part 34

7.8K 689 199
                                    

Sore yang sudah tiga hari terasa dingin, perlahan lahan mulai menghangat. Seiring kehangatan yang menjalar ke raga dua gadis cantik yang masih saling mengeratkan pelukan pada tubuh kekasih hati setelah berbaikan pasca terjadinya perang dingin dan saling menghindar diantara keduanya. Permasalahan yang baru terselesaikan, ibarat kerikil kerikil kecil tajam yang berhasil dilalui walaupun melukai. Namun itu akan jadi permulaan bagaimana nantinya jika ada masalah, ia tau harus berbuat apa. Jalan mereka berdua masih teramat panjang.

Akan dipastikan, di depan nanti akan ada banyak hal hal yang membahagiakan, menyakitkan, juga mengecewakan menghampiri keduanya. Silih berganti, menerpa bagai angin semilir atau bahkan topan badai. Semua hanya bergantung waktu. Dan juga bergantung kekuatan hati keduanya. Akan kah kalah hati mereka kalah dengan problematika yang menghadang, atau justru menang karena saling menguatkan satu sama lain.





----------------






Minggu pagi, kali ini menjadi hari libur bersama bagi Shani dan Gracia. Dini hari itu terasa sangat hangat, dibalik hawa dingin yang sebenarnya mendominasi. Masih terlalu jauh dari jadwal untuk sang matahari naik ke permukaan. Namun, wanita 21 tahun itu sudah bangun terlebih dahulu karena alarm di ponsel kekasihnya yang cukup memekakkan telinga.

Berniat membangunkan sang kekasih hati yang kini masih mendekapnya dengan erat untuk menghadap Tuhannya terlebih dahulu. Adzan subuh sayup sayup terdengar saling saut menyapa, saatnya untuk sedikit mengusik lelap tidurnya si pemilik hati.

"Shan.. " panggilnya lirih.

Namun, nampaknya beberapa panggilannya itu sana sekali tak mendapat respon. Mata Gracia masih asik menatap rona wajah tenang nan damai kekasihnya. Betapa ia jatuh cinta pada anak bungsu Boby dan Shania itu.

"Shani.. " panggilnya ke sekian kali dengan sedikit goncangan di lengan Shani.

"Ngggh.. Iya apa?" jawabnya.

"Bangun dulu, sholat subuh dulu. Abis itu tidur lagi kalo udah selesai." titahnya pada sang kekasih.

"Iya, sebentar. Ngumpulin nyawa dulu. " Gracia berani jamin, kekasihnya ini baru 20% tersadar, selebihnya masih ada di dunia mimpi.

"Emang nyawa kamu pada kemana?"

"Masih berceceran, tadi pas dikejar komodo." racau Shani dengan suara parau nya, khas orang yang masih ada diambang sadar dan tidak.

"Kamu ngapain?  Kok sampe di kejar komodo?" tanya Gracia yang heran dengan jawaban random Shani.

"Tadi itu, nganu.. Aku kan jalan jalan sama pacar aku. Terus topi pacar aku ke tiup angin. Eh.. nyangkut." lanjutnya pelan dengan mata yang masih terpejam sepenuhnya. Raut wajah Gracia mendadak berubah. Satu alisnya terangkat, menandakan jika ia sedang heran dengan jawaban Shani. Di sibak olehnya anakan rambut yang menutupi rona kekasih hatinya.

Terlihat menggemaskan sekali gadis yang sebentar lagi akan berubah status menjadi mahasiswa itu. Masih terpejam erat rupanya kedua kelopak mata itu. Masih berlayar dengan dunia mimpi versinya sendiri.

"Nyangkut dimana tuh?" Lanjutnya. Penasaran dengan petualangan mimpi macam apa yang sedang tersaji di tidurnya.

"Ditangannya T-rex." Jawabnya pelan.

"Kok ngeri banget ada T-rex nya?"

Semakin tak bisa Gracia tebak, dunia macam apa yang sedang diselami kekasihnya itu.

"Iya, tapi T-rex nya tuh baik sama aku. Kita udah kaya fren gitu lah."

"Terus itu bisa ada komodo nya dateng dari mana?"

MEDICAL LOVE 💉 (final) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang