Pertengahan tahun ini harusnya jadi bulan bulan awal kemarau. Tapi, entah kenapa, hujan masih sering singgah mengguyur tak tau waktu. Hawa yang kadang panas lalu dingin, membuat badan meremang. Begitu juga yang dirasakan seorang wanita cantik yang sudah sekitar lima belas menit yang lalu menunggu hadirnya seseorang. Beberapa kali meneguk milkshake Strawberry nya yang kini tinggal setengah. Namun, yang ditunggu tak kunjung menampakan batang hidung.
Ia menyesali keputusannya, jika saja ia tak berangkat sepuluh menit lebih awal dari waktu yang telah dijanjikan, pasti ia tak akan se mati gaya seperti sekarang. Ditunggu ternyata jauh lebih baik dari pada menunggu, setidaknya itu point penting yang bisa ia dapat hari ini.
Tiga menit berselang, nampak juga manusia yang ia tunggu tunggu kedatangannya. Memakai kaos hitam dan jaket merah, tak lupa topi bertuliskan NASA yang menutupi rambutnya.
"Lu lama banget." Protesnya.
"Lah? Kan lu bilang jam 2? Ini jam 2, gue on time, ya."
"Gue nunggu lu udah dari tadi tapi!" amuknya.
"Kenapa lu marah ke gue? Kan lu janjiannya jam 2."
"Tapi gue udah dateng dari tadi, tau!"
"Ya, lu juga ngapain dateng buru buru? Udah ga sabar ketemu gue ya? Tapi maaf, Del. Hati gue masih sepenuhnya milik Shania Gracia." Goda Niko tersenyum manis sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Halah, bacot. Tapi hati Shania Gracia masih sepenuhnya milik Shani Indira Natio adek elu, cong. Lagian hati gue juga sepenuhnya masih milik Shani Indira."
"Bangke. Senasib juga lu kek gue. Gausah menghina. Inget, hati Shani Indira juga masih sepenuhnya milik Shania Gracia."
"Kalo dipikir pikir, kok gue sama ngenesnya kek elu ya, Nik. Padahal kan gue baik, ga kaya elu."
"Kapan gue ga baik? Kasih tau gue, Andela Yuwono."
"Lu ga akan pernah jadi baik. Kalo hubungan adek lu sendiri aja masih lu recokin."
"Ngaca mbak. Anda juga ya. Sama sama ngerecokin hubungan orang." sanggah Niko tak mau kalah.
"Ya jahat, ya ngenes. Nasib kita berdua emang mantap banget." Tawa menggelegar dari Andela dan Niko yang sama sama menertawakan malangnya nasib mereka. Mencintai seseorang yang padahal mereka tau jika tak akan pernah ada celah di hati tambatan masing masing untung bisa mereka berdua susupi.
"Jadi, gimana perkembangan lu sama Gracia?"
"Ga ada perkembangan sama sekali, Del."
"Lah? Bukannya kemaren lu bilang kalo lu berhasil ajak Gracia pergi berdua sama lu?"
"Iya kalo itu bener."
"Itu kan kemajuan yang bagus, Nik. Selangkah lebih dekat buat lu bisa milikin Gracia."
"Selangkah lebih dekat gundulmu! Gimana mau dekat kalo abis itu gue ditinggal pergi gitu aja."
"Ditinggal pergi gimana?"
"Adek gue."
"Adek lu kenapa?"
"Gue ga tau, kenapa bisa adek gue ada di resto yang sama kaya gue dan Gracia waktu itu. Duduknya juga ga jauh dari meja gue. Apes banget, mana gue baru aja bisa megang tangan Gracia tuh padahal. Eehh.. langsung gue ditinggal pergi sama dia yang juga langsung narik adek gue. Enyah, ga tau kemana." Jelas Niko yang sampai hari ini pun tak tau bagaimana itu bisa terjadi. "Balik balik, Gracia udah nangis, ngambil tas, terus cabut, ditinggal pulang gue sama dia. Yakin gue mah kalo dia ribut sama Shani." ucap Niko panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDICAL LOVE 💉 (final)
Fiksi RemajaGxG 18+ (beberapa part) Medis Romance Fiksi Shani Indira natio Shania Gracia