"Gak ada yang bisa menolak pesona Michelle. Apalagi ciumannya. Gue yakin, karena ciuman semalam, Raga akan luluh sama gue. Selamanya."
Michelle bermonolog di hadapan cermin. Cewek yang sudah rapih mengenakan seragam sekolahnya itu, kini tengah memoles wajah dengan bedak. Rambut terurai sepunggung, dengan sedikit ombre itu terlihat indah.
Setelah dirasa semua ritual paginya selesai. Michelle memutuskan untuk mengambil ponselnya, yang tergeletak tidak jauh dari jangkauan tangannya. Jemari lentiknya dengan lihai mengetikan sesuatu disana.
Michelle❤️:
Ga, bisa jemput aku nggak?Raga yang tengah duduk di kap mobil sembari menunggu Navya itu terlonjak sedikit kaget dengan pesan masuk dari Michelle.
"Jemput? Kalau gue jemput Michi, gimana sama Navya?" Raga bergumam.
Anda:
Bntr ya, aku cari alasan dulu ke NavyaMichelle❤️:
Pokoknya aku pengen dijemput.Anda:
Iya Michi, aku pasti jemput kamu."Ga, yuk, berangkat!" Suara Navya tiba-tiba terdengar, menginterupsi kegiatan Raga sekarang.
Cowok yang tadi duduk di kap mobil itu lantas berdiri, memasukkan ponsel ke dalam saku celananya lalu menatap Navya.
"Nav, maaf banget nih."
"Kenapa, Ga?" tanya Navya bingung.
"Ini, tiba-tiba anak stand yang jaga ada yang sakit. Dia minta tolong buat gue anter ke rumah sakit. Gimana, dong?"
Navya terdiam, ia mengetuk-ngetuk pahanya dengan ujung kuku. "Masalahnya dimana, Ga?"
Raga meneguk ludahnya. "Masalahnya, ada tiga orang yang sakit. Dan—"
"Oh, jadi aku gak kebagian kursi mobil?" Navya memotong. Sepertinya, gadis itu sudah tahu maksud Raga.
"Iya, Nav. Gue gak mungkin kan, biarin lo satu mobil sama cowok-cowok yang sakit. Bisa-bisa lo ketularan sakit lagi," kata Raga terlihat meyakinkan.
"Yaudah, aku naik angkot aja," putus Navya.
"Serius, Nav?"
"Serius, Raga Lian Adinata!" Navya menepuk sekali pundak cowok itu.
"Maaf ya, Nav. Mereka kasih tahunya mendadak banget. Gue jadi nggak enak sama pacar gue sendiri," Raga melirih. Navya tersenyum lebar, seolah meyakinkan pada pacarnya ini bahwa dirinya, baik-baik saja.
"Aku nggak apa-apa, Ga. Kamu cepetan berangkat, nanti telat lagi masuk sekolahnya. Salam sama mereka ya, semoga cepat sembuh," pesan Navya.
"Oke, Nav. Gue pergi ya?" Navya mengangguk, tak lama berselang, Raga masuk ke dalam mobilnya.
Cowok itu melesatkan mobilnya dengan kecepatan normal, meninggalkan Navya yang kini masih mematung menatap kepergiannya yang lambat laun menjauh dari pandangan.
Raga bohong apa nggak, ya? batin Navya bertanya.
"Aku nggak boleh berprasangka buruk." Gadis itu buru-buru menepis kecurigaannya. Setelah lamanya mematung di tempat, Navya langsung memulai langkah.
Langkah yang ditempuh sendiri, tanpa adanya Raga di sampingnya.
***
"Selamat pagi, Raga sayang!!!"
Michelle yang baru saja keluar dari gerbang rumahnya, langsung semringah saat mendapati Raga kini sudah stand by. Michelle dengan mesra, memeluk Raga sebentar. Gadis itu tak henti-hentinya tersenyum, begitu juga dengan Raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝Navya itu seperti lilin. Dia rela membakar dirinya sendiri, demi menerangi hidup Raga.❞ Dijadikan pacar dengan lebel 'pembantu' oleh Raga? Navya tidak masalah. Dijadikan bahan pelampiasan amarah oleh Raga? Navya...