Fakta Dita terlahir perempuan, tidak cukup menang dari Haechan. Paling tidak ia sempat melawan. Jadi, ia tidak terlalu menyesali kelemahannya, yang mudah pasrah mengalah.
Dibantu Renjun-sempat Dita tangkap nama pemuda asing itu dari bibir Haechan-yang memeganginya di sisi kanan dan Haechan di kirinya, Dita diseret ke rumah Taeyong yang sudah dipenuh para anggota segeng. Beberapa dikenali, sebagian lagi asing. Belum pernah Dita jumpai sebelumnya.
Sibuk gotong royong mengangkut pemanggang barbeque keluar rumah Taeyong, lalu berkantong-kantong plastik sayuran mentah, daging, bumbu-bumbu, kursi lipat, meja, tenda, hingga payung pantai.
Entah mereka bakal bawa ke mana, Dita tidak tahu sebab keburu diseret duo menyebalkan masuk rumah Taeyong yang enam puluh persennya terbuat dari kaca. Sisanya kayu berkualitas tinggi dan beton. Ini kali pertama Dita menginjak dapur pria itu. Sebelumnya berkisar sekitar ruang tamu saja, itupun dua kali seingatnya dan bersama orang tuanya yang jelas.
"Mohon perhatiannya, kita ada anggota baru siap ikut berpesta!" Teriakan Haechan membuat ketiga kepala di dapur itu menoleh seketika ke arahnya.
Doyoung yang sedang membongkar kabinet atas untuk mengeluarkan piring dan gelas mendecak sebal. Terpaksa menghentikan kegiatan. "Berhentilah memaksa seseorang yang tidak mau!"
"Bagaimana kau bisa tahu Dita tidak mau?" Renjun bertanya angkuh beserta melipat tangan di dada.
"Lihat, wajahnya tertekan!"
"Terus?" Haechan sama sekali tidak mengerti lewat tampilan wajah polosnya.
"Dengan kau terus memaksa Dita, kau membuat kesan bahwa geng kita sangat buruk di matanya."
"Taeyong hyung!" Haechan merajuk pada pemuda yang sejak tadi membantu Doyoung, tidak ada tanda-tanda tertarik, dengan tetap sibuk mengeluarkan perkakas masak dari kabinet bawah.
"Dita adalah tetanggamu. Selama ini kulihat hubungan kalian minim interaksi. Bukankah sesama tetangga harus saling akrab. Kupikir ini saatnya kalian membangun hubungan baik lewat acara barbeque ini!"
Renjun angguk-angguk. Seolah ia tahu duduk permasalahannya-padahal tidak-lantas mendukung penuh ide Haechan.
Barulah Taeyong berhenti mengeluarkan perkakas, memandang Haechan sekilas dengan pandangan datar khas miliknya.
"Kau bisa masak?"
"Nde?" Dita syok. Siapa yang tidak kaget ditanya tiba-tiba begitu.
"Eh, i-iya." Dita gelagapan, belum habis syoknya.
"Bergabunglah dengan kami. Tidak perlu cemas, kita tidak melakukan hal buruk, hanya makan-makan."
"Yeay! Taeyong Hyung memang terbaik!" Haechan bersorak beserta dua jempol teracung. Ia yang paling gembira dari semua orang di dapur tersebut.
"Sekarang berhenti mengoceh dan angkut semua ini keluar." Johnny memerintah.
"Aye-aye captain!" Baik Renjun dan Haechan kompak melakukan salut ala militer.
Kuharap memang hanya makan-makan saja, Dita menangis batin.
*
Matahari mulai melukis senja sepanjang horizon. Oranyenya menyepuh hamparan ombak bak permata berkelip-kelip mewah. Pun pada pasir putih yang menyerap sisa panas seharian.
Pada kaki-kaki telanjang yang berlari mengosek pasir. Membentuk siluet memukau terhadap apa pun, termasuk barang-barang yang digotong keluar rumah Taeyong, telah tegak berdiri di bibir pantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Menyebalkan 🔚
FanfictionBertetangga dengan Taeyong, harus menyetok persediaan sabar banyak-banyak. pasalnya pemuda itu sering mengadakan pesta sampai pagi buta di akhir pekan, membuat Dita yang suka kedamaian menangis meratapi insomnia. Kalau ada award orang tersabar di du...