P R O L O G

18.3K 894 34
                                    

Ada masanya, dimana manusia merasakan desak napasnya hilang meninggalkannya, dan detak jantung tak lagi berdegup seperti biasanya. Dalam artian sempit, sebut saja itu kematian. Sekarang, seorang gadis bermata emerald bernama lengkap Navya Azura itu, tengah ada pada masa itu. Masa dimana, ia mati tak terselamatkan lagi. Bukan karena Tuhan mengambil desak napasnya apalagi detak jantungnya, tapi ... Tuhan mengambil alasannya untuk tetap hidup di dunia.

Katanya, hidup hanyalah perihal menyambut kedatangan serta merelakan kepergian. Kini, Navya tengah menjalani kenyataan pahit dimana ia harus merelakan kepergian kedua orangtuanya. Kepergian yang tidak bisa lagi ia lerai. Kini hanya satu yang bisa dilakukan, yaitu merelakan. Akibat insiden kecelakaan tunggal yang terjadi semalam, Navya harus kehilangan. Tuhan mengambil orang yang cintainya dua sekaligus tanpa memberikan sisa. Navya merasa ia tengah dijatuhkan ke dalam sebuah palung tak berdasar. Dimana ia sendiri, menjadi seorang pemeran utama paling tersakiti.

Sejak semalam, ia berusaha untuk menerima kenyataan. Karena faktanya, kematian sudah tidak bisa lagi dienyahkan. Sekuat apapun Navya menentang kematian, suara lantunan ayat suci Al-Quran yang terus mengalun menerpa daun telinganya itu nyata. Para pelayat datang memberikan ucapan belasungkawa padanya, itu bukan fatamorgana. Ini semua nyata adanya.

Kini ia benar-benar sendiri di tengah keramaian. Suasana muram mengelilinginya. Mengukung dirinya tanpa memberikan celah cahaya. Navya berada di ruangan gelap sekarang. Yang bisa ia lihat hanyalah, sesosok tubuh kedua orangtuanya yang sudah terbujur kaku. Dengan sebuah kain putih yang membungkus, Navya sadar, bahwa kedua orangtuanya sudah tiada.

"Papah...."

"Mamah...."

"Jangan tinggalin Navya...."

Akhirnya panggilan pilu itu keluar juga. Mati-matian Navya untuk tidak menangis, namun tetap saja menangis adalah pelampiasan utama yang bisa ia lakukan sekarang. Tangannya bergetar, jemari lentiknya bergerak memegangi wajah dingin nan pucat milik kedua orangtuanya secara bergantian.

"Nggak mungkin!" Isak tangisnya membumbung tinggi mengisi setiap sudut rumahnya.

Navya menggelengkan kepalanya, masih tidak percaya. Tatapan matanya kosong, dadanya berdenyut nyeri, seperti ada yang menikam dirinya dari belakang berkali-kali. Ada yang menghunusnya tiada henti. Bukan belati ataupun duri, melainkan kenyataan pahit yang membuat keretakan hati. Benteng pertahanan Navya hancur tak terselamatkan lagi. Disaat Navya merasa ia sendiri, dengan bongkahan hati yang menjelma menjadi puing tak berarti, tiba-tiba saja ...

Seorang cowok datang, memakai baju serba hitam. Menelusup masuk menerobos para pelayat. Arah matanya hanya terfokus pada satu titik, yaitu Navya. Cowok itu duduk bersimpuh sesaat tubuhnya berhasil mendarat di samping tubuh ringkik Navya. Dan saat itu juga, ia menarik Navya ke dalam pelukannya.

Sadar bahwa sekarang Navya memiliki sandaran, gadis itu langsung menangis sekencang-kencangnya. Bulir bening itu membuncah, rasa sakitnya tumpah ruah tanpa bisa ia tadah. Isakkannya menggila, seluruh luka dan rasa sakitnya, ia biarkan terbuka transparan.

Di dalam dekapan cowok itu, Navya membagi dukanya. Menyalurkan semua sembilu di hatinya sama rata. Jika kalian bertanya siapa cowok itu, maka jawabannya adalah ...

Raga.

Kekasih Navya, sekaligus dunia gadis itu. Kata orang, jika Raga itu penerus, maka Navya adalah pokoknya. Segala sesuatu tentang cowok itu, Navya adalah dasarnya.








R A G A

❝Untuk seluruh luka dan asa, yang terangkum menjadi satu cerita.❞

GIMANA UNTUK PROLOGNYA? AKU HARAP KALIAN SUKA.

JANGAN LUPA BERIKAN SUMBANGAN DI LAPAK INI.

SEHAT SELALU ORANG² BAIK YANG MAU MAMPIR KE CERITA INI.



BOGOR, 13 APRIL 2021

RAGA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang