"Lagi bikin apa, hm?"
Navya tersentak, saat Raga mengukungnya dari belakang. Navya yang jelas-jelas tengah memberikan topping pada pancake-nya itu sedikit salah tingkah. Jarang sekali, Raga seperti ini.
"Oh, pancake," Raga manggut-manggut. Tanpa Navya menjawab, Raga sebenarnya sudah tahu. Hanya basa-basi saja. "Malem gini, kok buat pancake?" tanya Raga.
"Sengaja, buat kamu Ga."
"Eh, gue kan enggak minta, Nav."
"Tapi kan, aku pengen bikin pancake buat kamu." Navya sedikit membalikkan kepalanya. Menatap wajah Raga yang begitu damai di pupil matanya. "Dimakan, ya?"
Raga mengangguk sambil tersenyum. Cowok itu masih anteng di posisinya, dengan tangan yang mengukung Navya di kedua sisi meja dapur, Raga nyaman. Begitu juga dengan Navya, ya, walaupun Navya harus merasakan jantungnya berdebar.
"Nav, boleh minta izin enggak?" Raga menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Navya yang kini terbuka bebas.
"Izin apa?" tanya Navya bingung. Gadis itu masih sibuk dengan pancake di hadapannya.
"Mau keluar bentar, ketemu Abhisar. Dia mau bicarain soal tadi pagi." Raga menjawab, sambil mengembuskan napas lelah.
"Serius ketemu Abhisar???" Navya menghentikan kegiatannya. Ia sedikit curiga.
"Serius, Nav. Sekalian, mau minta maaf ke dia gara-gara udah mukul dia. Boleh ya?" Nada bicara Raga terkesan memaksa.
"Gue enggak bohong, Nav. Gue mau ketemu Abhisar. Serius." Raga mencium leher Navya membuat gadis itu berdecak sebal.
"Raga jangan kayak gitu!" tegur gadis itu menahan malu.
Raga terkekeh pelan. "Habisnya lo diem aja, sih. Sebentar doang kok, nanti gue balik terus kita makan pancake bareng. Gimana?"
Navya diam sebentar. Menimang-nimang keputusan, "oke deh," putusnya. Navya berbalik badan, melerai wajah Raga yang masih nyamannya tenggelam di lehernya. "Hati-hati ya!" pesan Navya.
"Gue cuma sebentar, janji!" Raga mengacungkan jari kelingkingnya. Navya menggaetnya dengan cepat.
"Kalau bohong, aku marah," ancam gadis itu.
"Enggak bohong, serius." Raga menjawil hidung mancung Navya dengan sebelah tangannya yang lain.
"Yaudah sana, cepet-cepet balik. Jangan lama, nanti pancake-nya dingin," pesan Navya.
"Oke, gue pamit. Assalamualaikum, Navya Azura!" Raga berucap salam sembari melepaskan tautan jari kelingkingnya dengan Navya.
"Waalaikumsalam Raga Lian Adinata!" balas gadis itu terkekeh kecil. Tidak lama berselang, Raga berbalik badan dan pergi keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝Navya itu seperti lilin. Dia rela membakar dirinya sendiri, demi menerangi hidup Raga.❞ Dijadikan pacar dengan lebel 'pembantu' oleh Raga? Navya tidak masalah. Dijadikan bahan pelampiasan amarah oleh Raga? Navya...