Shani termenung dalam langkahnya sambil mendorong sebuah trolley belanja. Keduanya sepakat untuk berpindah ke sebuah toko nirlaba yang menyediakan berbagai macam kebutuhan rumah tangga yang cukup lengkap, sedikit menjauh dari destinasi pertama.
Rak satu persatu terlewati. Dari bumbu dapur, sayur mayur, buah segar, ikan dan juga beraneka ragam daging. Gadis berperawakan tak terlalu tinggi memilih untuk berbelanja beberapa bahan makanan untuk ia masak nanti sesampainya di rumah. Setelah sebelumnya rencana makan sushi mereka yang harus rusak karena kejadian di toko perhiasan tadi.
"A~awwww.... Shan, hati hati." Tegur Gracia saat Shani malah menabrak Gracia dengan kereta kecil berisi beberapa barang belanjaan didalamnya.
"Astagfirullah, m~maaf, ga sengaja." panik Shani, pekikan Gracia langsung mengembalikan kesadarannya yang sempat melanglang buana. "Ada yang luka, ga?" tanya Shani sambil memastikan jika kekasihnya itu tak terluka.
"It's ok, i am fine. Kamu kenapa? Kok ga fokus gitu jalannya?" tanya Gracia yang sebenarnya menahan sedikit sakit di bagian kaki.
"Engga kok, aku fokus. Cuma tadi lagi inget inget gitu aku mau jajan apa, jadi meleng ehehe. Maaf banget ya?" jawab Shani asal saja, walaupun rasa sesal mulai menggerayang, berhati hati berucap agar Gracia tak menaruh curiga terhadapnya.
"Bener cuma nginget doang? Ga mikir apa apa lagi?" selidik Gracia saat melihat respon Shani yang sedikit beda kali ini.
"Iyaaaa, beneran deh suweeerr." jari telunjuk dan tengahnya menegak, memberi kode dua jari, sejajar dengan wajahnya yang polos tanpa dosa, namun syarat rasa bersalah karena kecerobohannya.
"Aku tau kamu lagi ga jujur ke aku, Shan." Putus Gracia kemudian kembali melangkah menuju rak bumbu bumbu dapur. Meninggalkan Shani yang kini mematung dibelakangnya.
Shani seharusnya tak mengabaikan hal yang satu itu. Gracia sangat tau bagaimana Shani. Sepintar apa Shani berkelit, serapi apa Shani mencoba berbohong pada Gracia, nyatanya kekasihnya itu akan selalu tau apa yang menjadi rahasia Shani saat itu.
"M~maaf." ucap Shani agak lantang, karena jarak antara dirinya saat ini, sedikit jauh dari Gracia yang sekarang sibuk memilih bumbu bumbu instan ditangannya.
"Kalo kamu ada masalah, sok cerita ke aku. Jangan di pendem sendiri. Apa lagi kalo masalahnya juga menyangkut aku. Aku berhak tau, Shani." peringat Gracia tanpa memalingkan pandangannya ke arah Shani.
Gracia tak suka jika gadisnya itu memikirkan sesuatu hal sendiri. Bukannya ia mau ikut campur semua masalah yang dimiliki oleh Shani. Dari sejak meninggalkan pusat perbelanjaan tadi, mata Gracia tak lepas menatap Shani. Walaupun terlihat ia hanya melihat lurus kedepan, ataupun melihat kearah luar jendela, ia bisa merasa jika Shani sedang terjebak dalam mode overthingkingnya.
Shani hanya takut. Takut jika keadaan yang tak ia inginkan terjadi. Terlebih hal itu bisa membuat Shani kehilangan separuh hatinya, Gracia.
"A~aku sebenernya masih kepikiran hal yang tadi." Gracia menghela nafas agak panjang. Benar saja.
Tak bisa dipungkiri, tak hanya Shani yang memikirkan hal itu. Dirinya pun tak jauh beda. Hanya saja, ia lebih mampu mengontrol semuanya dalam otaknya, tak seperti kekasihnya itu. Gracia semakin mempersempit jarak dengan Shani. Menangkup pipi berlesung itu dengan sedikit usapan halus untuk memberikan ketenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDICAL LOVE 💉 (final)
Teen FictionGxG 18+ (beberapa part) Medis Romance Fiksi Shani Indira natio Shania Gracia