Sepatunya beberapa kali menyepak udara asal-asalan. Sembari menunggu busnya datang dan Dita tak banyak bicara bahkan ketika Yanan di sampingnya tadi. Sempat membujuk mau menghiburnya sebentar dengan jalan-jalan, tapi Dita menolak dengan alasan lelah. Menyerah, Yanan tidak memaksa dan hanya memberi beberapa petuah untuk tidak terlalu stres karena masih ada ujian untuk mata pelajaran fisika besok.
Faktanya sulit mengusir bayangan kebersamaan Taeyong dan Seulgi. Lantas ia ditampar kenyataan bahwa Dita tidak berhak cemburu. Lagi menyepak udara karena cuma itu yang bisa ia lakukan untuk melampiaskan sesak.
Kepul asap nikotin tiba-tiba merangsang penciumannya. Terlalu dekat sampai ia terbatuk-batuk dan menyingkir.
Melirik yang ia temukan seorang pemuda merokok santai. Memakai topi, rambut yang mencuat di belakang kepala berwarna pirang. Berpiercing, berkalung rantai, kaos putih dibalut jaket jeans lantas celana jeans hitam sobek di lutut. Inspeksi dadakan itu ditutup dengan kets putih. Dita belum pernah bertemu sebelumnya, namun ia akui pemuda ini tampan dan imut sekaligus.
Tiba-tiba menyebut namanya, "Dita." Amat fasih disela kepul yang membuat Dita tergegau.
"Ka-kau mengenalku?"
"Aku Jimin. Park Jimin."
Rokok di tangannya ia banting setelah mengisapnya panjang untuk terakhir kali, melumatnya dengan ketsnya hingga padam. Baru mengulurkan tangan minta disambut, namun tidak kunjung direspons Dita. Alih-alih justru mengubek laci ingatannya untuk mencari nama Jimin, kira-kira apa pernah tersimpan di sana.
Beberapa saat ia pun tersadar, langsung membekap mulut. Saking kagetnya ia menjauhi Jimin sejauh dua meter.
"Ji-Jimin yang itu?!"
"Melihat reaksimu, sepertinya kau sudah tahu banyak tentangku? Apa Taeyong yang memberitahumu?" kekehnya.
Sejujurnya tidak pernah terlintas bakal bertemu secepat ini. Kalau sudah seperti ini, tidak ada cara lain selain kabur.
"Ka-kau mau apa?"
Melihat betapa mangsanya sangat ketakutan, terlihat lucu untuk Jimin yang menjadi geli sendiri. "Aku ingin bicara."
Beruntung bus datang tepat waktu. Jadi, Dita punya alasan untuk segera menghindar.
"Busku sudah datang, lain kali saja!" Gadis itu sigap berlari ke pintu bus yang terbuka. Namun, kalah sigap dengan Jimin yang berhasil menarik Dita untuk tetap tinggal.
Lantas Jimin sengaja berteriak, "Bagaimana, sih aku sudah capek-capek menjemputmu kenapa kau malah naik bus! Itu mobilnya, ayo kita pulang." Sok kenal kepada Dita, supaya orang-orang tidak bakal curiga kalau pemuda itu punya niat jahat pada Dita. Cerdik sekali.
Jika sudah begitu, Dita tidak bisa berkutik, atau bahkan minta tolong karena Jimin juga menjepit lehernya dengan lengannya kemudian menariknya ke belakang bus. Di sana sudah terparkir Lamborghini hitam metalik.
Pemuda itu membuka pintu lalu mendorong Dita, sempurna duduk tak luput memasang sabuk pengaman sekalian.
"Ka-u mau bawa aku ke mana?"
"Sudah kubilang aku ingin berbicara denganmu."
Meski pemuda itu memamerkan seberkas senyum memikat nan manis, tidak bakal mempan untuk Dita yang sudah terlanjur dibuat takut.
Selepas Jimin menutup pintu, ia memutari kepala mobilnya dan dengan cepat duduk di balik setir. Menjalankan mobilnya dengan luwes dan keren. Berbaur pada pengguna jalan raya lainnya.
"Besok aku ujian, aku tidak boleh tidur kemalaman!" rengek Dita.
Menyemburlah tawa kencang. Jimin tidak akan percaya pada apa yang ditunjukkan gadis yang ia culik ini, tapi faktanya Dita begitu polos dan murni. Ia bahkan mulai meragukan perkataan Seulgi yang bilang Dita adalah gadis manipulatif yang mampu membuat Taeyong berpaling darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Menyebalkan 🔚
Fiksi PenggemarBertetangga dengan Taeyong, harus menyetok persediaan sabar banyak-banyak. pasalnya pemuda itu sering mengadakan pesta sampai pagi buta di akhir pekan, membuat Dita yang suka kedamaian menangis meratapi insomnia. Kalau ada award orang tersabar di du...