Part 45

5.9K 617 105
                                    

Mario yang kenyang setelah membabat habis nasi padang porsi super duper banyak itu memutuskan untuk berjalan jalan ke bawah agar tidak mengantuk. Pasien kelolaannya semua aman, dan hanya beberapa saja, jadi ditinggal sebentar tak masalah. Lagi pula ada Jinan dan Gracia, juga para coas yang ditugaskan oleh dokter pembimbingnya untuk belajar di ICU.

Koridor rumah sakit itu tampak sepi. Mario hanya beberapa kali saja berpapasan dengan rekan nya yang dari lain bangsal inap, ataupun keluarga pasien yang baru kembali dari minimart ataupun kantin rumah sakit.

"Malam everybody. . Dokter Mario Gunawan datang berkunjung!" teriak Mario di ruang IGD rumah sakit tersebut.

"Untung lagi ga ada pasien. Kalo pas lagi ada, lu yang gue ¹Defib!"

Ujar salah satu perawat yang bertugas di IGD, Mahesa.

"Ya maaf sih, Mah! Abisan.. IGD sepi banget!"

Setelah mengucap kata itu-entah mitos atau fakta, jika IGD sedang sepi pasien, lalu kita dengan tidak sadar/sadar mengucap 'IGD sepi ya!', maka dengan jangka waktu tertentu biasanya IGD akan langsung di serbu pasien. Mungkin untuk readers thothor yang juga tenaga medis atau yang sedang menempuh pendidikan medis dan pernah berjaga di IGD, kalian pasti relate wkwkwk- Mario langsung dilempar empat pulpen sekaligus.

Tiga dari perawat IGD, dan satu dari dokter jaga IGD.

Ya.. Seluruh rumah sakit ini tau tabiat Mario. Tapi, jika memang saatnya serius, Mario akan menjelma menjadi sosok yang sangat berwibawa.

"Alhamdulilah! Dapet pulpen banyak!"
ucap Mario sambil tertawa sembari memunguti pulpen. -satu lagi mitos yang sering kali di alami oleh pada tenaga medis di rumah sakit adalah.. pulpen mereka langganan hilang. Entah dipinjam lalu lupa ditaruh dimana. Entah dipinjam tapi lupa dikembalikan (biasanya mahasiswa nih yang begini, mau nanyain pulpen yang tadi dipinjem sama senior suka takut dan ga enak, jadi diem diem ngebatin) wkwkkw.

"Gue lempar ya lu, Mar pake korentang! Dan stop manggil gue MAH! Lu kata gue emak lu?!" protes Mahesa yang hanya mendapat kekehan keras dari Mario ataupun rekan kerjanya yang lain.

"Tapi kan bener! Nama lu Mahesa, ga salah dong kalo gue manggilnya MAH?" tukas Mahesa tak terima.

"Eh betewe, lu kok tumben kesini? ICU sepi?" tanya Gabriel yang kebetulan hari itu menjadi dokter jaga IGD.

"Kaga, Dok. Pasien sih ada beberapa, tapi udah kelar gitu kerjaan. Tadi makan nasi padang kebanyakan jadi daripada saya ngantuk kan mending saya kemari." alasan Mario yang lagi lagi membuat rekan rekannya di IGD geleng geleng kepala karena kelakuan absurdnya.

"Serah lu lah, Mar. Asal jangan sampe pasien gue lewat gegara lu tinggal nongki di IGD." peringat Gabriel yang di angguki Mario sembari memasukkan beberapa potong stick talas ke mulutnya.

Obrolan demi obrolan mengalir seenaknya saja, dan beberapa kali,Mahesa, si lelaki bertubuh tambun itu hanya bisa menggerutu karena lawakan lawakan Mario yang mengarah kepadanya. Bagaimanapun jika ia berdebat dengan Mario, dia tak akan pernah menang. Ada saja jawaban Mario yang sebenarnya tak nyambung sama sekali, tapi bisa saja untuk dijadikan jawaban. Senjata untuk melawan.

Obrolan obrolan receh menjadi bahasan di ruang tindakan pertama itu. Mario memang selalu bisa menghangatkan suasana ditengah dinginnya musim hujan bulan desember.



MEDICAL LOVE 💉 (final) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang