"Kamu nggak apa-apa??" tanya Raga pada Michelle yang kini terduduk di atas di bansal UKS.
"Nggak kok, Ga. Aku tadi di tangga kepeleset, kakinya cuma keseleo dikit." Michelle menjawab sebari sesekali meringis. Kedua kakinya kini tersimpan lurus di atas bansal.
"Makanya, kalau lagi di tangga itu jangan banyak bercanda," tegur Abhisar. Cowok itu ada di UKS sekarang, pasalnya yang membawa Michelle ke UKS adalah dirinya dan Yudhistira.
Sementara Demi? Dia yang menjadi merpati pos. Memberi tahu Raga perihal Michelle jatuh.
Kenapa bisa ketiga cowok itu ada di UKS? Itu semua karena kebetulan. Saat Michelle jatuh di tangga. Abhisar, Demi, dan Yudhistira tidak sengaja tengah berjalan melewati area tangga. Dan melihat Michelle jatuh? Jelas rasa tolong menolong dalam diri ketiga cowok itu menggebu.
"Udah jatuh aja, bikin susah banyak orang," cibir Abhisar terang-terangan.
"Gak usah mencibir Michi, namanya juga musibah. Siapa yang tahu." Raga melirik Abhisar sekilas dengan sinis.
"Kalian berdua udah jadian?" tanya Abhisar spontan. Ia menatap Raga dan Michelle secara bergantian. Tatapan menyelidik. "Gak usah dijawab deh, kayaknya gue udah tau," imbuhnya kemudian.
"Bisa diem dulu, nggak?" timpal Raga risih. Kini atensinya sudah sepenuhnya menatap Abhisar.
"Gue nggak ikut-ikutan, permisi." Yudhistira tiba-tiba menceletuk, memasang wajah sok polos dan bergerak mundur. Pergi keluar UKS, diikuti Demi.
Kini di ruangan UKS hanya menyisakan Raga, Abhisar, dan Michelle.
"Gue harap lo jaga rahasia ini baik-baik, Abhisar," kata Raga. Raut serius dan bass suara penuh penekannan jelas terlihat dan terdengar.
"Gue bukan cepu, tenang aja." Abhisar berucap datar. Ia menatap Michelle sekarang. "Mainnya yang cantik, Michi," peringat cowok itu.
Michelle meneguk ludahnya sendiri, ia melengos malah kearah lain. Entahlah, ia merasa harga dirinya merendah.
"Jangan sampai Navya tau, gue nggak tega liat dia sedih," Abhisar berucap lagi. Menambahkan.
"Gue sama Michelle bakal main aman kok. Lo tenang aja. Urusan Navya, itu urusan gue."
"Ck, lo bisa pergi nggak, Abhisar?" Michelle akhirnya buka suara, setelah beberapa menit suaranya lenyap. "Gue pengen berdua sama Raga," katanya. Terkesan mengusir dengan telak.
Abhisar mengembuskan napasnya sebari bersedekap dada. "Gue permisi," pamitnya. Melangkah pergi dengan langkah lebar.
Beberapa detik berjalan, keheningan sempat membekukan Raga dan Michelle. Raga yang sedari tadi berdiri di bibir bangsal, kini mengubah posisinya menjadi duduk. Cowok itu menatap Michelle yang kini termenung, ekor matanya bergerak tak tentu arah.
"Kenapa, Michi?" tanya Raga. Cowok itu menumpu telapak tangannya di punggung tangan Michelle yang kini dekat dari jangkauannya.
"Kenapa sih, Abhisar, Demi, Yudhis, harus tau kalau misalkan kita pacaran? Harus banget ya, mereka tau, kalau misalkan gue ini selingkuhan lo??"
"Gue bisa jelasin." Raga mengelus punggung tangan Michelle dengan hangat. "Dari awal, mereka yang dukung gue buat selingkuh. Jadi, nggak aneh kalau misalkan mereka menyangka bahwa kita sekarang pacaran."
Ekor mata Michelle kini memanah wajah Raga. Wajah yang penuh kedamaian.
"Tapi ... mereka nggak akan kasih tahu ke Navya, kan?" Michelle berucap sedikit ragu.
"Nggak, mereka nggak akan kasih tahu ke Navya. Kamu tenang aja, ya?" Michelle tersenyum sambil mengangguk. "Sekarang kamu istirahat ya? Biar kakinya nggak sakit lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝Navya itu seperti lilin. Dia rela membakar dirinya sendiri, demi menerangi hidup Raga.❞ Dijadikan pacar dengan lebel 'pembantu' oleh Raga? Navya tidak masalah. Dijadikan bahan pelampiasan amarah oleh Raga? Navya...