tiga puluh lima

977 165 22
                                    

Pasca Jimin, beberapa kelompok kecil datang. Membuka gerbang tanpa kendala. Sudah barang tentu, mereka bagian dari geng bawah tanah. Di tempat pengawasan, Jungwoo mendapat pencerahan.

"Kau di sini. Aku akan memeriksa ke dalam."

Ide Jungwoo terdengar buruk. Tarikan Soodam pada jaket Jungwoo yang setengah berdiri, bukti Soodam tidak bersepakat.

"Aku ikut!"

Jungwoo mendesis. "Tidak! Percayalah di dalam buruk untuk keselamatanmu. Di sini kau akan aman sampai teman-temanku datang."

"Pokoknya aku ikut. Aku takut ditinggal sendirian!"

"Soodami!"

"Oppa, aku gak mau menunggu dengan khawatir sementara kau di dalam sana dalam bahaya."

Kepala batu Soodam menciptakan debat di pikiran Jungwoo. Hampir menggoyahkan pendirian pemuda bermarga Kim tersebut. Terlebih ketika Soodam merintih dalam isak.

"Oppa, aku harus memastikan kau baik-baik saja di sana."

Mengacak rambut, Jungwoo kesal dengan sikapnya yang mudah lemah terhadap tangis Soodam. Maka saat itu pulalah, ia melepas jaket kulit sintetisnya dari tubuh dan memakaikannya pada Soodam.

"Kau tidak boleh terlihat sebagai murid Daeyeon dengan seragammu itu. Nanti kau diincar laki-laki brengsek." Kecantikan Soodam sangatlah berbahaya untuk gadis itu sebab gampang menjerat laki-laki yang lemah iman. Demi Neptunus! Jungwoo bakal membunuh siapapun yang berani mengganggu Soodam-nya. "Bersikaplah seperti wanita penggoda, mengerti? Jika kau canggung di dalam, kau akan dicurigai," instruksi Jungwoo sembari menaikan zipper jaketnya. Terakhir penutup kepalanya. Sempurna sudah Soodam sulit dikenali di tempat remang-remang sekalipun.

Apapun rencana Jungwoo, Soodam tidak perlu membantah karena diizinkan ikut saja sudah sangat melegakan.

"Berjanjilah, tetap di belakangku apapun yang terjadi."

Soodam mengangguk. Pasti akan pegang janji. Meski pada kenyatannya keberaniannya tak sepenuhnya total. Jungwoo tahu itu, terbesit di wajah Soodam yang berusaha menahan takut.

"Hei, percaya padaku. Aku tidak bakal membiarkan siapapun melukaimu." Dengan wajah penuh keyakinan itu, bagaimana Soodam tidak bisa meragukannya jika selama kebersamaan mereka, Jungwoo tidak pernah ingkar kepadanya.

Jungwoo menggandeng erat tangan Soodam keluar dari persembunyian. Soodam mengikuti cara kekasihnya mengendap-endap setelah membaca situasi sekitar sebentar. Kosong. Waktu yang tepat untuk masuk.

Jungwoo angkat gerbang setinggi kepalanya, mempersilakan Soodam melewatinya dahulu. Lantas dirinya, beserta menurunkan kembali lapisan alumunium tersebut.

Sudah diperkirakan Jungwoo dengan matang, bahwa sebuah tempat persembunyian gangster yang terlihat damai di luar, luput dari penjagaan itu omong kosong.

Terbukti kedatangan mereka disambut dua laki-laki berbadan besar. Menatap mereka bengis.

Jungwoo berbisik di telinga Soodam. "Bersikaplah seperti wanita penggoda."

Seperti apa wanita penggoda? Soodam tidak berpengalaman dalam hal akting. Panik mulanya, yang terpikirkan memeluk Jungwoo dari samping seraya menyembunyikan wajah. Namun soal manja, beruntung ia berbakat soal itu.

"Sayang, cepatlah masuk! Aku sudah tidak tahan."

Jungwoo merinding, perihal skenario yang Soodam ciptakan. Timbul yang tidak-tidak jadinya. Juga nyaris saja ketawa, pasalnya Soodam kelewat menjiwai.

Akting berlanjut, pemuda itu membalas pelukan Soodam lebih mesra. "Baiklah," kemudian menuntun Soodam berjalan, santai melewati dua berbadan besar tersebut.

Tetangga Menyebalkan 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang