin cantik saja.

"Kok tau kalo aku disini?"

"Rooftop kan tempat kesukaan kamu. Tadi iseng aja, pengen kesini. Eh ga tau nya ketemu kamu disini." Jelas Sandra dengan tatapan yang bahkan tak terputus sedikitpun dari Shani. Seolah jika berkedip 1 detik saja, gadis berlesung pipi itu akan lenyap dari pandangannya.

MEDICAL LOVE 💉 (final) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang