Bel pulang sudah berbunyi sejak beberapa menit tadi, namun Navya masih terlihat mondar-mandir di area sekolah. Ia seperti tengah mencari-cari seseorang. Tidak usah ditanya siapa, karena itu jelas adalah Raga orangnya.
Area sekolah makin sepi, namun Navya belum dapat menemukan Raga. Ponselnya tidak aktif, itu yang membuat Navya kesulitan menghubunginya. Sejak ia menampar Navya di gudang, Raga benar-benar hilang. Seolah lenyap termakan pusaran badai.
"Ihhh pencuri!!"
Langkah Navya terhenti, saat perkataan itu menyapa kedua daun telinganya. Dua orang murid perempuan, meludahi Navya saat tengah berjalan melewatinya.
"Cih, pencuri enggak boleh sekolah. Bisa makin panjang nanti tangannya. Gara-gara kecanduan nyuri," cibir murid yang dikuncir satu.
"Pacarnya Raga kok nyuri? Kurang asupan uang atau bagaimana?" Salah satu murid dengan rambut terurai menambahkan.
Rasanya, Navya ingin berteriak, dan menjelaskan semuanya. Namun sayang seribu sayang, apapun yang nantinya Navya lakukan. Akan percuma di mata semua murid. Mereka sudah terlanjur, mencap Naya 'pencuri' dan selamanya akan tetap begitu.
"Pulang sana, enggak tau malu banget masih disini." Lagi, murid yang rambutnya terurai bersuara lagi.
Navya langsung berlari. Bertepatan dengan itu, ia mendapatkan sorakan kebencian. Navya menutup telinga, berusaha untuk tidak mendengarkan cibiran demi cibiran yang para murid layangkan padanya. Walaupun jumlah mereka hanya beberapa, tapi saat berteriak, dan menyoraki Navya, suaranya begitu menggema.
***
"Lo yang nyetir deh, gimana?" Michelle mengulurkan kunci mobilnya pada cowok di hadapannya.
"Boleh." Cowok itu mengambilnya dengan baik.
"Makasih Raga," ucap Michelle dengan senyuman manis yang tampak terbit di bibirnya. Raga hanya mengangguk sebagai balasannya.
Setelah berpikir hampir ribuan kali, akhirnya Raga putuskan untuk pulang bersama Michelle. Ya lumayan, dapat tumpangan gratis. Raga tidak memperdulikan Navya yang kini entah dimana. Setelah Michelle memberikan sebuah foto Abhisar dan Navya berpelukan di rooftop, Raga langsung panas. Dan rasanya ingin memukuli Navya saat di rumah nanti.
Ya, jadi Michelle adalah orang yang mengikuti Abhisar. Dan Michelle juga yang memfoto Abhisar dan Navya tengah berpelukan. Usaha Michelle tidak sia-sia. Karena, Raga berhasil marah. Dan Michelle berhasil, membuat Raga mau pulang bersamanya.
Michelle pastikan, Raga akan kembali padanya secepatnya. Secepatnya.
"RAGA!"
Niat Raga yang hendak membuka pintu mobil tertahan saat suara teriakan itu menggelegar. Baik Raga maupun Michelle, kompak menoleh. Mendapati Navya, tengah berlarian kearah keduanya.
"Ck, pacar lo ngapain sih?" decak Michelle kesal.
Raga menutup pintu mobil keras, sesaat Navya berhasil mendaratkan tubuhnya di hadapannya. "Ada apa?" tanya Raga dingin.
Dengan napas masih tersengal, Navya heran bukan main melihat Raga dan Michelle kini seolah kembali bersama. "Kamu mau kemana?" Navya malah berbalik tanya.
"Mau balik," jawab Raga masih dingin.
"Sama Michi?" Raga mengangguk cuek. "Terus aku gimana?"
"Ya sama Abhisar sana, kan lo sama Abhisar ada hubungan spesial. Masa iya, Abhisar enggak bisa anterin lo balik?" Raga menyirangi tajam, membuat hati Navya mencelos.
"Hubungan spesial apa, yang kamu maksud, Ga?" bingung Navya, menatap Raga serius.
"Ck, lo selingkuh sama Abhisar, 'kan?" tuding Raga keras. "Lo pelukan sama Abhisar di rooftop, dua-duaan sama dia, terus gue juga pernah pergoki kalian berdua tidur seranjang. Apa masih kurang? Lo berdua jelas-jelas udah main api di belakang gue!" Raga menambahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝Navya itu seperti lilin. Dia rela membakar dirinya sendiri, demi menerangi hidup Raga.❞ Dijadikan pacar dengan lebel 'pembantu' oleh Raga? Navya tidak masalah. Dijadikan bahan pelampiasan amarah oleh Raga? Navya...