Anak kecil adalah sebuah kombinasi menakjubkan antara menjengkelkan sekaligus menggemaskan. Mereka susah-susah gampang untuk diatur. Dita pribadi, sepuluh anak di bawah naungan pelatihannya merupakan pengalaman baru. Perlu stok sabar berkotak-kotak untuk mengatasi tingkah hiperaktif mereka.
Bertahun-tahun hidup bersebelahan dengan tetangga menyebalkan ternyata berguna juga untuk situasi sekarang. Dita perlu bersyukur, sabarnya ternyata terlatih berkat Taeyong.
Bukan berarti ia tidak menyukai anak-anak. Ia sangat menyukai mereka malah, hanya saja ia kurang mahir berinteraksi dengan mereka. Ketakutan terbesarnya adalah mereka tidak menyukai pelatih baru mereka dan berpikir Dita bukan pelatih yang keren, ternyata asumsinya tidak berdasar.
Berterima kasihlah pada brownies buatan Dita. Gadis itu menyempatkan membuatnya pagi-pagi. Berpikir pemberian kecilnya dapat mencairkan hubungan kaku di pertemuan pertama. Di luar dugaan, justru memberi kesan impresif. Orang tua mereka menyambut antusias, lebih antusias lagi anak-anak itu. Berebut untuk mendapatkan bagian paling banyak. Dita senang bukan main.
"Kakak akan buatkan lebih banyak besok, asalkan kalian bersemangat latihan hari ini."
Tak ayal gemuruh dari bibir mungil itu menjadi pelecut semangat sampai dua jam ke depan. Tidak ada kendala selama sesi pengenalan gerakan dasar jika yang diajarkan Dita cenderung bersifat bermain, bukankah anak-anak suka sekali bermain, maka belajar sambil bermain jauh lebih menyenangkan dan lebih mudah menjangkau pemahaman anak-anak.
Hui sebenarnya ragu untuk merekrut amatiran, terlebih masih sekolah sebab studionya terbilang baru. Tentu butuh profesional untuk promosi. Kalau bukan desakan Yanan, Hui tidak bakal menerima Dita.
Namun setelah melihat sendiri hasilnya, Hui tidak segan takjub terang-terangan. Dita di luar prediksi. Gadis itu memiliki aura positif tercetak di dua bilah bibir yang selalu memekar dan mata berdenyar hidup membawa siapa saja yang menatapnya terhisap ke dalamnya ikutan mengembangkan senyum bahagia.
Pasca anak terakhir memeluk Dita pergi, Hui mendekat. "Wow, kau bikin aku speechless, tahu? Aku tadi sempat khawatir latihannya enggak berjalan baik, tapi setelah semuanya selesai kau melebihi ekspektasiku. Poin pentingnya, sih browniesmu enak." Hui memberikan jempolnya dua dan mengedip.
Dita nyengir. Tersipu malu. "Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik." Dia sendiri juga kaget, tidak menyangka bakal diterima hangat keberadaannya dan ia amat bersyukur untuk itu.
"Sudah kubilang, aku tidak bakal merekomendasikan orang yang salah." Yanan terdengar bangga lewat senyum manis yang ia pamerkan.
Hui melipat lengan, menggosok janggutnya yang bersih, plus mata menyipit, menatap bergantian Yanan dan Dita, seakan sedang menganalisis sesuatu. Ia mendesis sebentar, sebelum menjentik cepat sesaat menemukan pencerahan. Membuat Dita tergegau dalam kedipan cepat.
"Kalian berkencan, ya?" Melihat perbedaan interaksi mereka yang masih menjaga jarak di awal pertemuan dengan kedua kali ini yang begitu dekat, Hui sudah yakin tebakannya tidak bakal meleset.
Seketika Yanan mengusap tengkuk dan Dita menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, gestur menutupi gugup.
Pemilik studio itu. Bertepuk tangan sekali sangat keras. "Yeoksi, kalian mendengar saranku juga rupanya. Bagaimana kalau kutraktir kopi? Anggap saja sebagai ucapan selamatku atas hubungan baru kalian." Hui angkat alis bergantian dengan sangat lucu dan cepat.
Kebaikan seseorang tentu tidak baik ditolak.
*****
Sabar Jaehyun menipis bersamaan kepul asap rokok yang ia semburkan dan memudar bersamaan asap lainnya yang berbaur menyesakkan ruangan yang dijadikan markas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Menyebalkan 🔚
FanficBertetangga dengan Taeyong, harus menyetok persediaan sabar banyak-banyak. pasalnya pemuda itu sering mengadakan pesta sampai pagi buta di akhir pekan, membuat Dita yang suka kedamaian menangis meratapi insomnia. Kalau ada award orang tersabar di du...