Bukan hal mudah menjadi ibu muda bagi seorang Jung Eunha. Ketika teman seusianya sibuk membahagiakan diri sendiri, Eunha harus membaginya kepada sang anak dan suami. Tidak masalah, Eunha tidak keberatan selama dua orang itu juga bahagia. Tidak perlu mengernyitkan dahi mengapa Eunha dan Jungkook sudah membangun keluarga di usia semuda ini. Kecelakaan, biasalah. Akan tetapi, mari tak usah membicarakan hal itu karena empat tahun sudah berlalu. Jungkook, Eunha, dan Jungwon sudah bahagia.
Bunyi bedebum dari ruang TV membuat Eunha yang sedang turun dari tangga, lari terbirit-birit. "Astagfirullah, apa, Ju?" teriaknya.
Begitu sampai di ambang ruang TV, ia langsung melengos sebal. Jungkook tengkurap dan Jungwon berdiri di atas punggungnya, lengkap dengan setelan Captain America beserta shield-nya. Bunyi bedebum berasal dari gulungan karpet bulu yang jatuh karena peperangan sipil ini.
"Bunda, Captain Juju sudah berhasil mengalahkan Red Skull dengan sekali lemparan shit!" ucap Jungwon dengan senyum lebarnya.
Jungkook langsung tertawa, sementara Eunha mendecak kecil dan menurunkan Jungwon dari punggung sang ayah. "Shield, Ju, bukan shit."
"Iya, maksud Juju itu, Bun."
"Apa, coba?" Jungkook menarik Jungwon duduk di pangkuannya. "Coba ngomong yang kayak Bunda contohin."
"Shit."
Eunha dan Jungkook langsung tergelak. Jungwon yang banyak tingkah bagai obat pelipur lelah di hari-hari keduanya. Apalagi, tiap ditanya tentang cita-citanya, Jungwon selalu menjawab, "jadi jagoan komplek." Terserah, asal Jungwon tidak rewel.
"Ju, gigi kamu udah goyang, ya? Coba tunjukkin ke Ayah," kata Eunha seraya menyandarkan kepala ke bahu Jungkook.
Anak laki-laki itu langsung meringis dan mendorong gigi depannya dengan lidah, menunjukkannya pada sang ayah dengan raut bangga. "Kata Bunda, Juju udah besar kalau giginya udah copot."
"Ya, itu, kan, masih goyang, belum copot," kata Jungkook, "belum besar, lah."
Mendengar hal itu, Jungwon langsung merengut dan menatap Eunha seolah mengadu. "Gitu, Bun?" tanya Jungwon seolah tersakiti.
Eunha mengangguk, "Gitu, Ju," jawabnya, mengikuti drama sang anak.
"Berarti belum boleh pacaran sama Jeje?"
Tawa dua orang dewasa langsung memenuhi ruangan. Jungwon itu kebanyakan bertemu teman-teman artis ayahnya, membuat bocah itu tahu pacar-pacaran karena kerap digoda. Lalu, seminggu terakhir ini, dirinya selalu mengadu kalau ada gadis cantik di sekolah yang ia suka bernama Jeje. Saat ditanya kenapa menyukai Jeje, Jungwon menjawab, "Jeje cantik, Juju suka."
Iya, deh, suka-suka Juju.
Mata Jungkook melirik jarum jam yang terpasang di dinding. "Kamu ke masjid, nggak?" tanya Jungkook pada Jungwon, "udah jam setengah empat."
Jungwon mengangguk antusias, melonjak senang di pangkuan ayahnya. "Iyaaa! Nanti, kan, berangkat bareng Mas Pyo, udah janjian tadi Mas Pyo ngirim pesan."
"Lewat apa? Kamu belum bisa baca."
"Please, deh, Bunda," Jungwon mendengus kecil, memutar bola matanya, "kan, Ayah bisa baca." Jungkook langsung tertawa puas. Sifat nyinyir Eunha menurun langsung pada Jungwon.
"Ya udah," kata Eunha, "mandi sama Ayah atau Bunda?"
Jungwon meletakkan telunjuknya ke pelipis, seolah berpikir keras. Matanya berulang kali menatap Eunha dan Jungkook bergantian. "Hmm, sama Ayah aja, kalau sama Bunda nanti shampoan pakai shampo komedo."
