Kurang lebih seminggu lagi, Hari Raya Idul Fitri akan segera tiba. Momen paling ditunggu adalah berkumpul dengan keluarga besar. Menjalani ibadah puasa tinggal beberapa hari lagi, biasanya hari-hari terakhir puasa menuju lebaran, mendadak tidak bersemangat. Apalagi ini sudah puasa ke dua puluh tiga.
Yebin, Yuju, dan Hayoung sedang rebahan sambil menatap langit-langit kamar. Jam menunjukkan pukul tiga sore. Tiga jam lagi saatnya berbuka, tapi waktu terasa begitu lambat.
"Jadi, kapan nih kita pulang kampung?" tanya Yebin di tengah keheningan yang melanda.
"Urusan di kampus udah selesai belum? Tergantung sih gue," sahut Yuju, kini menghentikan aktivitas bermain ponsel.
"Gue sih dua hari lagi udah libur," balas Hayoung.
"Mana belum beli baju lebaran." Yebin menghentak-hentakkan kaki kesal. Sebentar lagi lebaran, tapi duit belum terkumpul untuk beli baju lebaran. Maklum, anak kos minim uang.
Mereka berasal dari kampung yang sama di luar kota. Pergi ke Jakarta untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Hanya saja mereka berbeda jurusan. Dan sekarang, ketiga gadis itu sama-sama menjalani semester empat. Kemudian memutuskan untuk tinggal di salah satu rumah kontrakan di Komplek HA, lebih tepatnya di rumah nomor dua puluh dua.
Yebin menoleh ke Hayoung yang masih sibuk dengan ponselnya. Merasa penasaran, gadis itu mengintip Hayoung dengan tingkat penasaran tinggi untuk mengetahui apa yang Hayoung kerjakan di ponselnya.
"Astaghfirullah!" pekik Yebin, melebarkan mulut membentuk huruf O.
Hayoung sontak menutup ponselnya, lalu melepas headset di telinga karena pekikan Yebin cukup deras. "Berisik lo!"
"Wahai anak muda, janganlah kau berbuat dosa." Yebin mendramatisir. Barusan dia melihat layar ponsel Hayoung yang menampilkan adegan kissing di Drama Korea.
"Lo kepo banget sih!"
"Jangan dicontoh ya anak-anak, sangat bersoda sekali Anda ini."
"Kenapa memangnya dia?" Yuju penasaran dengan kehebohan teman sepernasibannya.
"Anak kecil diem aja, daripada ikut-ikutan bersoda."
"Berdosa!" sanggah Hayoung.
"Eits, puasa lo batal heh! Nonton adegan kissing ditambah marah-marah," peringat Yebin.
"Heboh banget sih lo berdua!" cerca Yuju.
Jika Yuju sudah murka, maka Yebin dan Hayoung berhenti cekcok. Dikarenakan Yuju sangat mengerikan kalau lagi marah, bisa-bisa bantal dan guling mendadak terbang. Namanya lagi puasa, selalu ada hal-hal yang memancing emosi. Jadi, harus banyak-banyak sabar.
"Eh, giliran yang masak nasi besok untuk sahur siapa?" tanya Hayoung.
"Gue," jawab Yebin.
......
Sahur telah tiba, Yebin membangunkan Yuju dan Hayoung.
"Guys! Lima belas menit lagi imsak!" Yebin mengeraskan suara, membangunkan Yuju dan Hayoung yang masih terlelap.
Rasa malas ditambah ngantuk masih menyelimuti, Yuju dan Hayoung membuka mata, sontak melihat jam. Benar saja, lima belas menit lagi waktunya imsak.
"Lo kenapa bangunin kita telat banget sih?" semprot Yuju.
"Masih mending gue bangunin. Tau gitu, gue biarin aja lo berdua molor. Biar gak usah sahur sekalian!" Yebin mendadak kesal.
Ahkirnya perdebatan itu usai. Ketiganya menuju dapur untuk sahur. Yebin menuju rice cooker. Namun, saat membukan rice cooker, Yebin terperanjat sambil membuka mulut lebar. Nasi yang dia masak, ternyata belum masak. Pandangan Yebin beralih pada tombol rice cooker dan ternyata Yebin tidak menekan tombol cook pada rice cooker.
"Mampus gue!"
"Kenapa lo?" tanya Hayoung. "Cepat bawa nasinya ke sini! Ntar keburu imsak."
Yebin memejamkan mata, sudah pasti kedua temannya murka. Perlahan, gadis itu melangkah mendekatu Yuju dan Hayoung. "Guys, jadi gini—"
"Lah, nasinya mana? Bukannya dibawa."
"Anu ... gue lupa cetekin nasi."
Yuju dan Hayoung sontak beringsut dari posisi duduk, lantas melihat rice cooker. Benar saja, nasinya belum masak.
"Lo gimana sih!" Yuju murka. Bagaimana tidak, sebentar lagi imsak. Tidak mungkin menunggu nasi masak.
"Tuh kan, bodo tak terhingga," sahut Hayoung.
"Maapin," ucap Yebin dengan wajah tanpa dosa.
Sahur kali ini, Yebin, Yuju, dan Hayoung makan seadanya dengan roti tawar. Mau bagaimana lagi, ini semua gara-gara kecerobohan Yebin.