Part 46

6.2K 663 96
                                    

"Niko!!"



Plak!!

Bughh!!





Darah yang tadinya sudah sedikit kering di ujung bibir Niko, kini kembali basah. Rasa perihnya bahkan tak lagi terasa, digantikan rasa takut pada amukan sang papa. Amarah Boby udah tak lagi dapat dibendung, terlebih saat mengetahui jika kecelakaan itu 'sedikit' disengaja oleh Niko, sebagai bahan pertaruhan untuk memperebutkan Gracia.

Laki laki paruh baya itu, hampir saja membunuh anak sulungnya. Jika saja tak ditahan oleh Shania yang menangis histeris sejadi jadinya, juga beberapa satpam yang menahan tubuh kekar dan gagah Boby Caesar Natio. Bahkan, dua satpam itu pun kewalahan menahan amukan petinggi Nat's.corp tersebut.

"Kalo mau nyoba jadi pembunuh, bunuh orang lain! Jangan bunuh anak saya!"

Dua kalimat itu tak hanya menampar Niko, tapi juga membuat hatinya nyeri tak keruan. Ia tak berniat membunuh, sama sekali tidak. Ia hanya berbuat kecurangan saja, agar ia bisa memenangkan pertandingan itu. Semua itu ia lakukan demi Gracia. Wanita yang sampai detik itu, tak juga bisa Niko gapai.

"Niko ga mau bunuh Shani, Pa. Papa salah paham."

"Salah paham apa?! Kamu ajak anak saya balapan, buat dapatin perempuan?! Saya menyesal memberikanmu pendidikan yang baik, kalau nyatanya otakmu itu tak lebih baik dari seekor kerbau!"

Sungguh, Niko sama sekali tak sakit hati disamakan dengan se ekor kerbau. Memang, dia bodoh, sangat bodoh.

Atensi Niko, Boby dan Shania seketika teralihkan pada dua sosok yang barusan saja keluar dari IGD.

"Gracia?!" panggil Shania yang melihat kekasih anak perempuannya itu menangis kencang dalam dekapan Mario.

"M-mama?"

Gracia yang sadar akan keberadaan mama Shani itu seketika berlari, menubruk mamanya lalu memeluk erat perempuan yang sudah menghadirkan Shani di dunia. Gracia menumpahkan semua air matanya pada dekapan Shania Junianatha. Rasa takut dan cemasnya membuat tangisnya semakin pilu. Shania yang tak kalah hancur dari Gracia saat mendapat kabar jika anak perempuannya itu mengalami kecelakaan, hanya bisa mengusap punggung Gracia. Tangisnya saling bersambut dengan tangisan Shania Gracia.

Boby semakin frustasi. Dua wanita yang ia kasihi terluka hatinya. Terluka karena dibayangi ketakutan dan kecemasan yang luar biasa dahsyatnya. Mario kini mengambil peran mengusap bahu kekar lelaki yang rambutnya kini sudah ditumbuhi ubah di sana sini.

"Sabar, Om."

Sedangkan Niko, pria itu hanya bisa menekuk punggungnya, menyembunyikan wajahnya sedalam dalamnya. Sungguh, ia malu saat ini. Malu atas kelakuannya yang kali ini sudah sangat keterlaluan. Isakan isakan Shania, sang mama. Isakan Gracia, sang pujaan hati, membuat hatinya pedih bagai disayat belati.

"Keluarga Shani Indira!" panggil salah satu perawat yang keluar dari IGD.

"Saya!"

"Mari, Pak. Dokter hendak menyampaikan keadaan Shani saat ini."

Boby bergegas masuk, ditemani Mario untuk bisa menjadi penyambung antara dokter dan Boby jika saja Boby kurang faham tentang keadaan Shani.

"Gimana Shani, Dok?"

"Gini, Pak. Shani sebaiknya di rawat beberapa hari secara intensif. Menurut keadaan terakhir yang rekan saya dapati di tempat kejadian perkara, posisi helm yang dipakai Shani sudah terlepas dari kepalanya, itu membuat kami harus memberi perhatian lebih pada kepalanya. Benturan yang terjadi di kepalanya membuat kulit kepalanya robek. Kami sudah menjahitnya tadi. Tapi, observasi lanjut juga harus kita lakukan."

MEDICAL LOVE 💉 (final) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang