Teriknya sinar matahari di sore hari, cukup membuat tiga remaja yang baru saja keluar dari mesjid itu mengeluh haus dan kepanasan.
Tiga sejoli yang selalu bersama, sedari mereka kecil hingga sekarang sudah menginjak sekolah menengah atas semester pertama.
Meskipun mereka sudah berada di sekolah menengah atas tetap saja mereka tidak pernah melupakan kewajiban sebagai seorang muslim, yaitu mengaji.
Ya, mereka bertiga baru saja selesai mengaji sambil ngabuburit. Tapi ngabuburit mereka tidak sampai di situ saja, meskipun panas matahari sore sangat terik, mereka bertiga tetap bergegas ke lapangan kompleks, tempat di mana di adakan pasar sore.
Banyak yang jual makanan, takjil, bahkan berbagai permainan pun ada di sana.
Dohyon, Wonyoung juga Haruto dengan serempak pergi ke tempat permainan lempar panah, yang mana itu adalah keahlian Dohyon, walau beberapa kali gagal.
Saat berhasil dan mendapatkan hadiah, mereka langsung pergi berkeliling mencari takjil.
"Mau makan apa Lo pada?" tanya Haruto dengan suara beratnya.
Karena tinggi mereka setara, jadilah saat berjalan pun indah di pandang. Meskipun Wonyoung seorang gadis sendiri, tapi ia tidak kalah tinggi dengan kedua sahabatnya.
"Gue ngedadak pengen cimin, deh," celetuk Dohyon.
"Dot, bukannya udah beberapa hari ini lo tiap buka makannya itu Mulu, ya? Gak bosen apa," celetuk Wonyoung.
Dohyon menggeleng. Bagaimana pun, menurut Dohyon itu adalah makanan favoritnya saat berbuka puasa.
"Kalau gue sih, mau..." Gantung Wonyoung sambil melihat sekeliling yang penuh dengan tenda penjual.
"Sop buah aja lah, bingung," jawab Wonyoung.
Akhirnya dengan berbagai macam makanan di pikiran mereka, sop buah, cimin, dan juga kolak menjadi pilihan mereka. Ya maklum lah, makanan anak bocah seperti mereka sederhana.
"Duluan deh, gue mau benerin tali sepatu," titah Haruto yang jongkok membenarkan tali sepatu yang copot.
Di angguki Dohyon dan Wonyoung yang pergi mendahului Haruto.
Saat melihat ke arah Wonyoung dan Dohyon, Haruto langsung lari dengan cepat dan membuka sweater yang ia gunakan.
Begitu sampai di depan Wonyoung, Haruto memakaikan sweater-nya pada pinggang Wonyoung.
Wonyoung yang terkejut tak sengaja menepis tangan Haruto dengan keras. Karena ia pikir, bukan Haruto, tapi orang jahat.
"To ih, kaget. Gue kira orang jahat tadi." Yang di protes malah terkekeh.
"Ngapain, sih?" tanya Dohyon yang juga di buat bingung.
"Lo beneran puasa, Won?" tanya Haruto.
Tentu saja Wonyoung mengangguk, karena ia memang menjalankan puasa. Masa ia berbohong.
"Tapi kayanya, Lo dapet, deh," bisik Haruto di samping telinga Wonyoung, tapi masih di dengar oleh Dohyon.
"Dapet apa, lotre? Apa hadiahnya? Uang? Mobil? Rumah, atau em–" Belum selesai Dohyon berbicara, bibirnya sudah di bekap oleh Wonyoung yang paham akan ucapan Haruto.
"To, serius?" tanya Wonyoung dengan nada bergetar.
Haruto mengangguk. "Mangkanya gue pakein sweater, soalnya tembus," kata Haruto.
Mata Wonyoung sendu, terlihat berkaca-kaca. Tentu saja membuat dua sahabatnya kebingungan.
"Kenapa mau nangis? Kalau gue jadi Lo, gue bakal bahagia anjir, bisa langsung minum sama makan. Haus banget ya Allah, udah kaya gak minum dua tahun," cerocos Dohyon.
"Tapi Do, gue udah puasa dari pagi buta sampe sore menjelang buka. Nyesek woy, kenapa gak tadi siang sih, kenapa keluarnya sekarang coba. Kan sia-sia banget gue puasa nahan laper sama haus," ujar Wonyoung sedih.
Haruto merangkul pundak Wonyoung. "Emangnya Lo mau marah sama siapa? Lagian ini masih jam empat, masih ada dua jam ke waktu buka, gak nyesek banget. Mending batalin puasa Lo!" titah Haruto.
Wonyoung tersenyum, kemudian melepas rangkulan Haruto. Ia malah merangkul kedua sahabatnya itu berbarengan.
"Ayo, temenin gue ke tukang bakso, dari tadi siang ngidam bakso!" ajak Wonyoung tersenyum licik.
Dohyon dan Haruto langsung menggeleng kuat-kuat.
"Gila aja Lo, ngajak kita nemenin Lo makan bakso. Kalau tergoda, gimana?" tanya Dohyon.
"Ya tinggal makan lah, bege. Apa susahnya sih, kaya orang miskin," lirih Wonyoung yang berjalan mendahului kedua sahabatnya.
Meskipun ngabuburit kali ini gagal karena Wonyoung harus pergi membatalkan puasa dan Dohyon Haruto harus menahan godaan Wonyoung yang dengan lahap memakan bakso di hadapannya, tapi menurut mereka itu adalah hal yang seru.
Berjalan bertiga dari masjid ke lapangan saja sudah membuat mereka bahagia, karena selama perjalanan mereka terus bercerita satu sama lain, dan juga meledeki teman-teman yang mereka temui di jalan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.