Keadaan rumah Shani yang biasanya hangat, kini berbeda 180°, mencekam lebih terasa disini. Setelah keributan yang terjadi di awal hari. Kepala Shani terasa berdenyut hebat. Biasanya jika sudah seperti ini, dia akan langsung menancap dalam dalam gas motor atau mobilnya, berkunjung ke rumah pacar tercinta. Memainkan jari jemari kekasihnya, kalau tidak, ia akan ndusel sembari menghirup dalam dalam aroma tubuh pacarnya. Tapi, untuk kali ini, ia tak bisa.
Terlebih lagi, dirinya lah yang memulai semua perang dingin ini. Melongok ke arah jam dinding, menunjukkan pukul dua belas lebih tujuh, tengah hari. Dari pada hanya diam rebahan yang akan menambah mumetnya kepala, ia berencana pergi ke supermarket untuk mengurangi penatnya, sekalian membeli beberapa barang miliknya yang butuh di re-stock lagi.
Gadis remaja menuju dewasa itu membelah jalan dengan mobil kesayangannya. Ditemani lagu lagu indie yang belakangan sedang hits, yang tentu saja sesuai dengan selera musiknya. Ia memilih mobil ketimbang motor yang sering kali ia pakai karena kini sudah masuk musim penghujan. Ia tak mau terjebak hujan, atau pulang hujan hujanan yang berakhir dia tak enak badan. Hanya butuh 30 menit, karena jalanan yang lenggang untuk bisa sampai ke kawasan perbelanjaan tujuannya.
Basemen pusat perbelanjaan itu terasa dingin. Sama seperti dirinya yang kedinginan dipeluk kesendirian. Beberapa saat hanya berdiam diri dibelakang kemudi, mengatur suhu dan nafasnya agar lebih stabil. Menaikkan topi hoodie, masker dan tak lupa memasukkan kedua tangannya pada saku hoodie nya untuk sedikit meredakan dingin. Beranjak meninggalkan basemen yang tampak lebih sepi dari biasanya.
Gadis ber hoodie hitam itu perlahan mendorong troli belanja. Mengambil beberapa kebutuhannya yang sudah mulai menipis. Tak jarang, kedua tangannya memegang dua produk olahan yang sama, tapi dengan merk yang berbeda. Menimang nimang barang mana yang akan ia ambil. Entah, apa yang ia pertimbangkan untuk mengambil barang tersebut.
Bruuuukkk!!!
"E-eh maaf saya ga sengaja."
Baru Shani membalikkan badan, hendak misuh-misuh pada orang yang menabraknya dari belakang, nyalinya sudah menguap begitu saja kala melihat seseorang yang menabraknya dengan troli barusan.
"Bunda?" memastikan jika pelaku yang kini menunduk sambil membereskan barang belanjaannya didalam troli itu adalah Naomi.
"Shani?" wanita paruh baya itu mendongak, merasa lega, karena yang tak sengaja ia tabrak adalah Shani, jadi tak akan ada drama adu mulut sesama emak emak yang tak terima ditabrak.
Senyum keduanya mengembang.
"Emhhh... Bunda lagi belanja? Belanja apa aja?" tanyanya sambil melongok kearah keranjang belanjaan milik Naomi.
"Biasa belanja bulanan, kamu juga Shan?"
Shani mengangguk. Tak menyangka jika akan bertemu ibunda dari kekasihnya. Tapi yang membuatnya heran, tak terlihat satu orang pun yang menemani wanita paruh baya itu berbelanja. Apakah Naomi berbelanja seorang diri? Seingatnya, Naomi sering kali tak mau berbelanja sendiri, minimal ditemani Celine, atau Gracia jika sedang tak sibuk. Kalaupun kedua anaknya itu tak bisa, Bi Inah, asisten rumah tangga keluarga Naomi lah yang akan menemani sang nyonya besar berbelanja.
Seketika rasa ketar ketir mendadak menggerayang. Karena ia tak melihat Celine ataupun Bi Inah di sekitarnya. Ia menerka jika wanita didepannya ini berbelanja ditemani oleh Gracia. Di balik senyumnya yang tertutup masker hitam, Shani berdoa semoga bukan Gracia yang pergi bersama Naomi.
"Kamu udah lama ga ke rumah. Sibuk banget sih mahasiswa baru nih! Bunda kangen tau! Ayah juga nanyain kamu terus." cerocos Naomi. Tak taukah dia, jika Shani sedang gelisah sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDICAL LOVE 💉 (final)
Ficção AdolescenteGxG 18+ (beberapa part) Medis Romance Fiksi Shani Indira natio Shania Gracia