4. Jangan Susah Diberi Tahu

84 21 5
                                    

"Kamu kalau beli takjil itu nggak usah banyak-banyak, bisa nggak, sih?" Lea mengomeli kakaknya ketika melihat takjil yang begitu banyak di meja makan. "Kayak bakal dimakan aja. Nanti kayak tahun lalu, suka nggak habis."

Hyuk yang diomeli tidak terlalu memedulikannya dan terus menyajikan takjil yang ia beli di pasar kaget. "Baru hari keempat ini aku bisa makan enak, ya. Nggak boleh disia-siakan. Lagian nanti kamu juga makan, kok. Nggak usah ribet gitu, Lea."

Lea menepuk jidatnya, pusing dengan tingkah Hyuk yang sulit sekali diberi tahu. Kembar tidak identik ini hanya tinggal berdua, anak rantau yang tinggal jauh dari orang tua selama kuliah. Selama pandemi, kuliah memang online, tapi mereka tetap harus merantau karena ada beberapa kegiatan yang dilakukan di kampus. Mereka baru semester lima dan beberapa dosen mulai meminta kuliah offline dengan dibatasi mahasiswa. Mau tidak mau mereka jauh dari orang tua agar tidak melewatkan kuliah offline.

Lea masih asyik menatap Hyuk yang sudah mengeluarkan semua takjil; kolak, es buah, es cendol, aneka gorengan, bubur sumsum, lontong sayur, sampai berbagai jus saja Hyuk beli.

"Kamu mau mukbang atau gimana, sih?" Lea sudah lelah mengomel, jadi hanya bertanya singkat.

"Itu tahu." Hyuk tergelak karena jawabannya sendiri, lalu mulai duduk di depan meja makan yang sudah terisi oleh takjil. "Kamu makan apa aja terserah, asal jangan banyak-banyak."

Lea mendelik sebal dan ikut duduk di hadapan Hyuk, mengambil satu bubur sumsum yang sering jadi kesukaannya. Sambil menunggu adzan maghrib, Hyuk sudah menyiapkan kamera andalannya untuk merekam momen buka puasanya. Hyuk memang memiliki channel YouTube, baru berkembang, tapi sudah cukup bagus untuk pemula. Kontennya sendiri lebih sering mukbang karena penonton banyak yang menyukainya.

Biasanya Lea santai saja kakaknya begini, tapi kalau saat puasa tetap mukbang, rasanya aneh.

"Awas kalau kamu sakit perut gara-gara mukbang ini, Kak. Tarawih tetap ikut, aku nggak mau tahu. Kalau nggak ikut, aku bakal ngadu ke mama."

Hyuk hanya manggut-manggut sambil duduk di depan kamera dan akan mulai makan setelah adzan. Begitu adzan berkumandang, Lea minum dengan tenang, sedangkan Hyuk minum sedikit terburu-buru hingga tersedak. Lea geleng-geleng melihatnya sambil memberikan tissu untuk menyeka air di sekitar bibirnya. Belum apa-apa, mukbang sudah kacau.

"Assalamualaikum, teman-teman. Hari ini aku mau mukbang takjil." Hyuk mulai membuka sesi mukbang dengan gaya khasnya yang ceria dan menggemaskan. "Ini takjil yang aku beli di pasar kaget komplek. Alhamdulillah di hari keempat ini aku bisa buka puasa dengan menu yang enak. Semoga kalian bisa juga, ya."

Menu pertama yang Hyuk santap adalah kurma, yang wajib ada saat berbuka. Setelah memakan tiga kurma, Hyuk menikmati kolak ubi yang masih hangat. Dua menu masih bisa dimakan Hyuk dengan aman, jadi Lea bisa pergi untuk sholat dengan tenang karena tiba perlu khawatir akan terjadi apa-apa pada Hyuk. Lea sudah mengenakan mukenanya, tapi sholatnya harus tertunda ketika mendengar erangan Hyuk dari ruang makan.

Lea buru-buru keluar sambil berharap Hyuk mengerang begitu karena kecoa saja karena kakaknya paling takut dengan kecoa. Namun, yang terjadi rupanya lebih buruk. Hyuk yang makan banyak dengan tempo cepat, membuat potongan bakwan jagung tertahan di tenggorokannya. Lea panik, lalu menepuk bahu Hyuk untuk membantu mengeluarkan bakwan itu dari tubuh kakaknya.

"Kamu, sih!" Lea mulai menyalahkan Hyuk, membuat kakaknya memberikan tatapan tajam karena menolak disalahkan. "Dasar repotin banget kamu, tuh."

Hyuk ingin membalas, tapi rasa tidak nyaman pada lehernya membuat dia kesulitan bicara. Sampai akhirnya potongan bakwan jagung itu keluar juga dari mulutnya, dimuntahkan tepat di atas gorengan yang masih tersisa banyak. Lea mual, sedangkan Hyuk mendesah lega karena berhasil bebas dari kematian.

"Inilah ganjaran orang yang susah dikasih tahu. Kualat kamu!"

Hyuk hanya melambaikan tangannya karena tidak ingin mendengar ocehan Lea yang menyalahkannya. Hyuk mengelus perutnya. "Alhamdulillah perut ini gede banget."

"Iya, kayak lagi hamil delapan bulan." Lea beranjak dari hadapan Hyuk untuk sholat.

"Jangan ke mana-mana! Beresin dulu meja makannya, Lea!"

"Bodo amat!"

"Lea—aw!"

Hyuk yang berusaha mengejar adiknya, malah terpeleset dan menimbulkan suara benturan kecil yang membuat Lea berbalik untuk melihat keadaan kakaknya. Alih-alih membantu, Lea malah tertawa karena Hyuk mendapat ganjaran atas ulahnya.

"Kasihan, deh. Makanya, jangan susah dikasih tahu dan repotin orang lain."

"Adik sialan!"

"Bulan puasa, Kak. Jangan ngomong kasar."

"Astaghfirullah, adikku ini sungguh berdosa sekali." 

" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NgabuburitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang