1. Orang Sabar Disayang Tuhan

251 35 29
                                    

Hari semakin terik ketika Taeyong keluar kamarnya dengan lesu lalu menjatuhkan diri di atas sofa dimana sebelumnya Doyoung sudah lebih dulu di sana, menguasi sofa panjang di sampingnya.

“Jam berapa sih?” tanya Taeyong.

“Setengah satu.” Doyoung menjawab dengan suara tak kalah lesunya.

Kemudian hening. Mereka berdua memilih diam daripada membuang tenaga percuma. Tragedi lupa sahur pagi tadi membuat Taeyong dan Doyoung mendadak seolah jadi manusia paling lemah di dunia.

Menit demi menit berlalu tanpa ada percakapan yang tercipta. Hanya suara televisi dan kipas angin yang terdengar sebelum ponsel Doyoung berbunyi memekak telinga.

Dengan malas, Doyoung meraih ponsel di atas meja dan menjawabnya dalam satu kali usapan di layar. Taeyong hanya memperhatikan dalam diam saat namanya tiba-tiba disebut.

“Kata nyokap lo mereka bakal pulang nanti sore, terus kita disuruh belanja sama nyiapin buat buka puasa,” ujar Doyoung usai menutup teleponnya.

“Hah? Kenapa nyokap gue nelponnya ke elo nggak ke gue?”

“Di mata dia kan gue lebih kaya anaknya,” jawab Doyoung jumawa. Meski dia anak dari kakak ibunya yang sudah tiada, tapi Doyoung berhasil menguasai kasih sayang Tante Boa—ibunya Taeyong.

“Yaudah sana lo belanja!” kata Taeyong sebal.

“Ya sama lo lah. Males banget sendirian, entar kroyokan sama ibu-ibu.”

“Mager, panas!” jawab Taeyong tak acuh. Jangankan buat belanja, dia mau pergi ke mesjid aja tadi malesnya minta ampun lantatan teriknya matahari di luar sana serta tubuhnya yang tidak bertenaga.

“Ck, elo sih kenapa gak sahur jadinya gini kan.”

“Ya elo sendiri kenapa nggak bangun padahal denger suara alarm gue.” Mereka berdebat.

“Udah sana lo yang belanja, entar gue yang masak.”

“Ogah, mending gue yang masak!” Doyoung buru-buru menyela.

“Elah belanja doang juga.”

“Yaudah lo aja sana.”

“Gak mau badan gue lemes banget.”

“Ya sama, dikira gue gak lemes?!” Doyoung mulai nyolot.

“Itu lo nyolot gitu mana ada lemes!”

“Lo juga.”

“Lo lebih nyolot!”

Lagi-lagi mereka bertengkar sampai sebuah notifikasi di ponsel Taeyong membuat keduanya diam. Isinya pesan singkat dari ibunya.

Mama :
| Gk usah berantem. Kalian berdua yg belanja!

Wow, Taeyong berdecak kagum. Mamanya kok tahu dia lagi berantem?

Mama :
| Awas sampe mama dateng gak ada makanan!

Taeyong hampir mengumpat, tapi ditahan mengingat dia sedang berpuasa. Akhirnya dengan sangat terpaksa ia bangkit dan mengajak Doyoung belanja di supermarket terdekat. Membeli segala apapun yang sekiranya mereka butuhkan.

Namun, lagi-lagi perdebatan harus terjadi manakala mereka saling suruh siapa yang harus mendorong troli belanjaan. Padahal tinggal dorong doang.

Aunty, liat kakak-kakak itu tadi berantem padahal kata Pak ustad kalau puasa nggak boleh berantem.” Seorang anak kecil berujar pelan sambil menarik baju wanita di sampingnya.

Doyoung dan Taeyong terperangah, malu mendengar ucapan anak kecil yang kini sudah dibawa wanita yang tadi dipanggilnya aunty itu.

Taeyong berdehem sambil mendorong trolinya pada Doyoung lalu ia buru-buru jalan duluan ke meja kasir bikin Doyoung ingin melayangkan umpatannya yang sudah ada di ujung lidah.

“Sabar Doyoung sabar, orang sabar disayang Tuhan.” Doyoung menghibur diri sendiri sambil mengelus dada.

Tiga puluh menit kemudian mereka sudah sampai kembali di rumah. Berniat untuk leha-leha, tapi sang mama malah menelepon Taeyong untuk segera memasak agar tidak kesorean. Mau tidak mau akhirnya mereka menyeret badannya paksa untuk bekerja.

Doyoung Taeyong bergelut didapur. Untuk urusan memasak untungnya mereka bisa akur. Coba kalau tidak, akan seperti apa dapur mereka jadinya nanti.

“Kentangnya dipotong dadu aja ya.”

“Mana tadi berasnya? Sini mau gue cuci.”

“Kita tadi beli merica nggak sih?”

Hanya percakapan-percakapan itu yang terdengar dari dapur. Mereka juga bergiliran solat Ashar. Kalau Mama Taeyong melihat ini, pasti udah senyum-senyum atau bahkan mengabadikannya dengan kamera.

Soalnya Taeyong dan Doyoung jarang akur.

“Btw Yong, nyokap lo udah sampe mana?” tanya Doyoung setelah melirik jam dinding sudah memunjukkan angka setengah enam. Sebentar lagi adzan magrib akan berkumandang.

“Nggak tau deh bentar gue chat.” Taeyong mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan untuk sang mama, tapi jawaban dari mamanya dua menit kemudian bikin Taeyong melongo. Serta merta ia melemparkan ponselnya pada Doyoung, menyuruhnya untuk membaca sendiri apa jawaban dari mamanya.

Mama :
| Mama sebenernya pulang lusa. Tadi sengaja aja nyuruh kalian belanja sama masak biar buka puasa pertama kalian bisa makan makanan enak

Doyoung menoleh dan tersenyum sarkas. “Perhatian banget nyokap lo Yong.”

“Sabar, katanya orang sabar disayang Tuhan.” Taeyong mengutip ucapan Doyoung saat di supermarket, walau sebenarnya dia juga agak kesal sih, tapi ya mau gimana lagi? Perkataan mamanya juga ada benarnya, kalau tidak dipaksa mereka pasti sudah memutuskn untuk buka puasa di tempat lain.

” Taeyong mengutip ucapan Doyoung saat di supermarket, walau sebenarnya dia juga agak kesal sih, tapi ya mau gimana lagi? Perkataan mamanya juga ada benarnya, kalau tidak dipaksa mereka pasti sudah memutuskn untuk buka puasa di tempat lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari pertama puasa semangat gais 😁

NgabuburitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang