57: Dua Tahun dengan Luka

934 111 33
                                    

Dua tahun pasca kelulusan geng tanpa nama ....

Secangkir latte dan sourdough menjejali otaknya sepagian ini. Memikirkannya saja bikin air liur nyaris merembesi bibir berwarna nude miliknya. Sayangnya, Dita tidak memiliki kesempatan bersantai menikmati sarapan menggiurkan itu ketika tugas teater memasuki deadline.

Karena terburu-buru, Dita tidak memperhatikan langkah dengan baik. Alhasil, seluruh jurnal dan kertas tugas-tugasnya berhamburan di lantai. Dita panik, berjongkok memungut kertas-kertas menyebalkan itu. Selain dirinya, tangan lain membantunya membereskannya dengan cepat. Ialah orang yang baru saja Dita tabrak dengan keras.

"Hati-hati, my Princessa." Hanya ada satu orang yang memanggilnya dengan sebutan itu dan Dita sama sekali tak keberatan.

"Ini hari terakhir pengumpulan tugas membuat skrip drama sebelum libur natal tiba, kalau aku sampai terlambat Mrs. Jane tidak akan memberikanku nilai."

Sungguh merepotkan kalau sampai ia mengulang mata kuliah Mrs. Jane. Dita pasti pundung. Juga akan mempengaruhi kepercayaan orang tuanya terhadap tekad Dita yang bersikukuh kuliah di AMDA. Sesuatu yang sangat disayangkan, pasalnya mereka tidak menyukai Dita berjauhan dengan mereka karena akan sulit memantau putri satu-satunya itu.

"Pacarmu yang bodoh itu ke mana?" Kata lelaki tinggi dan gagah itu baru saja merebut kertas yang dipegang Dita. Lantas mereka berjalan bersisian.

"Namanya So Jun!"

"Apalah namanya!"

"Johnny!" Meski Jhonny lebih tua setahun, ia melarang Dita memanggilnya Sunbae. Katanya, 'kita teman akrab semenjak kita saling kenal. Tidak perlu ada senior-junior. Itu terlalu menjijikkan.' Dita cuma pasrah saja dan angkat bahu dengan tak enak hati.

"Dia sedang sibuk." Dita melanjutkan sambil lalu.

"Putus saja. Ganti yang baru. Pacar tidak berguna seperti dia bagusnya dicampakkan saja."

Dita tidak sepenuhnya menyalahkan Johnny, sebab So Jun baginya cuma selingan. Dia baik. Cool. Ganteng. Terkenal juga di kampus sebagai seorang calon aktor berbakat di masa depan. Kebetulan saja menembaknya, ya sudah Dita terima.

Jujur saja, sekarang dia sedang naksir cowok bernama Nite. Cowok bule lokal yang setengah tahun ini mulai sksd (sok kenal sok dekat) dengannya.

"Kapan-kapan, aja deh." Jawabnya sok cuek, bikin Johnny terkekeh geli.

"Ngomong-ngomong hari natal ada rencana keluar?"

"Keluargaku akan datang. Ingin merayakan natal bersama sekaligus ulangtahunku."

Johnny mengangguk. "Ruangan Mrs. Cerewet." Johnny berhenti tepat di depan pintu dosen yang dimaksud.

Dita ikutan berhenti. "Hush!" Tegur Dita setelahnya.

Johnny cengengesan. Ia mengembalikan bawaan Dita dan berucap. "Setelah ini, ayo ikut aku sarapan. Sepertinya kau belum sarapan."

Dita meringis. "Kau tahu sekali apa yang kubutuhkan, John."

Johnny tersenyum. "You're welcome!" Sambil mengetuk pintu dosen cerewet itu dan setelah mendapat izin dari si pemiliknya, Johnny membantu mengungkit gagang pintu ruangan tersebut.

Gadis itu tersenyum sebagai ucapan terima kasih lalu masuk. Setelah urusannya dengan si dosen selesai, Johnny yang menunggu di luar langsung menggandeng Dita menuju kafe terdekat.

Orang lain barangkali risi dan tidak suka ketika seorang laki-laki tiba-tiba menggandeng wanita tanpa izin. Dita mungkin bakal begitu kalau itu bukan Johnny. Bagi Dita Johnny sudah seperti Abang sendiri. Pria yang mudah memberi rasa nyaman pada siapapun di dekatnya.

Tetangga Menyebalkan 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang