Hari panjang nan melelahkan yang ditunggu tunggu akhirnya tiba. Semua kewajiban sebagai murid sedikit lagi selesai. Happy Ending sekaligus Sad Ending bagi beberapa murid. Sehabis ini tidak akan ada lagi rumus logaritma yang membuat mual. Tidak akan ada lagi Alpha, Beta, Teta dan Omega yang membangkitkan rasa ingin mengalungkan tali tambang di leher kemudian di kaitkan pada pohon tomat milik mama di taman belakang rumah sampai tercekik. Berlaga kejang sambil menjulurkan lidah, agar peran dalam rangka mengakhiri hidup, semakin terlihat meyakinkan.
Rasa lelah dan penat belakangan juga begitu mendominasi. Sekujur tubuh sudah mencapai batas tolerir sebuah rasa capek. Rasanya tak jauh seperti di lolosi satu persatu tulang dari tubuhnya. Fakta terbaru, kini terkuak. Encok, memang pada nyatanya tak hanya menyerang para manusia manusia lanjut usia. Bahkan gadis SMA sekaliber Shani pun bisa terkena serangan encok pula.
Hal itu dikarenakan Shani harus membungkuk dengan waktu yang lama karena telat masuk laboraturium yang menyebabkan dirinya tak kebagian tempat duduk. Terbungkuk demi mengamati perubahan cairan MgOH bening yang dicampur larutan Biuret sehingga membuat laurat itu berubah menjadi biru keunguan dalam tabung reaksi. Yang kemudian Shani mencampur banyak larutan lain dengan perhitungan tetes demi tetes. Bahkan tangannya sempat kram karena harus memegang pipet sampai larutan yang semula berwarna ungu berubah menjadi larutan bening. Tugas seabrek, bermacam macam praktikum yang menguras tenaga dan juga fikiran, Tuntutan Siswa Siswi Angkatan Tua Bangku SMA.
"Gila.. Pinggang gue berasa mau pataaaahhhh,"
Gadis bertubuh jangkung itu mengeluh. Beberapa kali juga Desy menggeretekkan pinggangnya ke kanan dan ke kiri sampai terdengar suara...
KREETEEKKKK..
Yang mampu membuatnya mendesah penuh rasa lega.
"Gue juga sama, kali. Emangnya lu doang yang begitu?", protes Yona yang sekarang duduk sambil merubuhkan kepala dan badannya pada meja Coffe shop langganan mereka. Rasa rasanya tulang punggungnya itu kehilangan daya untuk menyangga tubuhnya sedikit lebih lama lagi.
"Emang ya, Yon. Umur ga bisa nipu", celetuk Desy sambil terkekeh.
"Maksudnya, gue tua gitu?".
"Kan gue cuma bilang umur ga bisa boong, ga bilang kalo lu tua. Kalo lu ngerasa gitu, ya berarti lu sadar diri"
"Bala banget gue punya temen kaya dia, ya Allah", Gerutu Yona.
"Shan, lu diem diem aje. Ngobrol ngapa dah?", tegur Desy.
"Tau nih, kalo udah chattingan sama si doi aja, lupa sama dunia"
"Mana ada begitu", elak Shani yang langsung meletakkan handphone nya diatas meja kantin.
"Gue jadi kangen Okta. Abis ini gue mau ngapel ah", celetuk Desy yang bucinnya semakin manjadi jadi.
Plaaaakk!!!!
"Shhh.. Sakit anjir!!," amuk Desy yang kesakitan setelah kepalanya mendapat tepokan oleh Yona dan Shani dengan sendok bakso masing masing.
"Bucin lu meresahkan banget, Des", protes Yona yang mulai geregetan atas tingkat kebucinan Desy yang terlalu kronis.
"Meresahkan juga bucinnya dia", tunjuk Desy pada sosok cantik yang duduk didepannya. Melanjutkan gurauan mereka yang sesekali diselingi sarkasme atau bahkan tindakan penganiayaan level rendah yang menyebabkan bekas biru ke unguan di badan pada esok hari.
"Abis ini lu mau lanjut kemana? Yon? Shan?", Tanya Desy yang mulai lelah membuat kisruh.
"Gue belom punya pandangan, tapi gue berharapnya kita tetep barengan", ucap Yona yang memang merasa berat jika saja mereka berpisah. Hal yang selama ini juga menjadi sebuah ketakutan bagi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDICAL LOVE 💉 (final)
Novela JuvenilGxG 18+ (beberapa part) Medis Romance Fiksi Shani Indira natio Shania Gracia