"Hallo? kenapa sayang? kok telfon mama?"
"Hallo?"
Yaa, seseorang yang menerima panggilan diseberang sana, tak lain dan tak bukan adalah Shania.
Shania heran, bingung, sekaligus khawatir, karena terdengar suara berat khas milik lelaki berumur 40 tahun an ke atas, yang menelefon nya menggunakan handphone milik anaknya. Fikiran ngelantur shania sudah kemana mana.
"H-ha-halo, ini siapa ya? kok handphone anak saya ada di kamu?" tanya shania.
"mohon maaf ibu, saya baskoro dari kepolisian, ijin bertanya, apa pemilik handphone ini benar anak ibu?"
Kening shania berkerut, sontak alisnya bertemu ditengah tengah pangkal atas hidungnya. 'ada apa ini?' pikirnya, kenapa handphone shani ada di pihak kepolisian? apa yang menimpa anaknya? semoga bukan apa apa, semoga handphone shani jatuh lalu ditemukann oleh seseorang kemudian diserahkan pada pihak kepolisian, Jika iya, shania akan memberi imbalan yang amat sangat layak padanya.
"m-ma-maaf? kepolisian? iya benar ini handphone milik anak saya pak. Tapi ada apa ya?"
"baik ibu, saya mendapat identitas yang ada di kartu pelajar didalam dompet anak ibu, atas nama Shani indira Natio Junianadila, benar?"
"iya benar pak, ini ada apa sebenarnya?" tanya shania yang sudah tak sabar, juga karena dia jadi semakin resah.
"maaf ibu, saya ingin memberitahukan jika anak ibu terlibat kecelakaan"
Mendengar hal itu, shania tersentak, bagai tersambar petir di siang bolong. Otaknya seakan tak mampu mencerna aapa apa, seolah dunianya mati detik itu juga. Anak kesayangannya kecelakaan? bagaimana bisa? sedang tadi pagi dia berangkat sekolah diantar oleh papanya?
"a-ap-apaaaa? k-kecelakaan? anak saya dimana pak? bagaimana keadaan anak saya?"
"iya bu, anak ibu telibat kecelakaan, antara motor berjenis sport berwarna biru dengan truk muatan." jelas polisi.
Air mata shania luruh dari ujung ekor matanya. Pikiran buruk tentang keadaan shani saat ini menghantuinya. Shania paham, motor biru yang shani pakai bukan lah motornya, karena motor shani berwarna hitam dop dengan aksen warna abu abu dan merah. Yakin shania karena motor itu pasti milik desy. Shania masih diam, lidahnya kelu, kerongkongannya terasa tercekat, untuk menelan ludahnya pun rasanya berat dilakukan oleh shania. Bagaimana nasib anaknya saat ini? entahlah, thothor juga ga tau bu shania, jadi thothor monmaap sebecal becal nya.
"mohon maaf ibu, saya tidak bisa menjelaskan lebih banyak karena untuk kondisi anak ibu bukan ranah saya. Anak ibu sudah dilarikan ke rumah sakit Enggal Saras dan sedang dilakukan tindakan di IGD. Mohon untuk bisa datang ke rumah sakit" sambungnya sambil sebelum memutuskan panggilan dengan ibu dari korban laka lantas tadi.
Shania kehilangan akal, linglung seperti orang yang baru saja terkena gendam. Wajah shania memucat dengan peluh yang memenuhi dahi, ujung hidung dan juga atas bibirnya, padahal ruangan itu sebenarnya sudah terlalu dingin dengan Air Conditioner yang disetting berada dikisaran 18-20°C.
Shania secepat mungkin menghubungi seseorang yang harus dia beritahu, papanya shani.
Satu kali, dua kali, dan di panggilan ke tiga, tak juga mendapat respon dari laki laki yang menjadi bagian hidupnya membuat shania semakin panik dan frustasi. Pada panggilan ke sepuluh akhirnya terangkat juga.
"hal-"
"hallo pa" Panggil shania bahkan sebelum boby menyempurnakan sapaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDICAL LOVE 💉 (final)
Teen FictionGxG 18+ (beberapa part) Medis Romance Fiksi Shani Indira natio Shania Gracia