Tengah hari minggu dengan hawa panas menyengat tentu sangat tak mengenakkan. Pasti akan membuat siapapun malas untuk bepergian keluar rumah, itu juga kalau tidak terpaksa.
Tak terkecuali wanita 21 tahun yang kini nampak kesal, didukung oleh kerutan di dahi dan wajah muramnya. Kebetulan hari ini dia libur setelah berjaga malam kemarin. Tapi, ia sendiri yang termasuk dalam golongan orang malas gerak alias mager, terpaksa keluar demi memenuhi permintaan seseorang yang memang tak ingin ia temui sama sekali. Niko.
Laki laki itu ngotot ingin bertemu dengannya. Mau ngobrol tentang masa depan katanya. Hah.. masa depan apa apaan? batin Gracia terkekeh.
Dengan baju Off Shoulder hitam ber corak bunga bunga ungu dan rambut yang ia ikat ponytail membuatnya terlihat sangat cantik. Walaupun hanya dilapisi make up tipis. Tak berniat dandan sama sekali, karena ia hanya akan berdandan total saat beribadah, kondangan, dan juga jalan bersama kekasihnya, sudah pasti.
Celana skinny jeans hitam itu membalut kaki jenjangnya, ditemani sepatu air jordan warna kombinasi ungu dan hitam kesayangannya yang menjadi pengalas kaki, ia melangkah ke restoran bernuansa jepang lantai 3 yang menjadi kesepakatan tempat mereka berdua bertemu.
Ya.. Berdua.. Hanya berdua.
Tak hanya rasa panas cuaca yang mendera, melainkan rasa cemas dan takut sebenarnya sempat membuatnya urung turun dari kendaraan roda empat yang ia bawa hari ini. Bukan tanpa alasan, Gracia tak memberitahu Shani jika ia akan pergi keluar untuk menemui Niko. Gracia hanya ijin pergi keluar sebentar untuk membeli beberapa barang kebutuhan pribadinya saja.
Sedikit memberanikan diri untuk berbohong pada kekasihnya itu. Karena kalau dia jujur, sudah pasti Shani akan melarangnya pergi, dan urusannya seputar percintaan se arah kakak laki laki kekasihnya pada dirinya juga tak akan kunjung rampung. Gracia takut jika ada seseorang yang mengenalinya dan juga Shani, melihat dirinya pergi berdua tapi bukan dengan Shani. Ia takut jika seseorang itu nantinya akan mengadu pada Shani, yang berakhir Shani tau jika dia berbohong lalu marah dan salah faham padanya.
Namun, keinginan Gracia untuk menyelesaikan prahara asmara antara kakak beradik itu terlampau kuat. Ia tak ingin Niko menaruh harapan terlalu besar pada dirinya yang berakibat tak akurnya hubungan persaudaraan mereka dikemudian hari. Hati Gracia seutuhnya hanya milik Shani, tak akan pernah bisa ia membalas perasaan laki laki itu, walaupun ia tau setulus apa hati Niko padanya. Namun, hati Gracia sudah tertambat hanya untuk Shani, dan selamanya akan tetap seperti itu, tidak akan pernah berubah.
Tepat di lantai 3 pusat perbelanjaan yang merupakan salah satu toko waralaba yang cukup tersohor dipusat kota, langkah Gracia terhenti. Meneliti pada salah satu nama resto tujuannya kali ini. Ia melayangkan pandangan ke seluruh penjuru restoran. Mencari sosok laki laki berambut cepak yang katanya sudah menunggunya sedari tadi.
Kaki indahnya kembali melangkah saat mendapati lambaian tangan yang menjadi pertanda posisi. Menghampiri laki laki yang kini sedang tersenyum lebar, membuat kedua matanya seperti sisa segaris karena terlalu sipit. Sedangkan Gracia hanya tersenyum seadanya saja dibalik masker pink yang ia kenakan kali ini.
"Akhirnya, dateng juga." katanya sangat antusias. Saking antusiasnya sampai sampai dia berdiri agar Gracia tak kebingungan mencarinya.
"Udah lama?", tanya Gracia ala kadarnya, sebatas basa basi.
"Lumayan sih, tapi ga apa deh. Demi kamu ini, seribu tahun pun aku bakal tetep sabar nunggu kamu." Jawabnya, betapa dewa cinta begitu banyak menancapkan panah asmaranya setiap kali melihat Gracia. Sudah sejatuh cinta itu sang anak sulung Boby dan Shania itu pada si sulung Naomi dan Nando.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDICAL LOVE 💉 (final)
Teen FictionGxG 18+ (beberapa part) Medis Romance Fiksi Shani Indira natio Shania Gracia