17. Vlogging Goes Wrong

46 14 0
                                    

Masjid Kompleks HA, 16:15 WIB

"Assalamu'alaikumlho??? Kok kamu cuma sendiri, Jungwon? Yang lain pada ke mana?"

Ustaz Eskop terkejut tatkala memasuki pelataran masjid tempatnya biasa mengajar anak-anak TPA. Kegiatan mengaji sedianya dimulai pukul empat tepat. Namun, karena satu dan lain hal, Ustaz Eskop izin datang terlambat dan baru muncul ketika jarum panjang telah menunjuk angka tiga. Ustaz Eskop pikir, dirinya sudah membuat anak-anak menunggu terlalu lama. Nyatanya, empat dari lima muridnya malah tidak menampakkan batang hidungnya, menyisakan Jungwon yang kini menatapnya gelisah.

"Jungwon nggak tahu, Pak Ustaz. Tadi waktu Jungwon samper Dongpyo buat berangkat ngaji bareng, di pagar rumahnya ada kertas ditempel, tulisannya 'Dongpyonya lagi sakit, jadi nggak berangkat ngaji dulu'."

"Oh, ya?"

Jungwon mengangguk-angguk. Anggukannya membuat Ustaz Eskop menaruh curiga. Pasalnya, barang siapa yang sakit atau berhalangan hadir karena alasan tertentu, maka wajib bagi orang tua mereka mengabari Ustaz Eskop via pesan teks atau telepon. Lebih-lebih di antara empat anak yang absen, tak satu pun yang memberinya kabar. Hal ini membuat kecurigaannya semakin kuat.

Akan tetapi, dikarenakan berburuk sangka itu tidak baik, terlebih di bulan yang suci seperti ini, Ustaz Eskop buru-buru mengenyahkan pikiran buruknya. Bapak dua anak itu langsung duduk di hadapan Jungwon, bersiap memberikannya pelajaran.

"Ya sudah kalau begitu. Karena yang lain juga nggak ada, kita langsung mulai pelajarannya saja ya, Jungwon. A'uudzubillaahiminassyaithaanirrajiim—"

Kediaman Papap Seungwoo, Mami Seola, dan Dongpyo, 16:18 WIB

"Halo, guys! Balik lagi di channel gue, Dongpyo, dan sore ini kita bakal JJS alias jalan-jalan sore sambil beli jajanan takjil. YEAAAAY! WOO-HOO!"

"Aku, Pyo, bukan gue. Gue itu bahasa orang dewasa, nggak baik digunakan sama anak kecil."

Dongpyo langsung memanyunkan bibir dan mengerutkan kening ketika mendengar teguran dari maminya. Sore ini, Dongpyo tengah syuting vlog untuk konten YouTube bersama kru-krunya—Junkyu, Yoshi, dan Jihoon—ketika Seola tengah mempersiapkan takjil di teras rumah sebelum diangkut oleh Seungwoo ke lapaknya di lapangan kompleks.

Memang apa salahnya, sih, pakai panggilan 'gue'? 'Gue' itu, kan, keren dan Dongpyo ingin jadi keren juga! Begitulah kira-kira arti dari ekspresi yang ditampilkan oleh wajah Dongpyo sekarang.

Di sebelahnya, Yoshi menyikut perut bocah lelaki itu berkali-kali. "Tuh, kan. Aku bilang juga apa, Pyo. Jangan pakai 'gue'. Ketahuan mami kamu, kan," tegurnya sambil berbisik.

"Ya gimana nggak ketahuan sama Tante Seola, coba? Orang Dongpyo, tuh, ngomongnya lebih-lebih dari komentator sepak bola alias lantang dan menggebu-gebu!" Jihoon menyahut kesal. Memang seharusnya tadi dia berangkat mengaji saja daripada menjadi kru Dongpyo meskipun diberi upah lima ribu rupiah. Setidaknya kalau mengaji dia dapat pahala, sementara di sini sama artinya dengan menabung dosa karena dongkol melihat tingkah Dongpyo.

Dikomentari seperti itu, Dongpyo mencibir, "Ya kalau ngomongnya klemar-klemer, siapa juga yang tertarik nonton? Kalian tahu Atta Halilintar, kan? Kenapa dia subscriber-nya banyak? Ya karena dia kalau ngomong kayak begitu dan pakai 'gue-elo'!"

"Ya tapi dia, kan, udah dewasa—"

Junkyu membekap mulut Jihoon sebelum ucapan kembarannya itu memancing kekesalan Dongpyo. Siapa pun yang sudah lama tinggal di kompleks ini pasti tahu jika mereka telah berteman sejak zaman masih disuapi bubur bayi sambil naik sepeda family keliling kompleks. Namun, mereka yang tahu juga pasti tahu, bila Dongpyo dan Jihoon sudah adu mulut, maka tandanya perang dunia ketiga akan tercetus.

NgabuburitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang