empat puluh satu

855 144 24
                                    

Yanan yang bertandang petang ini sehabis pulang sekolah bersama; Jinny, Denise, Lea, kecuali Soodam. Tidak Dita harapkan secepat ini bakal bertemu. Jelas sulit dihindarkan, meski Dita menginginkan kabur saja.

Sahabatnya heboh mencecar ini itu, walau belum Dita persilahkan masuk duluan.

"Gwenchanayo?"

"Aku gak pa-pa, Jinny-ah." Rikuh dipeluk Jinny yang hebohnya keterlaluan. Bikin Dita susah napas. Belum lagi berisiknya dua sahabat lainnya.

"Tapi wajahmu pucat! Kau tidak baik-baik saja, bodoh!"

Meringis, pernyataan Denise benar adanya.

"Kita bawakan kau buah, kue beras dan sup rumput laut." Lea mengangkat tinggi-tinggi bekal yang dibawanya. "Ibu Jinny yang masak. Aku siapkan, ya." Lea menerobos pintu duluan disusul Jinny dan Denise.

Tinggal Yanan bertahan di depan pintu. Dita persilakan masuk.

"Masuklah dulu."

Tapi yang dilakukan Yanan justru berdiri kaku dengan kepala sembilan puluh derajat mengarah pada rumah sebelah. Tidak gubris tawaran Dita.

Dita mengintip sedikit lebih condong untuk memastikan apa yang dilihat Yanan. Tidak ada Taeyong di luar rumah. Syukurlah. Entah pemuda itu pergi ke mana. Setelah memalak nomor kombinasi rumah Dita.

"Yanan," panggil Dita sedikit keras dan itu berhasil membawa kepala Yanan lurus pada Dita.

"Masuk." Dita sedikit was-was menemukan wajah tidak ramah tersebut, yang jarang Yanan perlihatkan.

Kemudian pemuda itu akhirnya masuk. Saat Dita menyuruh Yanan duduk, pemuda itu malah menyentuh lengan Dita. Sedikit kaget dengan apa yang dilakukan Yanan, memeriksa seluruh wajahnya dalam observasi dadakan.

"Rumor beredar di sekolah, geng Taeyong menyerang geng lain semalam. Hari ini kau tidak masuk, saat aku bertanya pada Soodam apa alasanmu tidak masuk, dia hanya diam saja dan terlihat sedih dan gugup. Sementara pesan dan panggilanku tidak kau jawab. Aku asumsikan kau berkaitan dengan penyerangan semalam."

Dita menunduk dalam, tidak dalam keinginan untuk menyangkal. Yanan luar biasa marah, tapi ia menahan sebisa mungkin ledakannya. Begitu juga di bawah tekanan para sahabatnya yang sekarang menaruh banyak interogasi di mata mereka.

"Diam berarti ya? Kumohon Dita ceritakan selengkapnya!" Yanan beneran mendesak kalut.

Juga Denise bereaksi tak sabaran. "Kau tidak bakal menyembunyikan apa yang terjadi semalam pada kami sahabatmu sendiri, kan Dita?"

"Sekolah tidak bakal tinggal diam, Dita. Mereka akan mengusut tuntas kasus yang melibatkan geng Taeyong dan siapapun yang terlibat bakal kena akibatnya." Penjabaran Jinny menjadi pintu Dita mau terbuka.

Bagaimanapun menutupi sebuah fakta, sudah terlambat untuk melakukannya. Dita mengisahkan, dari awal ia bertemu Jimin sampai ia diselamatkan geng Taeyong, Dita jabarkan takut-takut dengan menggigit kuku jempol dan tidak melirik Yanan sekalipun.

Bagian ia tidur di rumah Taeyong dan kegiatan semalam, jelas Dita lewatkan. Ia tak ingin menambah kemelut Yanan. Juga syok Jinny, Denise dan Lea. Sudah cukup kengerian aksi nekat Jimin, berhasil buat Yanan terluka. Dita tak mau ambil resiko, bisa-bisa bukan hanya ketakutan yang didapat, melainkan retaknya hubungan mereka. Dita tak ingin Yanan kecewa berat dan membencinya, paling parah mencapnya sebagai gadis murahan.

"Jimin siapa?! Sepertinya aku melewatkan sesuatu." Denise menyeletuk.

"Jimin, orang yang disukai Seulgi. Kedekatan Taeyong denganku membuatnya cemburu dan menyuruh Jimin membawaku ke markasnya."

Tetangga Menyebalkan 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang