D U A P U L U H T U J U H

5.8K 313 3
                                    

"Pokoknya aku enggak mau tau ya, om! Raga harus kembali sama aku. Kalau enggak? Aku bakal suruh papah, buat cabut semua saham, dan putuskan kerjasama sama perusahaan om Adinata!"

"Iya nak, Michelle. Om tengah berusaha, membuat Raga mengerti. Tapi Raga itu keras kepala."

Michelle berdecak jengah. "Aku enggak peduli, pokoknya Raga harus kembali sama aku. Titik."

Tutt....

Sambungan telpon di putus Michelle secara sepihak. Gadis yang tengah berdiri di loker sekolah itu, tampak ketar-ketir. Perihal kejadian Raga menggendong Navya di depan umum, itu sukses membakar hatinya sampai sekarang.

Michelle tidak menyangka, bahwa Raga akan membantu Navya. Dan Michelle juga tidak menyangka, bahwa Raga akan ribut dengan Abhisar, hanya dengan embel-embel memperebutkan Navya.

"Emangnya Navya secantik apa, sih?! Kenapa bisa dia rebutin dua most wanted PARIUS, sekaligus?!"

Michelle benar-benar kesal. Rasanya ingin menjambak Navya detik ini juga.

"Michi!"

Michelle berbalik badan, saat suara cowok yang terdengar serak-serak basah menyapa indera pendengarannya. Dilihatnya, Abhisar. Kedua alis Michelle terangkat, bingung. Jarang sekali Abhisar menemuinya, tapi lihat sekarang? Seolah tertarik badan magnet, entah ada angin dari mana Abhisar menemui Michelle.

"Gue cariin di kelas, eh, ternyata disini." Abhisar bersedekap dada, sesaat ia berhasil menghadap Michelle.

"Ada apa??" tanya Michelle langsung to the point.

"Ada ini!" Abhisar mengacungkan sebuah flashdisk di tangan. Membuat dahi Michelle mengernyit, kembali bingung.

"Apa itu?!" Michelle berusaha merenggut, namun Abhisar lebih dulu menjauhkannya dan memasukkannya ke dalam kantong celana.

"Bukan apa-apa," kata Abhisar santai.

"Ck, jangan buang-buang waktu Abhisar. Cepet bilang sama gue, itu apa?!" desak Michelle jadi kesal.

Abhisar menarik senyum tipis. Baru saja permulaan, Michelle sudah kesal. "Ini bukti, flashdisk ini bukti."

Deg! Mata Michelle membelalak sebentar. Otaknyq mendadak sulit diajak kompromi untuk berpikir cepat.

"Di dalam flashdisk ini ada bukti kalau lo adalah orang yang masukin dompet lo sendiri ke tas Navya!" sambung Abhisar.

Michelle menggeleng kuat, ia tertawa hambar. "Jangan bohong Abhisar, CCTV di kelas 12 IPA-2 itu rusak," tentang gadis itu.

"Iya, rusak. Kan lo yang rusakin," timpal Abhisar.

"Lo rusakin sambungan CCTV di kelas 12 IPA-2, tapi sayangnya lo bermain-main sama Abhisar yang jago utak-atik komputer. Jago meretas CCTV jarak jauh," Abhisar menambahkan. Melangkahkan kaki, lalu mengelilingi Michelle.

"Michi, Michi, busuk banget permainan lo. Lo enggak pantes dapet gelar PUTRI SEKOLAH! Lo lebih pantes dapet gelar, DEVIL SEKOLAH!"

Michelle mengeraskan rahang. Mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Udah jatuhin Navya di tangga, terus ... fitnah Navya juga." Abhisar berdecak berkali-kali. "Gak capek hidup sambil nabung dosa terus?"

"Tutup mulut lo Abhisar!" tegur Michelle jengah.

"Gue akan tutup mulut. Tenang, gue akan rahasiakan semuanya. Semua kebusukan lo, asal dengan satu syarat!" Abhisar memberikan penawaran.

"Apa?!"

RAGA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang