3. Perkara Motong Ayam

90 25 3
                                    

Minho baru saja mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah ketika sang istri memanggil dengan suara nyaring. Ia berniat mengabaikan, tapi panggilannya tak kunjung berhenti.

Lantas ia menghela napas panjang sembari menyeret kakinya menuju dapur. “Kenapa Ma?”

“Pa, tolong potong si Cikhi mau Mama masak buat buka puasa nanti,” kata Krystal—sang istri.

“Lah, bukannya buat lebaran Ma?”

“Masih ada si Niki.” Minho cuma berdehem lalu beranjak mengeluarkan ayam dari kandangnya. Dua ayam berbulu merah itu sengaja dipelihara mereka beberapa hari lalu. Katanya untuk disembelih saat lebaran nanti, tapi Krystal tiba-tiba memutuskan untuk menyembelihnya salah satu.

Di tangan Minho kini sudah ada sebilah pisau yang sangat tajam. Harusnya ia langsung memotong ayam itu dengan segera, tapi hatinya mendadak sungkan. Ia tidak tega harus membunuh ayam itu.

“Ma, ini kita nggak beli dagingnya langsung aja?” tanya Minho dengan raut melas.

“Nggak, Mama pengen makan si Chiki.” Entah kenapa Minho merinding mendengar ucapan sang istri barusan. Padahal makan ayam adalah sesuatu yang sangat wajar, tapi mengingat Krystal memanggil ayamnya dengan nama, ia jadi tidak tega.

Tetap saja ia menganggapnya harus membunuh peliharaannya sendiri.

“Ma, tapi Papa nggak tega motongnya.” Minho masih mencoba membujuk.

“Motong ayam doang yaampun Pa.”

“Nggak doang, ini masalah hidup dan matinya mahluk hidup.”

“Ayam hidup buat dimakan.” Krystal tak mau kalah.

“Lagian Mama kenapa beli ayam idup segala sih, mana pake dikasih nama segala.”

“Lebih enak ayam yang dipotong langsung.”

“Tapi kan—”

“Udah cepet potong nanti keburu sore!” Minho sontak meneguk ludah. Ditatapnya sang ayam yang tampak pasrah dalam genggaman tangannya, ia semakim tidak tega.

Tak lama Krystal datang sambil membawa panci besar berisi air panas. Ia meletakannya di atas rumput, tak jauh dari tempat Minho berdiri.

“Ayo potong!” Krytal merebut ayam itu dari tangan Minho dan memeganginya sambil menyodorkannya sedikit ke depan.

“Nggak tega Ma.”

“Ini ayam Pa, bukan si Kimi!” kilah Krystal. Omong-omong, Kimi adalah nama kucing peliharaan mereka.

“Tetep nggak tega.” Krystal instan merotasikan mata.

“Yaudah nih pegang!” katanya sambil menukar ayam dengan pisau yang masih dalam genggaman Minho. “Pegang yang bener.”

Minho kaget. “Eh, Ma bentar Ma!”

“Udah Papa pegang aja, biar Mama yang motong.” Setelah berdoa dan mengucapkan basmalah, Krystal langsung menyembelih ayam itu tanpa ragu. Tetes demi tetes darahnya mulai mengalir membasahi rumput di bawahnya.

Minho mengerjap lalu refleks meletakan ayam itu di bawah. Melihatnya sekarat dengan raut wajah penuh maaf. Sementara Krystal tampak biasa aja.

“Abis itu masukin panci terus cabutin bulunya Pa,” titah Krystal sebelum kembali ke dapur.

Minho langsung protes. “Ya Allah Ma, Papa mau istirahat dulu bentar. Tadi kan abis ngisi kuliah terus nyuci motir terus nemenin si adek main.”

Protesan Minho mengundang pelototan tajam dari Krystal, serta merta ia berkacak pinggang dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya masih memegang pisau.

“Segitu doang udah protes? Apa kabar Mama yang dari pagi udah sibuk nyuci, nyapu, ngepel, nyetrika, belum lagi harus masak buat buka sama ngoreksi naskah buat besok!” Krystal auto ngomel-ngomel sambil mengacung-ngacungkan pisaunya.

Minho jadi ngeri sendiri melihatnya.

Sebagai seorang editor novel di sebuah penerbit indie, jadwal kerjanya memang lebih fleksibel dari Minho yang notabenya seorang dosen, tapi soal pekerjaan rumah jelas hampir semua dia yang mengerjakan—walau Minho kadang ikut bantu beres-beres rumah juga sih.

“Masih mau protes?!” tanya Krystal mendapari suaminya kini tutup mulut rapat-rapat.

“Nggak, ini mau nyabutin bulu ayam,” jawab Minho. Ia jadi teringat pesan papanya dulu. Katanya, jangan pernah mengeluh soal pekerjaan rumah sama istri karena bukannya dihibur malah bakal kena semprot. Minho sekarang baru mengerti bagaimana rasanya.

“Bersihin yang bener!”

“Iya Mama sayang.” Minho pasrah.

Krystal menatap suaminya sekilas lalu beranjak kembali ke dapur sebelum tawanya menyembur manakala melihat ekspresi suaminya.

Lucu katanya.

Sebagai reward, Krystal berjanji akan memasakan makanan enak untuk Minho hari ini.

Sebagai reward, Krystal berjanji akan memasakan makanan enak untuk Minho hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Punten mau melayarkan
kapal lama 😂

Punten mau melayarkan kapal lama 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


NgabuburitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang