Jinyoung kebingungan saat melihat uang yang ia simpan di lemari tidak ada di sana. Sejak sahur hingga langit berubah cerah ia terus membongkar isi lemari untuk mencari dimana keberadaan uang yang telah disimpan.
"Nyari apa sih? Dari Subuh tadi gue denger lo berisik banget?" tanya Jaebum teman satu kontrakan. Jinyoung menyewa satu rumah untuk ditinggali bersama dua teman dekatnya. Selama tiga tahun bekerja sebagai guru di sekolah menengah akhir, Jinyoung dan dua temannya sudah berbagi tempat tinggal di wilayah Hunian Asri.
"Duit gue di lemari gak ada, Bum," jelas Jinyoung panik.
"Hah, yang bener lo? Sejak kapan gak adanya?" tanya Jaebum terkejut.
"Gue baru cek ulang abis sahur tadi. Dan gak ada," jawab Jinyoung, tangannya masih sibuk mengeluarkan isi lemari. Kasur single size-nya sudah penuh berisi pakaian dan barang-barang dari dalam tempatnya. Semua isi nakas sampai lemari bercampur di atas ranjang. Namun nyatanya, uang yang ia cari belum juga ditemukan.
Jaebum nampak menahan rasa curiga. Hingga Jinyoung bertanya kenapa Jaebum masih diam di depan pintu kamar. "Kenapa masih di sini? Lo gak siap-siap kerja?" tanya Jinyoung.
"Nyoung. Semalam Jackson 'kan pinjem charger gue. Tapi gue pakek. Dan akhirnya dia pinjem punya lo," jelas Jaebum menceritakan kejadian tadi malam.
Jinyoung termenung dan menolak dugaan yang tiba-tiba hadir di dalam benaknya. Tidak mungkin jika Jackson yang mengambilnya, 'kan. Batin Jinyoung menggeleng sendiri.
"Jackson masih tidur?" tanya Jinyoung.
"Iya. Kayak biasa,abis subuhan dia tidur lagi," jawab Jaebum.
"Gue bangunin aja ya, soalnya itu bukan duit gue. Dan gue butuh itung ulang jumlah duitnya hari ini."
Jaebum mengangguk setuju. Kedua pemuda itu berpindah tempat menuju kamar Jackson. Tanpa mengetuk pintu, mereka masuk dan membangunkan pemuda yang tertidur dengan mengenakan sarung.
"Jack, bangun bentar," ucap Jinyoung pelan.
Jackson menggeliat malas. Ia mengerjap dan melihat kedua temannya berdiri di dekat ranjang. "Jack. Semalem lo ke kamar gue?" tanya Jinyoung.
Jackson mengangguk dua kali. Jaebum dan Jinyoung bertatapan sejenak. "Lo pinjem charger?" tanya Jinyoung.
"Iya. Niatnya gitu, tapi gue cari di tas lo sama lemari gak ada. Ya udah gak jadi," papar Jackson terlihat santai.
"Jack, waktu lo buka lemari, lo lihat duit gak? Di tumpukan bawah," tanya Jinyoung hati-hati.
"Kagak, gue cuma buka lemari dan gak megang apa pun," jawab Jackson.
"Jujur aja, Jack," timpal Jaebum yang berdiri di belakang Jinyoung.
Jackson berdecak kecewa. "Kalian nuduh gue nyuri, gitu!"
"Ya enggak. Tapi barang kali lo lihat aja, Jack!" sahut Jaebum.
"Demi Allah. Gue gak lihat! Gue cuma buka pintu lemari dan gak megang apa pun!" ulang Jackson ngotot.
Jinyoung hanya diam dengan tatapan gelisah. "Jack. Duit itu dansos kematian murid gue. Besok gue mau nemenin anak-anak takziah karena abis ini libur panjang ...,"
"Demi Allah gue gak tahu!" potong Jackson berubah emosi.
"Gini Jack, misal lo cuma niat pinjem tuh duit bilang aja gitu. Nanti Jinyoung bisa ngehandle pakek uang yang lain." Jaebum kembali bersuara. Seolah disudutkan. Jackson semakin tidak terima. Kenapa para temannya masih tidak percaya? Jackson juga tidak ingin puasanya batal karena berbohong.
"Coba geledah aja kamar gue kalau kalian gak percaya. Sumpah pocong pun gue juga gak takut!" Jackson mulai menantang.
Jinyoung menghela napas panjang. "Apa lapor ketua RT aja, Nyoung? Siapa tahu daerah ini mulai gak aman," usul Jaebum melirik skeptis ke arah Jackson.
"Nanti malah warga panik, Bum," pikir Jinyoung.
"Ya daripada memakan korban lagi, bisa-bisa yang ilang bukan cuma duit, tapi benda berharga lainnya!" seloroh Jaebum bersikeras.
Jinyoung kembali menatap teduh ke arah Jackson. Seolah berharap jika temannya mengaku. "Anjir! Lo gak percaya sama gue!" pekik Jackson.
"Maaf, ya, Jack. Kalau sampai sore nanti duit belum ditemukan gue mau lapor Pak RT."
"Silahkan!" balas Jackson tak gentar.
***
Adzan ashar mulai berkumandang. Jinyoung baru saja tiba dari tempatnya berbagi ilmu. Ia melihat Jackson duduk di ruang tamu setelah pulang dari tempatnya berkerja. Sedangkan Jaebum sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk berbuka.
Jinyoung langsung menuju kamar dan pergi mandi. Setelah tubuhnya menjadi lebih segar, ia menunaikan ibadah sholat Ashar dan membaca beberapa lembar dari kitab Al-Qur'an.
Pupil matanya terpaku beberapa masa melihat lembaran uang yang berada di sela-sela kitab suci tersebut. Jinyoung baru ingat, ternyata ia sudah memindahkan uang dansos itu dari lemari ke sela-sela lembar Al-Qur'an.
Segera ia memberi kabar teman kontrakannya jika uang sudah ditemukan. "Alhamdulillah, duitnya ketemu!"
Jaebum yang sibuk memasak segera menghampiri temannya. "Nah kan, gitu lo nuduh gue!" sembur Jackson juga ikut mendekati Jinyoung.
"Maaf, ya. Gue baru inget kalau gue selipin di Al-Qur'an," ringis Jinyoung.
"Untung belum laporan ke Pak RT," gumam Jaebum menghela napas lega.
"Ide lo juga itu, Bege!" sungut Jackson masih merasa kesal.
"Hehe, maafin ya, Seunni." Jaebum menyengir meminta maaf.
"Karena udah ketemu, gue bakal beliin makanan sahur buat kita nanti," ucap Jinyoung sebagai bentuk rasa syukurnya.
"Pakek uang dansos itu?" pekik Jaebum.
"Pakek duit pribadi lah! Gila lo!" Jinyoung menyangkal dengan ekspresi tidak santai.
"Bum, lo kalau mau ngomong di pikir dulu lah," mohon Jackson. "Gue gak mau pertemanan kita berantakan karena prasangka yang keliru," sambungnya.
Jaebum mengangguk mengerti. "Maaf ya, gue coba kontrol mulut gue selama puasa," janji Jaebum.
"Selama puasa doang!? Selamanya woi kalau bisa!" protes Jackson, Jinyoung hanya tertawa melihat debat mulut yang tidak akan pernah ada habisnya.